BAB IV PANDANGAN DAN ALASAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM PENGAMBILAN PUTUSAN PADA BEBERAPA
KASUS YANG BERKAITAN DENGAN PERBUATAN MELAWAN HUKUM MATERIL DALAM INDAK PIDANA
KORUPSI
A. Kasus I : Putusan Mahkamah Agung Yang Menerapkan Pandangan
Perbuatan Melawan Hukum Materil Yang Berfungsi Positif Dalam Tindak Pidana Korupsi Putusan Mahkamah Agung Nomor:
2608KPid2006 .......................................................................... 63
B. Kasus II : Putusan Mahkamah Agung Yang Menerapkan Pandangan
Perbuatan Melawan Hukum Materil Yang Berfungsi Negatif Dalam Tindak Pidana Korupsi Putusan Mahkamah Agung Nomor:
97KKr1973 .............................................................................. 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan .................................................................................. 92 B.
Saran ........................................................................................... 94
Daftar Pustaka ............................................................................................... 96
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAKSI Putra Ananta Silalahi
Prof. Dr. H. Syafruddin Kallo, S.H., M.Hum Nurmalawaty, SH, M.Hum
Skripsi ini berbicara mengenai perbuatan melawan hukum materil berfungsi positif dan berfungsi negatif dalam tindak pidana korupsi. Dalam
rangka pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi diperlukan suatu landasan yang kuat dan jelas bagi para penegak hukum dalam menjalankan
penegakan hukum agar terjadi keselarasan dalam penafsiran suatu ketentuan hukum demi tercapainya efektifitas dalam pencegahan dan pemberantasan tindak
korupsi tersebut. Dari uraian diatas maka yang jadi permasalahan adalah tentang penafsiran mengenai perbuatan melawan hukum dalam hal ini dikaji dari
perbuatan melawan hukum dalam artian materil baik yang berfungsi positif maupun yang berfungsi negatif khususnya dalam tindak pidana korupsi.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hokum normatif. Penelitian hokum normatif yaitu penelitian yang menggunakan bahan
pustaka atau data sekunder yang diproleh dari berbagai literarur dan berbagai peraturan perundang-undangan serta putusan-putusan Mahkamah Agung yang
berkaitan dengan skripsi ini.
Tindak pidana korupsi diatur di dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Tindak pidana korupsi. Kemudian permasalahan utama
yang dibahas adalah mengenai penafsiran “perbuatan melawan hukum’ yang terdapat di dalam penjelasan pasal 2 ayat 1 yang oleh Mahkamah Konstitusi
telah diputuskan bahwa penjelasan pasal tersebut yang berkaitan dengan dengan unsur perbuatan melawan hukum materil bertentangan dengan UUD 1945 dan
karenanya tidak mampunyai kekuatan hukum mengikat. Meskipun demikian Mahkamah agung masih tetap menjalankan penafsiran makna perbuatan melawan
hukum materil tersebut dalam putusan-putusannya dengan berpegangan pada independensi yang diberikan UU kepada Hakim untuk menemukan hukum baru
yang diterapkan dalam hukum konkrit law in concreto. Sehingga hal ini tentu saja menimbulkan suatu permasalahan dalam penegakan hukum di Indonesia.
Penulis, Mahasiswa Departemen Hukum Pidana Universitas Sumatera Utara Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara. Pembimbing II, Staf Pengajar Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB 1 PENDAHULUAN