Kinerja Dudukuhan Pengelolaan Dudukuhan

berukuran diameter sedang biasanya dijual dengan harga Rp. 30.000. Kayu dengan ukuran diameter 50 cm dijual dengan harga Rp 40.000 - Rp. 50.000batang. Selain ditentukan oleh ukuran diameter, harga kayu juga dipengaruhi oleh jenis kayu. Kebutuhan hidup yang semakin mendesak menyebabkan petani cenderung menjual hasil lahan dengan harga murah bahkan di bawah harga pasar. Para petani kurang memiliki posisi tawar yang seimbang dengan para pedagang pengumpul tengkulak.

C. Kinerja Dudukuhan

11. Produktivitas Produktivitas dudukuhan dihitung sebagai selisih antara manfaat pendapatan yang diterima petani dengan biaya pengelolaan dudukuhan dalam waktu satu tahun. Dalam penelitian ini, biaya pengelolaan dudukuhan adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi dalam kurun waktu lima tahun. Biaya pengelolaan dudukuhan di Desa Parakanmuncang sebagian besar dialokasikan untuk biaya rutin pajak tahunan. Hal ini disebabkan karena pengelolaan dudukuhan masih dilakukan secara tradisional dan sederhana dengan menggunakan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga. Penanaman dan pengadaan bibit umumnya dilakukan sendiri menggunakan bibit-bibit yang berasal dari dudukuhan milik sendiri atau tetangga. Hanya 5 responden yang memperoleh bibit dengan cara membeli. Kegiatan pemeliharaan hanya terbatas pada penyiangan dan pembersihan bagian bawah tegakan. Pemanenan dilakukan menggunakan alat dan teknik yang sederhana sehingga tidak membutuhkan biaya. Pada Tabel 11 dapat dilihat besarnya biaya pengelolaan dudukuhan untuk tiap tipe dudukuhan. Tabel 11 Biaya PengelolaanHektarTahunTipe Dudukuhan Tipe Dudukuhan Biayahektartahun Rp Kayu-kayuan Campuran kayu-buah Campuran kayu-buah-tanaman pertanian 73.482 447.738 417.737 Total Rata-rata 938.957 312.986 Biaya pengelolaan terbesar untuk tipe dudukuhan penghasil kayu-buah. Hal ini disebabkan karena para responden untuk tipe dudukuhan tersebut umumnya memiliki lahan dengan luas lebih dari 0,5 ha. Semakin luas lahan semakin beragam pula jenis tanaman yang ditanam. Luas lahan mempengaruhi besarnya biaya pengelolaan. Semakin besar luas lahan yang dikelola semakin besar pula biaya pengelolaan lahan. Biaya pengelolan dudukuhan lebih sedikit bila dibandingkan biaya pengelolaan sawah pertanian monokultur. Hal ini disebabkan karena pengelolaan sawah dilakukan jauh lebih intensif dibanding dudukuhan. Pengelolaan sawah membutuhkan pengadaan bibit unggul, tenaga kerja, pupuk serta obat hama dan penyakit. Hasil wawancara dengan para responden menyebutkan bahwa besarnya biaya pengelolaan sawah tidak menjamin peningkatan hasil panen. Meskipun demikian para petani tidak akan meninggalkan usaha tani sawah. Selain merupakan penghasil utama kebutuhan pangan dan menjadi bagian kehidupan sosial budaya, mereka juga tidak memiliki keahlian untuk berusaha dibidang lain. Dalam penelitian ini pendapatan kotor adalah rata-rata pendapatan yang diperoleh dari dudukuhan dalam jangka waktu lima tahun. Hasil dudukuhan dengan berbagai jenis tanaman yang dihitung hanya untuk jenis tanaman yang dijual saja. Tabel 12 menggambarkan secara lengkap pendapatan kotor per hektar per tahun untuk tiap tipe dudukuhan. Tabel 12 Pendapatan Kotor HektarTahunTipe Dudukuhan No Tipe Dudukuhan Pendapatan Rp 1 2 3 Kayu-kayuan Campuran kayu-buah Campuran kayu-buah-tanaman pertanian 146.965 1.407.671 1.327.805 Jumlah Rata-rata 2.882.441 960.814 Tipe dudukuhan campuran kayu-buah memberikan pendapatan kotor terbesar dibandingkan tipe dudukuhan lain. Hal ini disebabkan selain para responden yang mengelola dudukuhan tipe ini memiliki lahan yang luas.Berdasarkan Tabel 12 juga dapat dilihat bahwa perbedaan pendapatan antara dudukuhan tipe kayu-buah dan tipe kayu-buah-tanaman pertanian tidak terlalu besar. Hal ini disebabkan karena jenis-jenis tanaman pertanian pada dudukuhan tipe kayu-buah-tanaman pertanian lebih banyak digunakan untuk kebutuhan sendiri. Dudukuhan tipe ini merupakan tipe dudukuhan yang paling diminati petani. Dalam jangka pendek dapat memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga petani pengelola sedangkan untuk jangka panjang menjadi sumber dan cadangan kebutuhan uang tunai. Pada penelitian ini produktivitas didefinisikan sebagai selisih antara pendapatan kotor dengan biaya yang dibayarkan. Pada Tabel 13 disajikan hasil perhitungan produktivitas menggunakan kriteria NPV. Tabel 13 ProduktivitasHektarTahunTipe Dudukuhan No Tipe Dudukuhan Pendapatan Rp 1 2 3 Kayu-kayuan Campuran kayu-buah Campuran kayu-buah-tanaman pertanian 73.482 959.933 910.068 Jumlah Rata-rata 1.943.483 647.828 Berdasarkan Tabel 13 terlihat rata-rata produktivitas menunjukkan nilai positif. Hasil ini menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari dudukuhan lebih besar bila dibandingkan dengan biaya yang dibayarkan. Tingkat produktivitas dudukuhan tertinggi diperoleh pengelola dudukuhan tipe campuran pohon penghasil kayu dan buah. Hal ini disebabkan karena hasil tanaman pertanian pada dudukuhan tipe campuran pohon penghasil kayu-buah dan tanaman pertanian tidak dijual dan lebih diperuntukkan untuk menuhi kebutuhan sendiri. Bila dibandingkan dengan pengelolaan sawah, dudukuhan memberikan keuntungan lebih. Keuntungan tersebut berupa tersedianya berbagai kebutuhan rumah tangga petani pengelola baik untuk kebutuhan pangan maupun bahan bangunan, kayu bakar serta obat-obatan. Keuntungan lain adalah karena dudukuhan dengan beragam jenis tanaman yang ada didalamnya memiliki waktu panen sepanjang tahun. Dengan mengacu pada hasil perhitungan ini serta hasil wawancara disimpulkan bahwa pengelolaan dudukuhan sebetulnya lebih produktif bila dibandingkan dengan pengelolaan lahan monokultur padi. Hasil penelitian Budidarsono, Roshetko dan Wijaya 2004 menyebutkan bahwa tingkat penggunaan input produksi dan rata-rata panenan padi di Desa Parakanmuncang jauh lebih tinggi dari rata-rata penggunaan input produksi dan hasil panen padi di Propinsi Jawa Barat. Bersama dengan Desa Kalong Liud, Parakanmuncang menjadi pusat produksi padi di Kecamatan Nanggung. Selanjutnya dijelaskan bahwa penggunaan input pestisida dan pupuk di Desa Parakanmuncang tidak efisien bila dibandingkan dengan karateristik fisik lahan serta sempitnya luasan lahan yang dapat dikelola. Saat ini para petani mengeluhkan hasil panen padi yang semakin tidak sepadan dengan modal yang sudah mereka bayarkan. Upaya peningkatan produktivitas dudukuhan terus berjalan sepanjang waktu. Para petani melakukan kegiatan penyulaman sambil lalu dengan sistem sisipan serta permudaan alami secara terus menerus. Selain meningkatkan produktivitas, kegiatan penyulaman juga menjamin ketersediaan hasil sepanjang tahun. Saat ini petani mulai mengupayakan pengelolaan dudukuhan secara intensif. Para petani juga mengupayakan penanaman jenis-jenis baru bernilai tinggi seperti mahoni, kamper, durian, dan pinus. Selain memelihara bibit atau anakan jenis kayu, para petani juga mulai melakukan seleksi terhadap jenis tanaman yang akan mereka tanam di lahan dudukuhan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil tanaman yang berkualitas baik. Berbagai upaya tersebut merupakan bukti adanya usaha peningkatan produktivitas dudukuhan oleh para petani di Desa Parakanmuncang.

F. Keberlanjutan

Dokumen yang terkait

Peranserta Masyarakat dalam Pembangunan Desa (Studi Kasus di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 3 87

Tingkat Peranan dan Partisipasi Tokoh Agama Menuju Kemandirian Masyarakat dalam Usahatani (Kasus di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 6 150

Deindustrialisasi Pedesaan (Studi Kasus Desa Curug Bintang, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 28 142

Analisa sistem pengelolaan dan nilai harapan hasil kebun pepohonan campuran (Studi kasus di Desa Nanggung dan Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor)

0 7 88

Peranan hutan dalam kehidupan rumah tangga masyarakat desa hutan (Studi kasus kampung Nyungcung, Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 98

Analisa konflik pengelolaan sumberdaya alam masyarakat desa sekitar hutan studi kasus masyarakat Desa Curugbitung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat

3 24 110

Kontribusi pengelolaan agroforestri terhadap pendapatan rumah tangga petani (Studi Kasus: Desa Bangunjaya, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 3 110

Kontribusi Pengelolaan Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga Petani (Studi Kasus Di Desa Sukaluyu, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 4 36

Ketersediaan Lahan Pada Kawasan Perkebunan Di Kabupaten Bogor Bagian Barat (Studi Kasus Kecamatan Jasinga Dan Nanggung).

0 14 63

Studi Alterasi Hidrotermal Daerah Pangkal Jaya, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

0 0 10