sianosis, kulit kering dan pucat, muntah, dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit sampai 1 jam.
6
2. Stadium demam Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah,
kulit kering, dan terasa panas, nyeri kepala, sering terjadi mual dan muntah. Biasanya pasien menjadi sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat sampai 41°C atau lebih.
Stadium ini berlangsung antara 2-12 jam. Demam disebabkan oleh karena pecahnya skizon dalam sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke
dalam aliran darah. Pada Plasmodium vivax dan Plasmodium ovale, skizon dari tiap generasi menjadi matang setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari
ketiga terhitung dari serangan demam sebelumnya. Pada Plasmodium falciparum setiap 24-48 jam.
11
3. Stadium berkeringat Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, kemudian suhu tubuh menurun
dengan cepat, dan kadang-kadang sampai di bawah normal.
2.2 Status nutrisi
6,11
Status nutrisi pada anak dinilai berdasarkan antropometri, klinis, pemeriksaan laboratorik dan analisis diet.
12
Setiap metode penilaian status nutrisi mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Metode yang paling sering digunakan untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan pemantuan status nutrisi anak adalah dengan menggunakan metode antropometri dan klinis.
Antropometri merupakan pengukuran pada variasi dimensi fisik dan komposisi besaran tubuh manusia pada tingkat usia dan derajat nutrisi yang berbeda.
13,14
14
Faktor umur sangat penting dalam penentuan status nutrisi. Kesalahan penentuan umur akan
menyebabkan interpretasi status nutrisi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan
umur yang tepat. Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur
BBU, tinggi badan menurut umur TBU, dan berat badan menurut tinggi badan BBTB, lingkar lengan atas menurut umur LLAU, lingkar lengan atas menurut tinggi
badan LLATB. Perbedaan penggunaan indeks tersebut akan memberikan gambaran prevalensi status nutrisi yang berbeda.
15
15,16
Tabel 2.1. Pembagian status nutrisi menurut indeks antropometri
17
STATUS NUTRISI
Ambang batas baku untuk keadaan nutrisi berdasarkan indeks
BBU TBU
BBTB LLAU
LLATB
Normal 80-120
90 - 110 90 -
110 85 -
100 85
Malnutrisi ringan-sedang
60 - 80 70 – 90
70 – 90 70 - 85
75 - 85
Universitas Sumatera Utara
Malnutrisi berat
60 70
70 70
75
Berdasarkan standar kurva pertumbuhan internasional NCHSWHO National Center for Health Statistics World Health Organization 2007 direkomendasikan
penggunaan empat indikator dalam menilai pertumbuhan anak, yaitu: 1. Tinggi badan menurut usia TBU
1,18,19
2. Berat badan menurut usia BBU 3. Berat badan menurut tinggi badan BBTB
4. Body Mass Index menurut usia BMIU Keempat indikator ini digunakan untuk mengetahui kondisi malnutrisi akut dan
kronik, yaitu: berat badan kurang, kurus dan pendek. 1. Berat badan kurang atau underweight BBU -2 SD sampai -3 SD merupakan
komposisi dalam indikator pertumbuhan yang digunakan untuk menilai perubahan malnutrisi sepanjang waktu.
1,13,20
2. Kurus atau Wasted BBTB -2 SD sampai -3 SD atau BMIU -2 SD sampai -3 SD sering dihubungkan dengan gagalnya peningkatan berat badan atau mengalami
penurunan berat badan. kurus juga dianggap sebagai malnutrisi akut. 3. Pendek atau stunted TBU -2 SD sampai -3 SD
sering dihubungkan dengan rendahnya kondisi ekonomi danatau akibat infeksi berulang dan juga dianggap suatu malnutrisi kronik.
Universitas Sumatera Utara
2.3.Hubungan infeksi malaria dan status nutrisi
Infeksi dan status nutrisi saling mempengaruhi. Infeksi dapat mempengaruhi status nutrisi dan nutrisi yang menurun dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
21,22
Hal ini bergantung kepada status nutrisi anak sebelum sakit, terjadinya infeksi, lamanya infeksi, dan asupan makanan selama masa penyembuhan.
Penelitian di Nigeria menemukan pengaruh Malaria Falsiparum akut terhadap perubahan berat badan anak berdasarkan faktor prediktor berat badan, pejamu dan
parasit. Dari penelitian ini ditemukan bahwa malaria akut mempengaruhi pertumbuhan pada anak yang lebih muda.
1,21
23
Penelitian di Linggasari Banjarnegara mendapatkan pada saat insiden malaria tinggi terjadi juga penurunan berat badan sejumlah anak balita.
9
Pada Penelitian lain didapati tidak ada hubungan yang signifikan antara nutrisi kurang yang kronik dengan terjadinya malaria yang asimtomatik. Tetapi anak yang mengalami
anemia dan anak dengan splenomegali lebih sering mengalami malaria asimtomatik. Beberapa peneliti menyimpulkan mekanisme hubungan antara gangguan nutrisi,
infeksi, dan imunitas antara lain meliputi:
5
1. Adanya anoreksia
21
Gangguan keseimbangan nitrogen yang disebabkan oleh adanya infeksi atau gangguan imunitas dapat menurunkan asupan makanan. Terputusnya asupan
makan dari anak yang menderita demam, diare atau infeksi lain dibeberapa negara dalam tata cara pemberian makan dapat menimbulkan kembali efek dari anoreksia.
2. Penurunan absorpsi dalam saluran pencernaan
Universitas Sumatera Utara
Penurunan absopsi protein, lemak, karbohidrat, nitrogen umumnya terjadi pada anak yang mengalami diare. Malabsorpsi vitamin A juga terjadi selama demam, diare akut
dan infeksi pernafasan
3. Peningkatan katabolisme Respon suatu katabolik terjadi pada semua infeksi saat subklinis tanpa harus
didahului oleh demam. Melalui rangsang pengeluaran interleukin-1 dari leukosit, perubahan hormon diawali dengan mobilisasi asam amino dari perifer, terutama dari
otot skeletal. Asam amino digunakan untuk proses glukoneogenesis di hati dan nitrogen dikeluarkan di urin. Selain itu juga terjadi peningkatan kehilangan lipid,
karbohidrat, copper, zinc dan elektrolit lainnya 4. Peningkatan anabolisme
Selama infeksi, asam amino dipisah dari jalur normal untuk mensintesa immunoglobulin, limfokin, protein C-reaktif, dan berbagai protein lain termasuk enzim-
enzim hati. Selama demam dapat meningkatkan basal metabolic rate sekitar 12 setiap kenaikan 1°C. sehingga meningkatkan kebutuhan energi.
5. Kehilangan nutrien Infeksi dapat menurunkan konsentrasi mikronutrien dalam plasma dan meningkatkan
pengeluaran dalam urin, seperti defisiensi vitamin A, asam askorbat, vitamin B, zat besi dan zink.
Penelitian klinis tahun 2007 menunjukkan bahwa pemberian kombinasi vitamin A dan suplemen zink secara signifikan dapat menurunkan wabah penyakit malaria.
24
Walaupun pemahaman pengaruh nutrisi pada malaria masih belum lengkap, namun
Universitas Sumatera Utara
jelas bahwa nutrisi secara kuat mempengaruhi wabah penyakit malaria.
6
Disamping infeksi, ada beberapa hal lain yang mempengaruhi status nutrisi anak seperti: asupan
makanan yang tidak cukup, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan jumlah anak dalam keluarga.
10,20,25
2.4 Dampak infeksi malaria terhadap malnutrisi akut dan kronik