bermasyarakat tidak mungkin mereka bisa hidup tanpa memahami alam sekitar mereka yang berlangsung melalui bahasa.
2.4 Pengertian Sinonim
Secara etimologi kata sinonimi atau disingkat sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’, dan syn yang berarti ‘dengan’.
Maka secara harfiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’ Chaer, 1994:82.
Sementara menurut Tarigan 1993:78 kata sinonim terdiri dari sin “sama” atau “serupa” dan akar kata onim ”nama” yang bermakna “sebuah kata yang
dikelompokkan dengan kata-kata lain di dalam klasifikasi yang sama berdasarkann makna umum. Dengan perkataan lain : sinonim adalah kata-kata yang mengandung
arti pusat yang sama tetapi berbeda dalam nilai kata. Atau secara singkat : sinonim adalah kata-kata yang mempunyai denotasi yang sama tetapi berbeda dalam
konotasi. Perlu diperhatikan bahwa pengertian kesamaan makna yang digunakan
dalam membicarakan sinonim tidak mesti sama secara utuh. Kadang-kadang sebuah kata kata dapat cocok dalam kalimat tertentu, tetapi sinonim kata itu akan
membuat kalimat itu tidak enak didengar. Misalnya, kata makan cocok digunakan dalam kalimat “Para pekerja bangunan sedang makan nasi ransum kiriman
majikannya”. Akan tetapi bersantap yang merupakan sinonim kata itu terasa kurang pas.
Istilah sinonim dipakai karena pertindihan pada kata-kata yang bersinonim itu cukup sehingga menyebabkan kemiripan fungsi kata-kata yang bersinonim itu.
Kata jejaka dan kata duda dalam bahasa Indonesia memiliki banyak kemiripan mengenai cirri-cirinya kecuali dalam status perkawinan. Pertindihan yang tidak
luas itu tidak masuk dalam sinonim karena adanya perbedaan yang mendasar pada kata-kata itu. Memang kedua kata itu memiliki persamaan bahwa yang dimaksud
ialah seorang manusia yang berjenis kelamin laki-laki, tetapi persamaan itu tidak pernah dihiraukan orang, justru perbedaanya yang menjadi pusat perhatian yakni
perbedaan status perkawinannya. Menurut Djajasudarma 1999:42 ada tiga batasan untuk sinonim, yaitu :
1. Kata-kata dengan referen ekstra linguistik yang sama 2. Kata-kata yang memiliki makna yang sama
3. Kata-kata yang dapat disulih dalam konteks yang sama Tiap-tiap ahli bahasa membagi sinonim berbeda-beda. Dibawah ini akan
diuraikan penggolongan sinonim menurut beberapa ahli bahasa: 1.
Pembagian sinonim dengan mengikuti Palmer dalam Djajasudarma 1999:40 sebagai berikut :
a. Perangkat sinonim yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau
bahasa asing dan yang lainnya, yang terdapat didalam bahasa umum. Misalnya, konde dan sanggul, domisili dan kediaman, khawatir dan gelisah.
b. Perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepada langgam dan laras
bahasa. Misalnya, dara, gadis, dan cewek; mati, meninggal, dan wafat. Pemakaian kosakata langgam dan laras bahasa yang berbeda akan menghasilkan
kalimat yang tidak apik ill-formed. Misalnya, “Cewek yang tinggal di rumah besar itu kemarin wafat”.
c. Perangkat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya
sama. Misalnya, negarawan dan politikus; ningrat dan feodal. d.
Perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata tertentu keterbatasan kolokasi. Misalnya, telur busuk, nasi basi, mentega tengik, susu asam, baju apek,
busuk, basi, tengik, asam dan apek memiliki makna yang sama, yakni buruk, tetapi tidak dapat saling menggantikan karena dibatasi persandingan yang
dilazimkan. e.
Perangkat sinonim yang maknanya kadang-kaddang tumpang-tindih. Misalnya, buluh dan bamboo; bumbu dan rempah-rempah; bimbang, cemas, dan sangsi;
nyata dan kongkret. 2.
sinonim menurut pembagian Colliman dalam Djajasudarma 1999:39- 41 membagi jenis sinonim menjadi Sembilan, dan bila kita lihat
contohnya di dalam bahasa Indonesia, sebagai berikut : a.
Sinonim yang salah satu annggotanya memiliki makna yang lebih umum generik, bandingkan misal, menghidangkan dan menyediakan atau
menyiapkan; kelamin dengan seks. Sinonim yang salah satu anggotanya memiliki unsur makna yang lebih intensif. Misal, jenuh dan bosan; kejam
dan bengis; imbalan dan pahala. b.
Sinonim yang salah satu anggotanya lebih menonjolkan makna emotif. Misal, mungil dan kecil; bersih dan ceria; hati kecil dan hati nurani.
c. Sinonim yang salah satu anggotanya bersifat mencela atau tidak
membenarkan. Misal, boros dan tidak hemat; hebat dan dahsyat; mengamat-amati dan memata-matai di dalam bahasa Sunda dikenal ujaran
bodo ‘bodoh’ dan hese ngarti gancang poho ‘sulit mengerti cepat lupa’.
d. Sinonim yang salah satu anggotanya menjadi istilah bidang tertentu. Misal,
plasenta dan ari-ari; ordonansi dan peraturan; disiarkan dan ditayangkan. e.
Sinonim yang salah satu anggotanya lebih banyak dipakai didalam ragam bahasa tulisan. Misal, selalu dan senantiasa; enak dan lezat; lalu dan
lampau; bisa dan racun. f.
Sinonim yang salah satu anggotanya lebih lazim dipakai di dalam bahasa percakapan. Misal, kayak dan seperti; ketek dan ketiak.
g. Sinonim yang salah satu anggotanya dipakai dalam bahasa kanak-kanak.
Misal, pipis dan berkemih; mimik dan minum; bobo dan tidur, mam mamam dan makan.
h. Sinonim yang salah satu anggotanya biasa dipakai di daerah tertentu saja.
Misal, cabai dan lombok; sukar dan susah; lepau dan warung; katak dan kodok; sawala dan diskusi.
2.5 Pilihan Bahasa