BAB II TINJAUAN TEORETIS TENTANG PERAN EVALUASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn

(1)

TINJAUAN TEORETIS TENTANG PERAN EVALUASI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PKn

2.1. Evaluasi Pembelajaran 2.1.1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan pengambilan keputusan berdasarkan hasil pengukuran dan standar kriteria yang merupakan kegiatan berkesinambungan.Secara luas, pengertian evaluasi dikemukakan oleh Sudjana (2008:3) yaitu evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk alternatif-alternatif keputusan. Berdasarkan pendapat tersebut, setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang disengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data dan dari data tersebut selanjutnya dibuat suatu keputusan.

Pendapat lain mengenai pengertian evaluasi dikemukakan oleh Nurgiantoro (2006:5) sebagai berikut.

Evaluasi atau penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapain tujuan, yaitu suatu proses mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan. Komponen silabus dan RPP yang akan dikembangkan dalam penelitian ini meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, alat dan sumber pembelajaran, serta evaluasi pembelajaran.

Keberhasilan pembelajaran pada dasarnya dapat diketahui melalui evaluasi. Peran guru sebagai evaluator merujuk pada dua hal yaitu peran untuk melihat keberhasilannya dalam mengajar dan peran untuk menentukan ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi sesuai dengan kurikulum.


(2)

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi mempunyai fungsi yang bervariasi di dalam proses belajar mengajar, yaitu sebagai alat untuk mengetahui apakah peserta didik telah menguasai pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan yang telah diberikan oleh seorang guru. Evalasi untuk mengetahui aspek-aspek kelemahan peserta didik dalam melakukan kegiatan belajar, mengetahui tingkat ketercapaian siswa dalam kegiatan belajar, dan sebagai sarana umpan balikseorang guru, yang bersumber dari siswa. Bahkan evaluasi sebagai alat untuk mengetahui perkembangan belajar siswa dan sebagai materi utama laporan hasil belajar kepada para orang tua siswa.

2.1.2. Tujuan Evaluasi

Menurut Sudijonno (2004:27) tujuan evaluasi pendidikan terbagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1) Tujuan umum adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian tujuan kurikuler serta bertujuan untuk mengukur, menilai tingkat efektifitas mengajar dan metode yang telah diterapkan oleh pendidik dalam proses pendidikan.

2) Tujuan khusus adalah evaluasi pendidikan bertujuan untuk memberikan rangsangan kepada peserta didik dalam menempuh program pendidikan (memunculkan sikap untuk memperbaiki dan menigkatkan prestasi), serta bertujuan untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik dalam melaksanakan proses pendidikan yang dirancang secara matang dan dilaksanakan secara.

Dari pendapat di atas, tujuan evaluasi terbagi ke dalam dua bagian. Tujuan umum berhubungan dengan pembuktian, sedangkan tujuan khusus berhubungan dengan pemberian ransangan kepada siswa dalam menempuh program


(3)

pendidikan. Oleh karena itu, ketidaktepatan dalam kegiatan evaluasi, tidak hanya menyebabkan rendahnya keakuratan dalam menentukan kompetensi dan performance belajar siswa.Pendapat lain tentang tujuan evaluasi pembelajaran dikemukakan oleh Wiyono (2001:23) sebagai berikut:

1) Menentukan kemajuan atau hasil belajar pada siswa, yang berfungsi sebagai:

a) Laporan kepada orang tua/walisiswa b) Penentuan kenaikan kelas

c) Penentuan kelulusan siswa

2) Penempatan siswa kedalam situasi belajar mengajar yang tepatan serasi dengan tingkat kemampuan, minat dan berbagai karakteristik yang dimiliki.

3) Mengenal latar belakang siswa baik psikologis, fisik dan lingkungan, yang berguna baik bagi penempatan dan penentuan sebab-sebab kesulitan belajar begi siswa, yakni sebagai masukan bagi tugas bimbingan dan penyuluhan.

4) Sebagai umpan balik pada guru yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan program remidial bagi siswa.

5) Mendeskripsikan kemampuan belajar siswa. 6) Mengetahui tingkat keberhasilan PBM. 7) Menentukan tindak lanjut hasil penilaian.

8) Memberikan pertanggungjawaban (accountability).

Berdasarkan pendapat di atas, tujuan evaluasi mencakup kemajuan siswa dan guru. Kemajuan siswa berhubungan dengan pencapaian prestasi atau kemampuan siswa dalam belajar, sedangkan kemajuan guru berhubungan dengan umpan balik untuk memperbaiki program berikutnya dan untuk keperluan belajar siswa.

2.1.3. Fungsi Evaluasi

Fungsi evaluasi memang cukup luas, tergantung dari sudut mana kita melihatnya. Menurut Sudjana (2008:5) fungsi evaluasi dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok sebagai berikut.


(4)

1) Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilan siswa setelah mengalami pembelajaran.

2) Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. 3) Untuk keperluan bimbingan dan konseling.

4) Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

Bila kita lihat secara menyeluruh, fungsi evaluasi adalah sebagai berikut: 2.1.3.1. Secara psikologis, peserta didik butuh untuk

mengetahui sejauh mana

2.1.3.2. Secara sosiologis, evaluasi berfungsi untuk mengetahui apakah peserta didik sudah cukup mampu untuk terjun kemasyakat.

2.1.3.3. Secara Diktatis-metodis, evaluasi berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada kelompok tertentu, sesuai kemampuan dan kecakapan masing-masing.

2.1.3.4. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik untuk menempuh program pendidikannya.

2.1.3.5. Secara Administratif, evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepala sekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri. Hasil evaluasi dapat memberikan gambaran secara umum tentang semua hasil usaha yang dilakukan oleh institusi pendidik.

Slameto (2003:15) mengemukakan, faktor-faktor ekstern belajar meliputi hal-hal sebagai berikut:


(5)

b. prasarana dan sarana pembelajaran c. kebijakan penilaian

d. lingkungan sosial siswa di sekolah e. kurikulum sekolah.

Berdasarkan pendapat di atas, faktor ekstern berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi siswa dari luar dirinya tetapi menunjang terhadap pencapaian hasil belajar. Dari sisi faktor ekstern, maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah ekstern belajar merupakan prasyarat terlaksananya siswa dalam belajar. Semakin menunjang faktor ekstern terhadap siswa dalam belajar, maka hasil belajar akan meningkat dengan baik.

2.1.4. Ulangan Harian

Secara umum, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif keputusan Purwanto (2008:3).Dalam hubungannya dengan pembelajaran, evaluasi atau penilaian adalah suatu penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah diterapkan dalam kurikulum.

Penilaian atau tes sangat penting dilakukan oleh guru guna mengetahui berhasil tidaknya tujuan pembelajaran yang dirumuskan.Sudjana (2001:158) mengemukakan. Tes harian atau tes formatif adalah tes yang dilaksanakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, khususnya pada akhir pengajaran data hasil penilaian formatif dapat diperoleh guru secara langsung pada akhir proses belajar mengajar berupa skor hasil pascates. Nilai tes harian merupakan bagian dari cara penilaian untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan satu pokok bahasan atau kompetensi dasar yang disajikan. Hal tersebut menunjukan bahwa nilai tes harian sangat menunjang terhadap keberhasilan belajar siswa.


(6)

Mengenai tes harian atau formatif dikemukakan oleh Hidayat dkk. (1994:13) sebagai berikut.

1) Dilaksanakan pada setiap akhir satu unit pembelajaran. 2) Bertujuan mengetahui pencapaian TIK dalam setiap SP/unit.

3) Sebagai umpan balik bagi guru dalam mengadakan KBM berikutnya. 4) Target keberhasilan siswa 75% dari TIK yang diinginkan.

Berdasarkan dua pendapat di atas, tes harian atau formatif dilaksanakan pada akhir pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dapat diketahui ketercapaiannya. Hasil tes formatif, mencerminkan keberhasilan atau kelemahan pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena itum pelaksanaan tes harian atau format mempunyai manfaat sangat berharga dalam pembelajaran, seperti dikemukakan oleh Sudjana (2001:157) sebagai berikut.

a. Memperbaiki program pengajaran atau satuan pelajaran di masa men-datang.

b. Meninjau kembali dan memperbaiki tindakan mengajarnya.

c. Mengulang kembali bahan pembelajaran yang belum dikuasai oleh sis-wa.

d. Melakukan diagnosis kesulitan belajar siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut jelas sekali bahwa penilaian formatif sangat penting dilaksanakan pada setiap akhir pelajaran. Dengan melaksanakan tes formatif, segala kelemahan proses pembelajaran dapat diketahui sehingga akhirnya dapat diperbaiki sesuai dengan kbutuhan.


(7)

2.1.5. Ulangan Tengah Semester

Setelah mengikuti proses belajar dan menyelesaikan beberapa kompetensi dasar, maka siswa melakukan ulangan tengah semester. Ulangan tengah semester dilakukan untuk mengukur kompetensi beberapa kompetensi dasar.Secara jelas, mengenai ulangan tengah semester dikemukakan oleh Bambang (2003:3) sebagai berikut.

Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran.Cakupan ulangan tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode tersebut.Bentuk ulangan tengah semester selain tertulis dapat juga secara lisan, praktik/perbuatan, tuga dan produk.

Sebagai tindak lanjut ulangan semester, nilai ulangan tersebut diolah dan dan dianalisis oleh pendidik. Hal ini dimaksudkan agar ketuntasan belajar siswa dapat diketahui sedini mungkin.Dengan demikian, ulangan tengah semester dapat diikuti dengan program tindak lanjut baik remedial atau pengayaan sehingga kemajan belajar siswa dapat diketahui sebelum akhir semester.

2.1.6. Ulangan Akhir Semester

Ulangan Akhir Semester adalah kepanjangan dari UAS. UAS dilaksanakan pada akhir semester setelah semua standar kompetensi dan kompetensi dasar selesai dilaksanakan. Sudjana (2001:156) mengemukakan, UAS atau disebut dengan istilah tes sumatif merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan pada akhir suatu program, misalnya pada caturwulan, semester, dan sejenisnya.”


(8)

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pelaksanaan UAS sangat penting bagi kemajuan pendidikan. Melalui pelaksanaan UAS, maka keberhasilan belajar siswa akan diketahui secara jelas. Selain itu, melalui UAS kemajuan belajar siswa akan diketahui selama satu semester.

Pelaksanaan tes sumatif mempunyai manfaat untuk mengetahui berhasil tidaknya siswa dalam belajar satu semester. Oleh karena itu, data hasil penilaian atau nilai sumatif mempunyai manfaat sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2001:158) sebagai berikut.

1) Membuat laporan kemajuan belajar siswa.

2) Menata kembali seluruh pokok bahasan atau subpokok bahasan setelah melihat hasil tes sumatif terutama kelompok materi yang belum dikuasa-inya.

3) Melakukan perbaikan dan penyempurnaan alat penilaian tes sumatuf yang telah digunakan berdasarkan hasil-hasil yang telah diperoleh atau dicapai siswa.

4) Merancang program belajar bagi siswa pada semester berikutnya berda-sarkan hasil-hasil yang telah dicapai dari tes sumatif program belajar se-belumnya.

Berdasarkan pendapat di atas, tes sumatif atau UAS merupakan penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir program pengajaran. Hasilnya dimanfaatkan untuk kepentingan rancangan program berikutnya. Hal tersebut karena tes sumatif mencakup seluruh standar kompetensi dan kompetensi dasar satu semester.

Pendapat yang lain mengenai tes sumatif dikemukakan oleh Hidayat dkk. (1994:13) sebagai berikut.

1) Dilakukan pada akhir semester.

2) Bertujuan mengetahui pencapaian TIK selama satu semester dikenal de-ngan ulade-ngan umum atau kenaikan kelas.

3) Sebagai pengukuran keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan meng-ajar guru.


(9)

Setelah pembelajaran dilaksanakan dalam satu semester, maka diakhiri dengan penmilaian yang disebut dengan istilah tes sumatif ataun UAS. Karena dilaksanakan di akhir semester, tujuan pencapaiannya adalah satu semester yakni setelah sejumlah standar kompetensi dan kompetensi dasar selesai dilaksanakan. Melalui penilaian ini akan diketahui keberhasilan belajar siswa dan kegiatan guru dalam mengajar.

2.2. Motivasi Belajar Siswa 2.2.1. Pengertian Motivasi Belajar

Menurut Para Ahli, motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Sardiman (2006:73) motif merupakan daya penggerak dari dalam, untuk melakukan kegaiatan untuk mencapai tujuan. Adapun pengertian dari motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan Hamalik (1992:173). Dalam Sardiman (2006:73) motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “felling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Menurut Mulyasa (2003:112) motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi. Seorang siswa akan belajar bila ada faktor pendorongnya yang disebut motivasi.


(10)

Koeswara dalam Dimyati dan Mudjiono (2002:80) mengatakan motivasi sebagai berikut.

Siswa belajar karena didorong kekuatan mental, kekuatan mental itu berupa keinginan dan perhatian, kemauan, cita-cita di dalam diri seorang terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan sikap dan perilaku individu dalam belajar.

Jadi dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai. Dalam motivasi belajar dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka pemenuhan harapan dan dorongan dalam hal ini adalah pencapaian tujuan.

Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan mungkin melaksanakan aktivitas belajar. Motivasi diperlukan dalam menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa. Menurut Djamarah (2002:123) ada tiga fungsi motivasi sebagai berikut.

1) Motivasi sebagai pendorong perbuatan. Motivasi berfungsi sebagai pen-dorong untuk mempengaruhi sikap apa yang seharusnya anak didik am-bil dalam rangka belajar.

2) Motivasi sebagai penggerak perbuatan. Dorongan psikologis melahir-kan sikap terhadap anak didik itu merupamelahir-kan suatu kekuatan yang tak terbendung,yang kemudian terjelma dalam bentuk gerakan psikofisik. 3) Motivasi sebagai pengarah perbuatan. Anak didik yang mempunyai

mo-tivasi dapat menyeleksi mana perbuatan yang harus dilakukan dan mana perbuatan yang diabaikan.


(11)

Jadi motivasi sebagai dorongan untuk mempengaruhi sikap siswa dalam belajar, motovasi mengarahkan perbuatan sehingga dapat menyeleksi erbuatan yang akan dilakukan. Menurut Hamalik (2003:161) fungsi motivasi sebagai berikut:

1) Mendorong timbulnya suatu kelakuan atau perbuatan. Tanpa adanya motivasi maka tidak akan timbul perbuatan seperti belajar

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Motivasi berfungsi sebagai me-sin dalam mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat lam-batnya suatu pekerjaan.

Jadi fungsi motivasi mengarahkan perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan. Motivasi berfungsi sebagai penggerak menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan. Menurut Sardiman (2006:85) ada tiga fungsi motivasi.

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah tujuan yang hendak dicapai 3) Menyeleksi perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang

harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan tujuan-tujuan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Dengan adanya usaha yang tekun dan didasari motivasi maka siswa akan belajar dengan baik dan prestasi belajar akan optimal. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar menjamin kelangsungan dan memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai.

2.2.2. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Sesuatu yang terjadi disebabkan oleh faktor-faktor eksternal individu, biasa disebut dengan motivasi ekstrinsik (Omrod,2009). Motivasi ini terjadi apabila


(12)

siswa mengharapkan sesuatu dari hasil belajarnya, misalnya pujian. Perspektif behavioral menekankan suatu perilaku yang dilakukan akan diulangi kembali apabila perilaku tersebut diberikan suatu respon (Santrock, 2008). Ketika siswa merasa putus asa, merasa sesuatu hal yang telah dilakukan, namun tidak dianggap berarti atau penting oleh orang menjadi turun dan menjadi malas. Peranan motivasi ekstrinsik menjadi penting sebagai penguatdan pendorong, dengan banyak cara, seperti pujian ketika mendapat nilai bagus kepada siswa, memiliki arti bahwa siswa itu dipandang memiliki kemampuan, adanya rasa kepuasan dan tidak merasasia-sia dengan usaha belajarnya (Slavin,1994)

Menurut (Santrock,2008). Bahwa pengertian motivasi ekstrinsik yaitu Suatu imbalan atau hukuman sebagai konsekuensi dari faktor eksternal yang disebut motivasi ekstrinsik ini berkemungkinan untuk mengontrol perilaku atau memberikan pemahaman informasi kepada siswa SMP sebagai remaja. Imbalan atau hukuman dapat diberikan sebagai pengarahan karena siswa tersebut mampu menyelesaikan tugas akhirnya dan berkompeten sehingga menjadi penyemangat, namun tidak menjadi suatu ketergantungan

Motivasi intrinsik yaitu dorongan yang berasal dari dalam diri. Dorongan ini dilakukan demi untuk mencapai sesuatu tujuan itusendiri (Santrock,2008). Motivasi instrinsik menekankan bahwa siswa yang melakukan suatu usaha tertentu, karena kemauan siswa tersebut. Motivasi intrinsik mengarahkan siswa-siswi mempunyai pilihan dan peluang untuk mengambil tanggung jawab pribadi atas pembelajaran siswa tersebut. Salah satu contoh motivasi intrinsik yaitu pada mata pelajaran sains ,ketika siswa mengenal kelompoknya, mengerjakan tugas karena merasa memiliki tanggung jawab, dan mengembangkan tugas sebagai hasil yang terbaik dibanding kelompok lain.


(13)

satunya dengan membuat siswa merasa tertarik dan tidak jenuh untuk melakukan proses belajar. Salah satu contohnya bisa dilakukan dengan guru sebagai pembimbing dan pendidik untuk mengajar dengan metode yang bervariasi, menarik, mengambil contoh kehidupan sehari-hari sesuai perkembangan belajar siswa. Adanya hal ini, siswa merasa selalu ingin tahu variasi belajar yang akan diberikan selanjutnya. Permainan- permainan seperti games dikelas juga akan menarik rasa ingin tahu dan menimbulkan motivasi intrinsik dari dalam diri siswa (Djiwandono,2006). Pada hakikatnya motivasi yang berasal dari dalam diri individu, akan berkembang dengan baik, apabila dapat diterapkan dengan banyak metode dan variasi. Ketika belajar keterampilan guru dan siswa sangat dibutuhkan untuk menciptakan dukungan belajar, seperti : nonton video sejarah 17 Agustus, bercerita, membuat tugas dengan bentuk kliping koran. Keterampilan ini akan memunculkan dorongan belajar dari dalam diri siswa, agar siswa merasa pelajaran tidak kaku, menyenangkan dan akan terus mengembangkan kreativitas siswa (Boekaerts, 2002)

Motivasi ini sangat didukung oleh pendekatan kognitif, karena individu akan lebih ingin melakukan sesuatu yang menjadi tujuannya sendiri (Santrock,2008).

2.2.3. Aspek-Aspek dalam Motivasi Belajar

Motivasi belajar yangbaik, memiliki aspek-aspek (Chernis dan Goleman,2001),sebagai berikut:

1) Dorongan mencapai sesuatu

Suatu kondisi yang mana individu berjuang terhadap sesuatu untuk meningkatkan dan memenuhi standar atau kriteria yang ingin dicapai


(14)

dalam belajar. 2) Komitmen

Salah satua spek yang cukup penting dalam proses belajar ini, adanya komitmen dikelas. Siswa yang memiliki komitmen dalam belajar, mengerjakan tugas pribadi dan kelompoknya tentunya mampu menyeimbangkan tugas yang harus didahulukan terlebih dahulu. Siswa yang memiliki komitmen juga merupakan siswa yang merasa bahwa Ia memiliki tugas dan kewajiban sebagai seorang siswa, harus belajar. Tidak hanya itu, dengan kelompoknya juga, siswa yang memiliki komitmen memiliki kesadaran untuk mengerjakan tugas bersama-sama 3). Inisiatif

Kesiapan untuk bertindak atau melakukan sesuatu atas peluang atau kesempatan yang ada. Inisiatif merupakan salah satu proses siswa dapat dilihat kemampuannya, apabila siswa tersebut memiliki pemikiran dari dalam diri untuk melakukan tugas dengan disuruh orang tua atau siswa sudah memiliki pemahaman untuk menyelesaikan tugas pekerjaan rumah tanpa disuruh orang tua. Siswa yang memiliki inisiatif, merupakan siswa yang sudah memiliki pemikiran dan pemahaman sendiri dan melakukan sesuatu berdasarkan kesempatan yang ada. Ketika siswa menyelesaikan tugas, belajar untuk ujian, maka siswa memiliki kesempatan untuk memperluas pengetahuan serta dapat menyelesaikan hallain yang lebih bermanfaat lagi.

4 ) Optimis

Suatusi yang gigih dalam mengejar tujuan tanpa perduli adanya kegagalan dan kemunduran. Siswa yang memiliki sikap optimis,tidak akan menyerah ketika belajar ulangan, meskipun mendapat nilai yang jelek, tetapi siswa yang memiliki rasa optimis tentunya akan terus belajar giat untuk mendapat nilai yang lebih baik. Optimis merupakan sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap siswa, agar siswa belajar bahwa kegagalan dalam belajar bukanlah suatu akhir belajar dan bukan berarti siswa itu merupakan siswa yang bodoh.

Berdasarkan pendapat di atas, aspek-aspek motivasi belajar meliputi empat hal yaitu dorongan mencapai sesuatu, komitmen, inisiatif, dan optimis. Keempat hal tersebut menjadi faktor penentu terhadap pencapaian suatu hal yang di-inginkan. Dengan demikian, jika melaksanakan suatu kegiatan dan ingin menca-painya sesuai harapkan, maka aspek motivasi tersebut harus diperhatikan dengan baik. Adapun untuk keperluan penelitian ini, indikator motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut.


(15)

2.2.4. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu sebagai makhluk Tuhan yang paling tinggi derajatnya dan makhluk yang di karuniai akal dan pikiran manusia memiliki kemampuan untuk berkembang.Utuk itu manusia memiliki rasa ingin tahu, rasa itu hadir dengan alami tanpa adanya latihan atau rangsangan. Rasa ingin tahu yang kita bahas kali ini adalah rasa yang global dan bersifat menyeluruh. Dari rasa ini kita sebagai mempunyai kecenderungan untuk mencoba sesuatu yang membuat penasaran se-hingga rasa penasaran itu hilang dan memperoleh kepuasan pribadi karena menge-tahui hal yang sebelumnya tidak kita kemenge-tahui.

Dalam kehidupan sehari-hari rasa ingin tahu mempunyai dua sisi, sisi baik dan sisi buruk. Dimana kedua sisi tersebut dapat di atur oleh masing-masing indi-vidu kita sehingga tidak terjadi sesuatu yang buruk menimpa kita saat mencari pengetahuan. Dalam sejarah banyak tercatat para penemu-penemu seperti albert einstein membuat ciptaan-ciptaannya dari rasa ingin tahu. Kita sekolah dan men-cari ilmu juga untuk melatih kemampuan diri kita untuk mendapatkan penge-tahuan yang lebih, dalam hal ini itu merupakan rasa ingin tahu yang termasuk dalam sisi baik. Namun beberapa orang yang terlalu tinggi rasa ingin tahunya se-hingga membuatnya seperti kecanduan yang dapat menyebapkan masalah yang besar bagi dirinya. Beberapa contoh kasus yang kita temui dewasa ini, masalah narkoba kebanyakan adalah didorong oleh rasa ingin tahu yang berlebihan


(16)

se-hingga orang tersebut rela menggunakan dirinya sebagai percobaan akan rasa in-gin tahunya tersebut.

Untuk mengatur hal tersebut harus ada keseimbangan antara rasa ingin tahu dan pengetahuan yang mendukung tentang hal-hal tersebut.Kita perlu men-cari informasi yang mendukung tentang rasa penasaran kita terhadap sesuatu dan memikirkannya dengan dingin sehingga bisa mencegah kita terjerumus dalam hal-hal buruk. Rasa ingin tahu akan seks juga membuat kita terjebak dengan masalah-masalah yang pasti merugikan diri kita sendiri. Ada beberapa hal yang memang kita harus mengetahuinya, tapi cukup sebatas mengetahui tanpa melakukannya karena kita tentu tidak mau menanggung akibat buruknya. Hal yang paling berat dalam menghadapi hidup adalah melawan diri sendiri, melawan diri sendiri dari rasa malas ketika mengalami rasa ingin tahu akan sesuatu.Berfikir sejenak sebelum melakukan suatu hal dapat menjadi senjata ampuh untuk melawan rasa ingin tahu yang berlebihan, sehingga kita bisa men-gontrol hal-hal buruk yang akan menimpa kita. Terlebih lagi jika kita bisa mengambil sisi positif dari rasa ingin tahu tersebut sehingga kita mungkin bisa menemukan sesuatu yang bisa berguna bagi khalayak banyak.

2.2.5. Dorongan Belajar Siswa

Siswa yang memiliki motivasi tinggi dapat dicirikan dari adanya dorongan yang kuat untuk belajar. Kesulitan yang dihadapinya dalam belajar menjadi tantangan untuk semakin meningkatkan kemampuannya. Dorongan merupakan salah satu komponen keberhasilan belajar yang timbul dari dalam diri individu atau biasa juga timbul sebagai akibat adanya pengaruh lingkungan kehidupannya.


(17)

Dorongan dan kebutuhan merupakan dua komponen motivasi yang memiliki keterkaitan sangat erat. Hal tersebut tampak dalam pernyataan yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2006:82) bahwa kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis oraganisme. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hull dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:82) yang menyebutkan bahwa dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal.

Berdasarkan proses terbentuknya, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:71) motif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari.

1) Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang di bawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, seperti

a) Dorongan untuk makan; b) Dorongan untuk minum;

c) Dorongan untuk bergerak dan beristirahat;

2) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti

a) Dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan; b) Dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat. Ada pula penggolongan motif ekstrinsik dan intrinsik seperti dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2004:72) berikut ini.

1) Motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi aka nada ujian, orang membaca sesuatu karena di-beri tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum didapat melamar pekerjaan, dan sebagainya

2) Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang dlaam diri individu sendiri telah ada do-rongan itu. Misalnya; orang yang gemar membaca tidak usah ada yang


(18)

rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah bela-jar secara sebaik-baiknya.

Motivasi bawaan yang dimaskud sesungguhnya identik dengan motif intrinsik. Baik motif bawaan maupun motif intrinsik keduanya merupakan motif-motif yang ada dalam diri individu atau siswa. Adapun motif-motif yang dipelajari identik dengan motif ekstrinsik. Keduanya merupakan motif-motif yang berasal dari luar siswa.

2.2.6. Cita-cita

Tidak adanya cita-cita yang jelas, dapat menjadi salah satu penyebab ku-rangnya dorongan untuk mengembangkan kebiasaan baik. Cita-cita dapat menjadi pendorong dan pengarah bagi siswa dalam pengembangan diri Conny R. Semi-awan,dkk (2006:151). Ada beberapa sebab mengapa seseorang tidak memiliki cita-cita yang tidak jelas yaitu Pertama, keterbatasan ilmu dan pengetahuan.Ke-dua, malas atau frustasi.Ketiga, tidak adanya pendorong dan pembimbing yang memadai.Keempat, tidak ada upaya untuk mengenali atau mensyukuri potensi dirinya.Setiap orang memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing. Dengan mengetahui kelemahan dan keunggulannya (potensi unggulnya/ bakat menonjolnya), maka ia bisa menetapkan apa yang menjadi cita-citanya. Semakin dekat minat dengan bakatnya semakin mudah mewujudkan impiannya.Semakin dekat cita-cita dengan potensinya maka semakin mudah menggapainya.

Mengembangkan bakat menonjol akan lebih mudah jika dibandingkan dengan mengembangkan bakat lemahnya. Betapa pentingnya memiliki cita-cita, dan cita-cita yang baik adalah cita-cita yang realistis sesuai dengan potensi


(19)

dirinya.Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang bermanfaat dan bisa diwujudkan-nya. Cita-cita adalah bagian dari proses penetapan dan perencanaan masa depan. Dalam merencanakan masa depan hal yang perlu diperhatikan adalah menetapkan visi berbasis potensi dan mengarahkan minat agar senantiasa selaras dengan bakatnya. Sukses adalah kombinasi optimal antara bakat, minat dan cara hidup yang sehat. Puncak sukses adalah menjadi yang terbaik pada bidangnya.

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi instrinsik. Tetapi adakalanya gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa berperilaku ikut-ikutan. Oleh karena itu, Dimyati dan Mudjiono (2008:247) mengemukakan,

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan melalui cita-cita harus harus dimulai sejak Sekolah Dasar. Di sekolah menengah didikan pemilihan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan memiliki cita-cita hendaknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dari mulai yang sederhana kepada yang semakin sulit.

Berdasarkan pendapat di atas, meraih cita-cita harus disarankan kepada siswa sejak dini. Meraih cita-cita harus disarankan sesuai dengan prestasi dan bakat yang dimiliki siswa. Hal tersebut karena meraih cita-cita didukung oleh bakat dan prestasi siswa. Sebagai contoh siswa yang mempunyai bakat dalam bidang olah raga, maka cita-cita yang diinginkan siswa adalah berhubungan dengan olah raga tersebut dan bukan dengan bidang kesenian yang tidak mereka senangi.


(20)

2.3. Peran Evaluasi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PKn

Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganali-sis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi sekaligus sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Berhasil tidaknya siswa dalam be-lajar dapat diketahui melalui evaluasi karea evaluasi menentukan tercapai tidaknya indikator yang disajikan.Sehubungan dengan hal tersebut, maka evaluasi yang dirumuskan harus sejalan dengan tujuan dan bahan yang disajikan.Peran pe-nilaian atau evaluasi menurut Djahiri (2007:25) yaitu

Proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan pembela-jaran PKn yang telah dilaksanakan dapat dicapai atau tidak. Melalui tes atau evaluasi, ketercapaian materi pelajaran PKn dapat diketahui secara je-las sehingga apabila ada hal-hal yang belum dicapai, dapat dilakukan pen-gulangan materi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan pembelajaran PKn akan diketahui apabila setelah dilaksanakan evalusi pembelajaran. Bahkan melalui evaluasi dapat dilakukan tindak lanjut perlu tidaknya dilakukan pembelajaran atau remedial.Peran evaluasi dikemukakan pula oleh Usman (2005:11-12) se-bagai berikut.

Dengan evaluasi, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan me-tode mengajar. Tujuan lain dari evaluasi di antaranya untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika diban-dingkan dengan teman-temannya.

Peran evaluasi menurut pendapat di atas lebih luas mencakup pen-capain tujuan, ketepatan penggunaan metode, kedudukan siswa di dalam


(21)

ke-las, bahkan dapat menentukan prestasi belajar siswa ke dalam siswa yang pandai, sedang, atau kurang di kelasnya. Dengan demikian, evaluasi pembela-jaran dapat memberikan segala informasi mengenai prestasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran.

Mengadakan evaluasi atau penilaian dikemukakan oleh Sudjana (2000:3-4) yaitu berfungsi sebagai :

(1) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, (2) umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan

(3) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

Dihubungkan dengan pembelajaran PKn, maka melalui pelaksanaan evaluasi pembelajaran PKn, guru dapat mengetahui berbagai aspek yang ada hubungannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran PKn. Melalui evaluasi itu pula guru dapat menentukan efektivitas dan efisiensi berbagai unsur pembelajaranPKn yang dilaksanakan. Hal tersebut sebagai umpan balik untuk dijadikan titik tolak memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran PKn pada tahap berikutnya. Dengan demikian, evaluasi dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (2003:99) sebagai berikut.

Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar-mengajar, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus-menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.


(22)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi memegang peranan penting, selain mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam belajar, juga mengetahui bagaimana keberhasilan guru mengadakan proses pembelajaran, baik dalam menyusun perencanaan, menggunakan media, maupun dalam menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran PKn. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran PKn dapat menilai siswa sebagai pembelajar dan menilai guru sebagai pendidik dan pengajar PKn.

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran PKn merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data ten-tang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam pembelajaran PKn. Evaluasi sekaligus sebagai infor-masi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Berhasil tidak siswa dalam belajar dapat diketahui melalui evaluasi. Selain itu, evaluasi dapat menentukan tercapai tidaknya indikator yang disajikan dalam pembelajaran PKn.


(1)

Dorongan dan kebutuhan merupakan dua komponen motivasi yang memiliki keterkaitan sangat erat. Hal tersebut tampak dalam pernyataan yang dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2006:82) bahwa kebutuhan-kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan fisiologis oraganisme. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hull dalam Dimyati dan Mudjiono (2006:82) yang menyebutkan bahwa dorongan sebagai motivasi penggerak utama perilaku tetapi kemudian juga tidak sepenuhnya menolak adanya pengaruh faktor-faktor eksternal.

Berdasarkan proses terbentuknya, menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:71) motif dapat dibedakan menjadi dua, yaitu motif-motif bawaan dan motif-motif yang dipelajari.

1) Motif-motif bawaan, yaitu motif-motif yang di bawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari, seperti

a) Dorongan untuk makan; b) Dorongan untuk minum;

c) Dorongan untuk bergerak dan beristirahat;

2) Motif-motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti

a) Dorongan untuk belajar sesuatu cabang ilmu pengetahuan; b) Dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan dalam masyarakat. Ada pula penggolongan motif ekstrinsik dan intrinsik seperti dikemukakan Dimyati dan Mudjiono (2004:72) berikut ini.

1) Motif ekstrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Misalnya orang belajar giat karena diberi tahu bahwa sebentar lagi aka nada ujian, orang membaca sesuatu karena di-beri tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum didapat melamar pekerjaan, dan sebagainya

2) Motif-motif intrinsik, yaitu motif-motif yang berfungsinya tidak usah dirangsang dari luar. Memang dlaam diri individu sendiri telah ada do-rongan itu. Misalnya; orang yang gemar membaca tidak usah ada yang


(2)

rajin dan bertanggung jawab tidak usah menanti komando sudah bela-jar secara sebaik-baiknya.

Motivasi bawaan yang dimaskud sesungguhnya identik dengan motif intrinsik. Baik motif bawaan maupun motif intrinsik keduanya merupakan motif-motif yang ada dalam diri individu atau siswa. Adapun motif-motif yang dipelajari identik dengan motif ekstrinsik. Keduanya merupakan motif-motif yang berasal dari luar siswa.

2.2.6. Cita-cita

Tidak adanya cita-cita yang jelas, dapat menjadi salah satu penyebab ku-rangnya dorongan untuk mengembangkan kebiasaan baik. Cita-cita dapat menjadi pendorong dan pengarah bagi siswa dalam pengembangan diri Conny R. Semi-awan,dkk (2006:151). Ada beberapa sebab mengapa seseorang tidak memiliki cita-cita yang tidak jelas yaitu Pertama, keterbatasan ilmu dan pengetahuan.Ke-dua, malas atau frustasi.Ketiga, tidak adanya pendorong dan pembimbing yang memadai.Keempat, tidak ada upaya untuk mengenali atau mensyukuri potensi dirinya.Setiap orang memiliki kelemahan dan keunggulannya masing-masing. Dengan mengetahui kelemahan dan keunggulannya (potensi unggulnya/ bakat menonjolnya), maka ia bisa menetapkan apa yang menjadi cita-citanya. Semakin dekat minat dengan bakatnya semakin mudah mewujudkan impiannya.Semakin dekat cita-cita dengan potensinya maka semakin mudah menggapainya.

Mengembangkan bakat menonjol akan lebih mudah jika dibandingkan dengan mengembangkan bakat lemahnya. Betapa pentingnya memiliki cita-cita, dan cita-cita yang baik adalah cita-cita yang realistis sesuai dengan potensi


(3)

dirinya.Cita-cita yang baik adalah cita-cita yang bermanfaat dan bisa diwujudkan-nya. Cita-cita adalah bagian dari proses penetapan dan perencanaan masa depan. Dalam merencanakan masa depan hal yang perlu diperhatikan adalah menetapkan visi berbasis potensi dan mengarahkan minat agar senantiasa selaras dengan bakatnya. Sukses adalah kombinasi optimal antara bakat, minat dan cara hidup yang sehat. Puncak sukses adalah menjadi yang terbaik pada bidangnya.

Dalam rangka tugas perkembangan, pada umumnya setiap anak memiliki suatu cita-cita dalam hidup. Cita-cita merupakan motivasi instrinsik. Tetapi adakalanya gambaran yang jelas tentang tokoh teladan bagi siswa belum ada. Akibatnya siswa berperilaku ikut-ikutan. Oleh karena itu, Dimyati dan Mudjiono (2008:247) mengemukakan,

Cita-cita sebagai motivasi intrinsik perlu dididikkan. Didikan melalui cita-cita harus harus dimulai sejak Sekolah Dasar. Di sekolah menengah didikan pemilihan dan pencapaian cita-cita sudah semakin terarah. Cita-cita merupakan wujud eksplorasi dan emansipasi diri siswa. Didikan memiliki cita-cita hendaknya berpangkal dari kemampuan berprestasi, dari mulai yang sederhana kepada yang semakin sulit.

Berdasarkan pendapat di atas, meraih cita-cita harus disarankan kepada siswa sejak dini. Meraih cita-cita harus disarankan sesuai dengan prestasi dan bakat yang dimiliki siswa. Hal tersebut karena meraih cita-cita didukung oleh bakat dan prestasi siswa. Sebagai contoh siswa yang mempunyai bakat dalam bidang olah raga, maka cita-cita yang diinginkan siswa adalah berhubungan dengan olah raga tersebut dan bukan dengan bidang kesenian yang tidak mereka senangi.


(4)

2.3. Peran Evaluasi dalam Meningkatkan Motivasi Belajar PKn

Evaluasi merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganali-sis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Evaluasi sekaligus sebagai informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Berhasil tidaknya siswa dalam be-lajar dapat diketahui melalui evaluasi karea evaluasi menentukan tercapai tidaknya indikator yang disajikan.Sehubungan dengan hal tersebut, maka evaluasi yang dirumuskan harus sejalan dengan tujuan dan bahan yang disajikan.Peran pe-nilaian atau evaluasi menurut Djahiri (2007:25) yaitu

Proses yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu kegiatan pembela-jaran PKn yang telah dilaksanakan dapat dicapai atau tidak. Melalui tes atau evaluasi, ketercapaian materi pelajaran PKn dapat diketahui secara je-las sehingga apabila ada hal-hal yang belum dicapai, dapat dilakukan pen-gulangan materi pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, keberhasilan pembelajaran PKn akan diketahui apabila setelah dilaksanakan evalusi pembelajaran. Bahkan melalui evaluasi dapat dilakukan tindak lanjut perlu tidaknya dilakukan pembelajaran atau remedial.Peran evaluasi dikemukakan pula oleh Usman (2005:11-12) se-bagai berikut.

Dengan evaluasi, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan me-tode mengajar. Tujuan lain dari evaluasi di antaranya untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian, guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa yang pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika diban-dingkan dengan teman-temannya.

Peran evaluasi menurut pendapat di atas lebih luas mencakup pen-capain tujuan, ketepatan penggunaan metode, kedudukan siswa di dalam


(5)

ke-las, bahkan dapat menentukan prestasi belajar siswa ke dalam siswa yang pandai, sedang, atau kurang di kelasnya. Dengan demikian, evaluasi pembela-jaran dapat memberikan segala informasi mengenai prestasi belajar siswa setelah dilakukan pembelajaran.

Mengadakan evaluasi atau penilaian dikemukakan oleh Sudjana (2000:3-4) yaitu berfungsi sebagai :

(1) alat untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan instruksional, (2) umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan

(3) dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

Dihubungkan dengan pembelajaran PKn, maka melalui pelaksanaan evaluasi pembelajaran PKn, guru dapat mengetahui berbagai aspek yang ada hubungannya dengan pencapaian tujuan pembelajaran PKn. Melalui evaluasi itu pula guru dapat menentukan efektivitas dan efisiensi berbagai unsur pembelajaranPKn yang dilaksanakan. Hal tersebut sebagai umpan balik untuk dijadikan titik tolak memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran PKn pada tahap berikutnya. Dengan demikian, evaluasi dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Hal ini seperti dikemukakan oleh Slameto (2003:99) sebagai berikut.

Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik terhadap proses kegiatan belajar-mengajar, yang akan dijadikan sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar selanjutnya. Dengan demikian, proses belajar mengajar akan senantiasa ditingkatkan terus-menerus dalam mencapai hasil belajar yang optimal.


(6)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi memegang peranan penting, selain mengetahui keberhasilan belajar siswa dalam belajar, juga mengetahui bagaimana keberhasilan guru mengadakan proses pembelajaran, baik dalam menyusun perencanaan, menggunakan media, maupun dalam menggunakan pendekatan dan metode pembelajaran PKn. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran PKn dapat menilai siswa sebagai pembelajar dan menilai guru sebagai pendidik dan pengajar PKn.

Dapat disimpulkan bahwa evaluasi pembelajaran PKn merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data ten-tang proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan dalam pembelajaran PKn. Evaluasi sekaligus sebagai infor-masi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Berhasil tidak siswa dalam belajar dapat diketahui melalui evaluasi. Selain itu, evaluasi dapat menentukan tercapai tidaknya indikator yang disajikan dalam pembelajaran PKn.