Latar Belakang Pengaruh Waktu Terhadap Kecepatan Korosi Logam Fe, Ni, Dan Cr Pada Korosi Baja SS 304 Dalam Medium Asam Sulfat ( H2SO4 ) 1M

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korosi dapat didefinisikan sebagai penurunan mutu suatu logam akibat reaksi elektrokimia dengan lingkungannya, yang melibatkan pergerakan ion logam ke dalam larutan pada anoda dan pertukaran elektron dari logam kepada katoda. Korosi juga disebut sebagai proses pengkaratan suatu logam, yang mengakibatkan berat logam berkurang, yang lama kelamaan logam tersebut teruarai dari paduannya Evans, 1976 Korosi merupakan bahaya Nasional yang nyata yang tingkat kerugiannya lebih besar dari segala bencana alam yang pernah dialami. Widharto,2004. Penyebab korosi secara umum ada dua macam yaitu : korosi kimia dan korosi elektrolit. Berkaratnya besi dan baja disebabkan kedua hal diatas yaitu terjadinya proses reaksi antara besi atau baja dengan oksigen yang terdapat dalam atmosfer membentuk lapisan oksida pada permukaan logam. Amanto, 2006 Baja merupakan logam paduan yang terdiri dari besi dan karbon dengan sedikit adanya unsur lain seperti mangan, nikel, krom, silikon, posfor dan molibdat. Berdasarkan jumlah kandungan baja tersebut, baja dibagi kedalam beberapa tipe, salah satunya baja dengan type SS 304. Baja ini digunakan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari peralatan rumah tangga hingga alat-alat mesin berat Amanto, 2006 Baja stainless steel dengan type 304 merupakan bagian dari baja tahan karat atau yang disebut sebagai baja tahan karat austenitik yang memiliki komposisi logam Cr 18, logam Ni 8 , logam Fe 66. Logam Mn 2, Carbon 0.08, Posfor 0,45, Sulfur 0,03 dan slikon 0,75 Nurfiyanda, 2011 Universitas Sumatera Utara Menurut Patnaik 1999 logam kromium merupakan bagian dari logam transisi yang digunakan dalam paduan logam, seperti dalam baja krom atau baja krom nikel. Kromium bersifat keras, berwarna keabu-abuan dan berkilau, dengan densitas sebesar 7,14 gL, melebur pada suhu 1900 o C, dan mendidih pada suhu 2642 o C, dan bereaksi dengan larutan HCl dan H 2 SO 4 . Logam nikel juga merupakan bagian logam transisi yang digunakan dalam berbagai paduan logam seperti dalam krom – nikel, perak jerman, dan lain-lain. Nikel bersifat keras, berwarna putih dan berkilau dan densitasnya sebesar 8.90 gL, dan titik leleh sebesar 1555 o C serta titik didih sebesar 2800 o C. Karena sifat sifat logam penyusun baja inilah, baja SS 304 digunakan dalam industri, salah satu contoh kegunaan baja stainless steel atau baja tahan karat dengan tipe 304 dalam bidang industri yaitu pada industri susu. Baja dalam bentuk pipa yang digunakan untuk menyalurkan susu yang dari peternakan ke tangki pengemasan susu. Selain dalam industri susu baja ini juga digunakan dalam industri minuman mineral bersoda dalam proses pengumpulan dan aliran pengemasan minuman tersebut, dan juga pada mesin pemotongan daging, dalam pemakaian baja tersebut dalam industri – industri kemungkinan terbentuk kerak yang menempel pada baja akibat proses industri – industri, jadi untuk membersihkan kerak yang menempel pada baja digunakan larutan asam yang disebut sebagai proses pickling, karena adanya intraksi baja dengan medium asam kemungkinan dapat mengakibatkan terjadinya korosi Sastri, 2011. Kegunaan asam sulfat salah satunya sebagai pembersih permukaan baja atau yang disebut sebagai proses pickling, juga sebagai bahan pendehidrasi, dan lain-lain. Asam sulfat tidak memilki warna, berupa cairan kental berminyak, mudah larut dalam air dan alkohol, memiliki sifat yang sangat korosif dalam konsentrasi yang sama atau lebih besar dari 1,5 M, dan bersifat irritasi dalam konsentrasi lebih besar dari 0,5 M dan lebih kecil dari 1,5 M. Dalam proses pickling larutan asam sulfat yang digunakan adalah larutan asam sulfat 1 M Patnaik, 1999. Universitas Sumatera Utara Ketahanan korosi suatu bahan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan yaitu komposisi ingkungan, tingkat pH, kelembaban, angin atau arus air, dan suhu. Faktor-faktor ini ada dibagian jenis lingkungan, atmosfer, air tawar, air asin, dan tanah Craig, 2006. Illyasu 2012 telah melakukan penelitian tentang. Prilaku Korosi Baja Stainless Steel Austenitic 304 Dalam Variasi konsentrasi Asam Sulfat, hasil penelitian menunjukkan bahwa baja stainless steel dengan type 304 mengalami penurunan berat dengan meningkatnya waktu perendaman dan konsentrasi H 2 SO 4. Laju korosi meningkat dengan meningkatnya suhu dan menurun dengan meningkatnya waktu perendaman. Prastya 2010 telah meneliti tentang Pengaruh pH Lingkungan Terhadap Prilaku Korosi Stainless Steel AISI 304 dan AISI 316. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju korosi menurun dengan menaiknya nilai pH. Basuki 2012 meneliti tentang Analisa Laju Korosi Duplex Ss Aws 2205 Dengan Metode Weight Loss, hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam larutan H 2 SO 4P laju korosi yang dihasilkan untuk baja SS Duplex adalah 1.039 mpy. Loto 2012 meneliti tentang ketahanan korosi baja austenitik tipe 304 dalam asam sulfat dengan penambahan NaC l, dari penelitiannya disimpulkan bahwa austenitic stainless steel tipe 304 rentan terhadap lingkungan asam sulfur, dengan korosi lubang pitting corrosion yang signifikan dan kerusakan yang luas pada permukaan logam. Dari penelitian – penelitian diatas, peneliti hanya meneliti kehilangan berat baja setelah direndam tanpa meneliti larutan bekas perendaman baja tersebut. Karena itulah penulis tertarik meneliti tentang pengaruh waktu terhadap korosi logam yang terkandung dalam baja SS type 304 Fe, Ni, dan Cr dalam larutan bekas perendaman baja. Media pengkorosi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Asam Sulfat H 2 SO 4 1M. Penentuan laju Korosi logam dalam larutan bekas perendaman baja dianalisis menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Universitas Sumatera Utara Atom, karena alat Spektrofotometri Serapan Atom SSA lebih spesifik dan dapat mendeteksi logam dalam jumlah mikro sekalipun,dan logam yang terkorosi diuji morfologi permukaannya dengan menggunakan alat Scanning Electro microscopy SEM yang bertujuan untuk mengetahui korosi yang terjadi pada baja tersebut.

1.2. Perumusan Masalah