rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Kelompok bisa dekat satu sama lain, tetapi
tidak mengganggu kelompok yang lain dan guru bisa menyediakan sedikit ruang kosong di salah satu bagian kelas untuk kegiatan lain.
Pada pembelajaran kooperatif, siswa diajarkan keterampilan –
keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik dalam kelompoknya seperti menjadi pendengar yang aktif, memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik dan berdiskusi. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai
ketuntasan materi yang disajikan guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi Trianto, 2007: 42.
2.1.4.2. Model pembelajaran Team Accelerated Instruction
Model pembelajaran Team accelerated instruction TAI yang dikembangkan oleh Slavin ini merupakan model yang menggabungkan
antara pembelajaran kooperatif dengan pengajaran yang individual. Jadi kedua nilai positif dari pengajaran kooperatif dan pengajaran individual
digunakan dalam model pembelajaran ini, sehingga diharapkan model pembelajaran ini dapat meningkatkan pembelajaran secara optimal.
Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran TAI membuat para siswa menjadi aktif, saling mendukung dan saling
membantu satu sama lain untuk berusaha keras karena mereka semua menginginkan tim mereka berhasil, namun tanggungjawab individu bisa
dipastikan hadir karena adanya pembagian tugas dalam kelompoksebagai
penjawab dan pengoreksi jawaban teman sendiri serta satu-satunya skor atau nilai yang diperhitungkan adalah skornilai akhir, sedangkan siswa
melakukan tes akhir tanpa bantuan teman satu tim. Jadi apabila nilai akhir siswa meningkat dari pre-tes sebelumnya, dapat dikatakan bahwa kegiatan
kelompoknya sukses Huda, 2012:125-126. Berdasarkan pendapat Slavin yang diterjemahkan oleh Yusron
2010: 189-195 inti dari model pembelajaran TAI dapat diringkas menjadi tiga poin utama yaitu :
a Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program
pengajaran individu b
Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif c
TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual
Pada TAI siswa masuk dalam sebuah urutan kemampuan individual sesuai dengan hasil tes penempatan dan kemudian maju sesuai
dengan kecepatannya sendiri. Pada umumnya, anggota tim bekerja pada unit-unit bahan ajar yang berbeda. Siswa saling memeriksa pekerjaan
teman sesama tim dengan dipandu oleh lembar jawaban dan saling membantu dalam memecahkan setiap masalah. Tes unit akhir dikerjakan
tanpa bantuan teman sesama tim dan diskor segera. Komponen-komponen pembelajaran kooperatif model team
accelerated instruction TAI menurut Slavin yang diterjemahkan oleh Yusron 2010: 195-200 ada 8 komponen sebagai berikut :
1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4-
5 peserta didik. 2.
Placement test, yaitu pemberian pre-test kepada peserta didik atau melihat rata-rata nilai harian peserta didik agar guru mengetahui
kelemahan peserta didik pada bidang tertentu. 3.
Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya. 4.
Team study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara
individu kepada peserta didik yang membutuhkan. 5.
Team scores and Team recognition, yaitu pemberian skor kepada hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan
terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelopok yang dipandang kurangberhasil dalam menyelesaikan tugas.
6. Teaching group, yaitu pemberian materi secara singkat dari guru
menjelang pemberian tugas kelompok. 7.
Fact test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh peserta didik.
8. Whole-class unit, yaitu pemberian materi kembali oleh guru
diakhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. Keunggulan model pembelajaran TAI menurut Yusron 2010:
190-195 antara lain:
a. Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan
pengelolaan rutin. b.
Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil sehingga akan lebih mudah
dalam pemberian bantuan secara individu. c.
Operasional program tersebut akan sedemikian sederhananya sehingga para siswa di kelas tiga ke atas dapat melakukannya.
d. Para siswa akan termotivasi untuk mempelajari materi-materi
yang diberikan dengan cepat dan akurat, dan tidak akan bisa berbuat curang atau menemukan jalan pintas.
e. Programnya mudah dipelajari baik oleh guru maupun siswa, tidak
mahal, fleksibel, dan tidak membutuhkan guru tambahan maupun tim guru.
f. Dengan membuat para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kooperatif, dengan status yang sejajar, program ini akan membangun kondisi untuk terbentuknya sikap-sikap positif dalam
diri siswa.
2.1.5. Teori Yang Mendasari Penelitian