Definisi Operasional Rencana Pengolahan dan Analisis Data Hasil Penelitian

3.10 Identifikasi Variabel Variabel bebas skala Malaria Nominal dikotom Variabel tergantung skala Status nutrisi Kategorik Pendek Kategorik Kurus Kategorik

3.11 Definisi Operasional

1 Infeksi malaria ditetapkan apabila dalam pemeriksaan apusan darah tepi ditemukan plasmodium malaria 2. Status nutrisi dinilai dengan menggunakan grafik CDC tahun 2000. Klasifikasi status nutrisi berdasarkan BBTB yaitu : - Nutrisi lebih : bila berat badan tinggi badan 110 – 120 - Normal : bila berat badan tinggi badan 90 – 110 - Malnutrisi ringan: bila berat badan tinggi badan 80 - 90 - Malnutrisi sedang: bila berat badan tinggi badan 70 – 80 3. Tipe malnutrisi pada malnutrisi ringan-sedang dikategorikan menggunakan kurva NCHS WHO 2007 sebagai: 1.Pendek, disebut malnutrisi kronik bila tinggi badan umur TBU ≤ -2 standard deviasi sampai -3 standard deviasi 2.Kurus, disebut malnutrisi akut bila BMI kgm² umur BMI U ≤ -2 standard deviasi sampai -3 standard deviasi. Universitas Sumatera Utara 3.Tidak Kurus-Pendek, apabila tinggi badanumur TBU dan BMIumur BMIU -2 standard deviasi 4. Penyakit kronis adalah penyakit yang berlangsung terus menerus selama lebih dari 3 bulan

3.12 Rencana Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer dengan SPSS versi 14.0. Untuk melihat hubungan antara infeksi malaria dan status nutrisi digunakan uji Chi- square. Uji Chi-square ini juga digunakan untuk melihat hubungan antara malnutrisi akut dan kronik dan infeksi malaria. Dikatakan bermakna bila nilai P 0.05. Universitas Sumatera Utara BAB.4. HASIL

4.1. Hasil Penelitian

Selama periode penelitian dilakukan pemeriksaan malaria pada murid SD di tujuh sekolah yang berada di Kecamatan Siabu, Kecamatan Sihepeng di kota Panyabungan dilakukan pengambilan sampel secara consecutive yaitu 126 anak dengan infeksi malaria dan 126 anak tanpa infeksi malaria. Pada karakterisitik dasar sampel didapati bahwa rerata umur, berat badan, tinggi badan dan jenis kelamin kelompok anak yang terinfeksi dan tanpa infeksi malaria tidak jauh berbeda dalam hal rerata umur yaitu umur 9 tahun. Jumlah jenis kelamin perempuan dan laki-laki hampir sama besar. Rerata berat badan kedua kelompok studi adalah masing-masing 23.7 kg dan 22.8 kg. Rerata tinggi badan kedua kelompok studi adalah masing-masing 123.1 cm dan 124.5 cm. Demikan juga sebagian besar pendidikan ayah dan ibu berada di tingkat SD pada kedua kelompok. Pekerjaan orangtua terbanyak adalah petani,dengan penghasilan terbanyak di bawah 500 ribu pada kedua kelompok, Jenis plasmodium terbanyak adalah Plasmodium falciparum dan gejala klinis yang paling banyak dialami pada kelompok anak yang terinfeksi malaria adalah demam dan sakit kepala tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Karakteristik dasar sampel Karakteristik Malaria + n= 126 Malaria - n= 126 Umur tahun, rerata SD Jenis kelamin, n - laki-laki - perempuan Berat badan kg, rerata SD Tinggi badan cm, rerata SD Jumlah saudara, rerata SD Pendidikan ayah, n - SD - SMP - SMA - Perguruan Tinggi Pendidikan ibu, n - SD - SMP - SMA - Perguruan Tinggi Pekerjaaan orangtua, n - Petani - Wiraswasta - Pegawai Negeri - Tidak bekerja Penghasilan orangtua, n - 500 ribu - 500 ribu – 2 juta - 2 juta – 5 juta - 5 juta Jenis Plasmodium, n - falciparum - Campuran falciparum + vivax 9.3 1.66 62 49.2 64 50.8 23.7 5.50 123.1 10.45 4.8 2.07 61 48.4 39 31.0 24 19.0 2 1.6 77 61.1 28 22.2 21 16.7 10784.9 1411.1 3 2.4 2 1.6 10180.1 2318.3 21.6 12498.0 21.58 9.5 1.92 63 50.0 63 50.0 22.8 5.85 124.5 11.70 4.6 2.47 87 69.0 17 13.5 17 13.5 5 4.0 94 74.6 16 12.7 14 11.1 2 1.6 99 78.6 19 15.0 6 4.8 2 1.6 93 73.8 24 19.0 5 4.0 4 3.2 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Perbandingan status nutrisi anak dengan dan tanpa infeksi malaria Status nutrisi n Malaria + n=126 Malaria - n=126 P Normal 84 66.7 63 50.0 0.138 Malnutrisi ringan-sedang 30 23.8 59 46.8 0.011 Nutrisi lebih 12 9.5 4 3.2 0.364 Dari tabel 4.2 menunjukkan status nutrisi yang paling banyak dijumpai pada kedua kelompok adalah normal, status malnutrisi ringan-sedang dijumpai lebih rendah pada kelompok anak terinfeksi malaria sebanyak 23.8, sedangkan pada kelompok anak tanpa infeksi malaria sebanyak 46.8. Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna status malnutrisi ringan-sedang pada kelompok anak dengan infeksi malaria dan kelompok anak tanpa infeksi malaria dengan nilai P= 0.011; P 0.05. Tabel 4.3. Perbandingan tipe malnutrisi pada anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria yang mengalami malnutrisi ringan-sedang Tipe malnutrisi n Malaria + n=30 Malaria - n=59 P Tidak kurus-pendek 9 30.0 14 23.7 0.080 Kurus 13 43.3 6 10.2 0.073 Pendek Kurus-pendek 6 20.0 2 6.7 22 37.3 17 28.8 0.042 0.008 Dari tabel 4.3 menunjukkan perbedaan tipe malnutrisi pada kelompok anak dengan infeksi dan tanpa infeksi malaria. Dari hasil dijumpai prevalensi tipe malnutrisi yang terbanyak adalah malnutrisi akut tipe kurus pada kelompok terinfeksi malaria sebanyak 13 orang 43.3 sedangkan pada kelompok tanpa infeksi malaria adalah Universitas Sumatera Utara malnutrisi kronik tipe pendek sebanyak 22 orang 37.3. Dengan menggunakan uji chi square ditemukan perbedaan yang bermakna tipe malnutrisi pada kelompok terinfeksi malaria dengan kelompok tanpa infeksi malaria yaitu tipe pendek dan tipe pendek-kurus masing-masing P= 0.042 dan P= 0.008 ; P 0.05 Universitas Sumatera Utara BAB 5. PEMBAHASAN Banyak penelitian mencari hubungan antara status nutrisi dan infeksi malaria, dimana malnutrisi dianggap sebagai penyebab terjadinya infeksi dan kematian malaria terbesar pada manusia. Walaupun pemahaman tentang pengaruh nutrisi terhadap malaria belum lengkap, namun nutrisi memiliki pengaruh yang kuat terhadap terjadinya wabah malaria. Malnutrisi sendiri merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada anak di negara berkembang yang pada umumnya terjadi pada usia dibawah 5 tahun. Penyebab lainnya adalah sosial ekonomi yang rendah, konflik dunia, rendahnya pendidikan, bencana alam, dan kurangnya akses pelayanan kesehatan. 8 31 Faktor terjadinya malnutrisi adalah kompleks dan infeksi merupakan pencetus tersering terjadinya malnutrisi. Infeksi lain seperti saluran cerna dan saluran nafas juga menyebabkan tingginya angka kecacatan dan kematian pada anak malnutrisi dan malnutrisi dianggap sebagai faktor penyebab kematian tersebut. 2,31 Pada tahun 2001, WHO menetapkan perkiraan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun disebabkan oleh infeksi pneumonia 18, diare 15, malaria 8 dan campak. 32 Kematian pada infeksi malaria lebih dari 50 diantaranya disebabkan oleh malnutrisi. Pada penelitian ini dilakukan penilaian status nutrisi pada anak yang terinfeksi malaria dan tanpa infeksi malaria. Bahwa sebagian besar anak mempunyai status nutrisi yang normal, bahkan didapati sebagian kecil dengan nutrisi lebih. Malnutrisi ringan-sedang juga dijumpai pada anak yang terinfeksi malaria, namun ternyata lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi malaria. sehingga terdapat perbedaan status 2 Universitas Sumatera Utara malnutrisi ringan-sedang yang bermakna antara anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi malaria. Pada anak dengan nutrisi yang kurang akan meningkatkan kecenderungan untuk menderita malaria, hal ini disebabkan oleh bermacam faktor yaitu karena penurunan fungsi dari sistim imun seperti penurunan limfosit T, gangguan pembentukan antibodi, penurunan formasi komplemen, dan atropi timus serta jaringan limfoid lain yang tidak mempunyai kekebalan yang adekuat terhadap parasit malaria. 2,34 Penelitian di Afrika barat menemukan tidak adanya hubungan antara malnutrisi dengan penyakit malaria, namun anak yang malnutrisi berisiko 2 kali lipat mengalami kematian dibanding anak yang tidak malnutrisi. 33 penelitian lain melaporkan bahwa malaria ditemukan lebih sering terjadi pada populasi yang malnutrisi dibanding dengan yang tidak malnutrisi. Penelitian ini juga mendapatkan anak yang terinfeksi malaria dengan status malnutrisi ringan-sedang sebagian besar mengalami malnutrisi yang akut. Hal ini ditandai dengan anak berbadan kurus, dan semuanya terinfeksi dengan Malaria Falsiparum. Sedangkan pada anak yang tidak terinfeksi malaria dengan status malnutrisi ringan-sedang, sebagian besar anak mengalami malnutrisi yang kronik dengan dijumpainya anak yang berbadan pendek dan kurus-pendek. 8 Penelitian pada anak prasekolah di daerah endemis malaria sub-Saharan Afrika ditemukan anak yang malnutrisi terutama tipe stunting dapat menurunkan regulasi respon antibodi anti Plasmodium falciparum, sehingga memberikan efek protektif terhadap infeksi malaria. 35 Suatu penelitian longitudinal di Papua New Guinea yang mencari hubungan antara pengukuran antropometri pada penderita malaria dengan imunitas humoral yang respons terhadap antigen malaria yang spesifik menemukan Universitas Sumatera Utara bahwa anak yang pendek namun tidak kurus lebih sedikit yang terkena malaria dianggap memiliki efek protektif terhadap Malaria Falsiparum. Hal ini mungkin berhubungan dengan meningkatnya kemampuan anak malnutrisi untuk menghasilkan sitokin sebagai respon terhadap stimulasi oleh antigen malaria yang spesifik. 36 Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya stunting pada anak. Infeksi malaria, berat badan lahir yang rendah, rendahnya pendapatan keluarga, dan rendahnya body mass index ibu secara bermakna mempengaruhi stunting pada anak dibawah usia 2 tahun. 37 Penelitian di Zambia menemukan tingginya prevalensi stunting pada anak prasekolah, namun rendahnya status mikronutrien anak pada penelitian tersebut tidak dapat membuktikan terjadinya keterlambatan pertumbuhan ada anak prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada anak sekolah dasar dengan umur diatas 5 tahun dimana dijumpai sebagian besar anak mengalami infeksi Malaria Falsiparum dan sebagian besar anak mengalami malnutrisi akut. Sedangkan pada anak yang mengalami infeksi Malaria campuran Falsiparum dan Vivax semuanya mengalami malnutrisi kronik. 38 Pada penelitian lain yang dilakukan secara prospektif pada 465 anak di daerah endemis malaria Nigeria Selatan menunjukkan adanya penurunan berat badan yang bermakna pada anak dengan terjadinya infeksi Malaria Falsiparum akut, kemudian rekurensi parasitemia Plasmodium falciparum berhubungan dengan gagalnya peningkatan berat badan pada anak. 22 Penelitian lainnya menemukan bahwa infeksi Plasmodium falciparum berhubungan dengan terjadinya malnutrisi akut pada anak. 1 Sedangkan penelitian di Kenya menyatakan bahwa anak yang mengalami infeksi klinis Universitas Sumatera Utara Malaria Falsiparum tanpa komplikasi terjadi pada umur tahun pertama. Tetapi efek malaria terhadap status nutrisi lebih jelas tampak pada tahun kedua kehidupan. 39 Plasmodium vivax juga dianggap sebagai penyebab malnutrisi akut pada anak dibawah usia 5 tahun, dan Malaria Vivax ditemukan lebih tinggi secara bermakna pada anak dengan berat badan rendah. 28 Pada penelitian ini dijumpai adanya tingkat sosioekonomi keluarga yang rendah pada kedua kelompok anak dengan malaria dan tanpa infeksi malaria, dengan dijumpainya sebagian besar pendapatan keluarga yang relatif rendah, pendidikan orang tua yang rendah dan jumlah anak yang relatif banyak dalam keluarga. Hal ini dapat mempengaruhi sumber daya keluarga, kesehatan keluarga, sumber daya penyediaan makanan dalam rumah tangga dan berkurangnya perhatian pada anak. Penelitian pada anak sekolah dasar di Kamerun juga menunjukkan perbedaan malnutrisi yang tidak bermakna antara anak yang terinfeksi dan tidak terinfeksi parasit. Tingginya prevalensi malnutrisi pada anak yang tidak terinfeksi pada populasi ini disebabkan tidak adekuatnya asupan makanan karena rendahnya nafsu makan, gangguan metabolik, dan akibat status sosioekonomi yang rendah. Terbatasnya penyediaan makanan dalam rumah tangga dan adanya kebiasaan mengkonsumsi makanan tradisional juga dianggap mempengaruhi malnutrisi pada anak sekolah dasar. 40 Pendidikan ibu dan kesadaran hidup sehat pada ibu juga mempengaruhi nutrisi anak. Perbaikan status ekonomi dalam rumah tangga, peningkatan sumber daya rumah tangga dan lingkungan sekitar rumah dianggap memiliki pengaruh positif dalam perbaikan nutrisi anak. 41 penelitian lain menunjukkan bahwa risiko malaria lebih tinggi pada anak dengan berat Universitas Sumatera Utara badan kurang, hidup di dataran rendah dan tidak tersedianya obat-obatan dalam rumah. Kelemahan penelitian ini tidak menganalisa derajat parasitemia dengan status nutrisi, tidak menilai lamanya infeksi, dan tidak menilai status nutrisi anak setelah mendapatkan terapi anti malaria karena keterbatasan waktu sehingga diperlukan penelitian lanjutan dengan metode yang lebih baik. 42 Universitas Sumatera Utara BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN