PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lain dimuka bumi ini. Bahasa memegang peranan penting
sebagai alat komunikasi dalam kehidupan manusia, ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tertulis,
orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui bahasa tersebut Sutedi, 2003:5.
Secara sederhana, bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih jauh bahasa adalah alat untuk
beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan. Dalam studi sosiolinguistik, bahasa
diartikan sebagai sebuah sistem lambang, berupa bunyi, bersifat arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi Chaer, 2004:11.
Sedangkan Keraf 1980:16 menyatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang
dihasilkan oleh alat ucap manusia. Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.
Bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya, diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka arbitrer, artinya bahwa hubungan antara bahasa dengan yang
dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna tertentu Chaer,
2004:12.
Bahasa itu bervariasi karena anggota masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam, dan bahasa itu sendiri digunakan untuk keperluan yang beragam-ragam
pula. Sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Salah satu bahasa yang ada di dunia adalah bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah bahasa yang
dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat diseluruh pelosok negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung
antar anggota masyarakat Jepang. Dipakai sebagai bahasa pengantar disemua lembaga pendidikan di Jepang. Dewasa ini bahasa Jepang banyak diminati oleh
masyarakat Indonesia. Bahasa Jepang menjadi bahasa asing yang mulai digemari pelajar dan mahasiswa Indonesia.
Dalam mempelajari bahasa Jepang, baik pengajar maupun pembelajar perlu mengetahui atau memahami tentang linguistik bahasa Jepang. Linguistik sebagai
dasar dalam mempelajari keahlian berbahasa. Dengan memahami ilmu ini, akan diperoleh pengetahuan yang semakin memperkuat keyakinan diri dalam berbahasa.
Linguistik sebagai ilmu yang spesifik ialah ilmu yang mempelajari bahasa secara lisantulisan dan termasuk dalam kebudayaan berdasarkan struktur dan bahasa
yang dikaji secara metode ilmiah, istilah linguistik dalam bahasa Jepang disebut dengan 言語学 gengogaku. Sedangkan linguistik bahasa jepang disebut dengan
日 本 語 学 nihongo-gaku. Ada beberapa cabang ilmu linguistik yang bisa dipelajari sebagai ilmu salah satu nya adalah semantik.
Semantik 意味論 imiron merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang arti dan makna kata Sutedi, 2003:111. Kridalaksana 2001:193
mengemukakan dua pengertian tentang semantik : 1 semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga
makna suatu wacana; 2 semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.
Kata semantik berasal dari bahasa Yunani sema yang artinya tanda atau lambang. “Semantik” pertama kali digunakan oleh seorang filolog Perancis
bernama Michel Breal pada tahun 1883. Kata semantik kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari tentang
tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu tentang makna atau tentang arti, yaitu salah
satu dari tiga tataran analisis bahasa: fonologi, gramatika, dan semantik Chaer, 2007:284.
Semantik memegang peranan penting karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain untuk menyampaikan suatu makna. Dalam Kamus Linguistik
Kridalaksana, 2001:132, pengertian makna dijabarkan menjadi : 1.
Maksud pembicara 2.
Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia
3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara
bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya 4.
Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.
Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat yang dalam bahasa jepang disebut 文 bun. Bentuk kalimat sangat bervariasi dan tidak
ada aturan-aturan yang khusus. Predikat dalam kalimat merupakan bagian yang terpenting karena adanya predikat maka bentuk, fungsi dan makna kalimat akan
berbeda-beda. Biasanya jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba.
Verba dalam bahasa Jepang disebut dengan 動詞 doushi. Verba adalah kata kerja yang bisa berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat, mengalami
perubahan bentuk katsuyou dan bisa berdiri sendiri. Selain itu di dalam bahasa Jepang juga banyak memiliki verba yang memiliki pengertian yang sama mirip
tetapi beda cara penggunaannya dalam kalimat. Dalam mempelajari suatu bahasa, baik itu bahasa Indonesia maupun bahasa
asing sering mengalami berbagai permasalahan. Salah satunya adalah dalam mempelajari bahasa Jepang, selain harus mempelajari hurufnya yang unik, kita
juga harus memperhatikan aspek lain, yaitu mengenai makna kata. Kesalah-pahaman dalam komunikasi sering terjadi karena adanya
penafsiran makna yang berbeda antara pembicara dan lawan bicara karena banyaknya persamaan makna kata sinonim dalam bahasa Jepang. Dalam bahasa
Jepang sinonim disebut 類義語 ruigigo. Definisi sinonim adalah secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu onoma yang berarti ‘nama’
dan syn yang berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Secara semantik Verhaar 1978 mendefinisikan sebagai ungkapan bisa berupa kata, frase atau
kalimat yang maknanya kurang lebih sama dengan ungkapan lain. Dalam mempelajari bahasa Jepang, ada banyak terdapat kata yang
mempunyai arti ataupun makna yang hampir sama. Oleh karena itu pembelajar bahasa Jepang sering kali merasa kesulitan dalam hal penggunaan kosakata yang
bersinonim tersebut. Misalnya dalam verba 動詞 doushi 叱る shikaru dan 怒る okoru untuk mengungkapkan perasaan marah atau emosi.
Lihat kalimat berikut ini : 1.
子供のとき、よく母に叱られました。
Kodomo no toki, yoku haha ni shikararemashita. ‘Saat anak-anak, saya sering dimarahi oleh ibu.’
2. 彼はその言葉を聞いて非常に怒った。
Kare wa sono kotoba o kiite hijou ni okotta. ‘Dia sangat marah mendengar kata-kata itu.’
Berdasarkan contoh kalimat diatas, secara umum verba shikaru dan okoru tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan arti
“marah”, tetapi dalam pemakaian pada beberapa kalimat, antara kedua kata kerja ini masing-masing mempunyai nuansa perasaan marah atau emosi yang berbeda.
Hal ini disebabkan oleh kemiripan arti namun fungsi dan makna sebenarnya memiliki perbedaan. Sehingga pada waktu menterjemahkan, penulis sering
mengalami kebingungan untuk menempatkan makna yang tepat agar kalimat dapat dimengerti dengan mudah.
Kata kerja shikaru dan okoru merupakan salah satu contoh kata kerja yang bersinonim dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dibutuhkan ketelitian dan kecermatan dalam menggunakannya agar dapat dipahami orang lain yang sama-sama menggunakan bahasa Jepang. Dalam bahasa Jepang
apabila terjadi peletakan atau penggunaan kata yang salah dalam mengungkapkan kata ‘marah’ dalam kalimat maka akan terjadi kerancuan. Karena itu sangat
penting untuk mempelajari tata bahasa gramatika bahasa jepang yang baik dan benar demi menghindari penggunaan kata-kata yang salah dari kata-kata yang
memiliki hubungan kesinoniman dalam bahasa Jepang pada saat ingin mengungkapkan informasi atau menjalin suatu komunikasi yang baik dengan
orang Jepang khususnya dan pembelajar bahasa Jepang pada umumnya.
Setelah melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba shikaru dan okoru yang memiliki pengertian yang sama
mirip, yaitu ‘marah’ tetapi memiliki perbedaan dalam cara penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang.
Oleh karena itu, penulis mencoba membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Verba Shikaru dan Okoru dalam Kalimat
Bahasa Jepang”. Dengan demikian pendekatan yang digunakan didalam analisis ini adalah pendekatan linguistik terutama dalam bidang semantik.
1.2 Perumusan Masalah