Perumusan Masalah Ruang Lingkup Pembahasan Metodologi Penelitian

Setelah melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba shikaru dan okoru yang memiliki pengertian yang sama mirip, yaitu ‘marah’ tetapi memiliki perbedaan dalam cara penggunaannya dalam kalimat bahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis mencoba membahasnya melalui skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Verba Shikaru dan Okoru dalam Kalimat Bahasa Jepang”. Dengan demikian pendekatan yang digunakan didalam analisis ini adalah pendekatan linguistik terutama dalam bidang semantik.

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah dan perbedaan verba shikaru dan okoru yang memiliki kemiripan makna sinonim yaitu ‘marah’ tetapi masing- masing verba tersebut berbeda penggunaannya dalam kalimat dan belum tentu dapat saling menggantikan. Oleh sebab itu munculah kesulitan pada pembelajar bahasa Jepang untuk memahaminya. Maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah fungsi dan makna verba shikaru dan okoru secara umum ? 2. Bagaimanakah fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dalam kalimat bahasa Jepang ?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Verba shikaru dan okoru dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi ‘marah’. Namun kedua verba tersebut tidak dapat digunakan begitu saja karena harus disesuaikan dengan kondisi atau situasi yang tepat pada sebuah kalimat. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan pula pengertian serta jenis verba dalam bahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis membatasi permasalahan pada analisa terhadap perbedaan fungsi dan makna dari kedua verba tersebut dalam suatu kalimat. Adapun sebagai bahan penelitian penulis untuk menganalisis verba shikaru dan okoru tersebut adalah dari berbagai sumber yang menggunakan verba shikaru dan okoru seperti kamus elektronik http:dictionary.goo.ne.jp, koran online http:tangorin.com dan buku-buku berbahasa jepang. Kemudian agar pembahasan lebih jelas dan akurat maka penulis sebelum menuju kepada Bab Pembahasan Bab III terlebih dahulu menjelaskan mengenai pengertian verba, pengertian verba shikaru dan okoru, pengertian semantik dan sinonim. 1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka Fokus dari penelitian ini adalah kalimat bahasa Jepang yang mengandung fungsi dan makna marah yang berkaitan dengan verba shikaru dan okoru. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau definisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik. Linguistik adalah adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Sementara Chaer 1994:1 mengatakan : linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai objek kajiannya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri. Kosa kata goi merupakan salah satu aspek kebahasaan yang harus diperhatikan dan dikuasai guna menunjang kelancaran berkomunikasi dengan bahasa Jepang. Kosa kata dapat diklasifikasikan menjadi sepuluh kelas kata yaitu verba doushi, adjektiva-I keiyoushi, adjektiva-Na keiyoudoushi, nomina meishi, prenomina rentaishi, adverbia fukushi, interjeksi kandoushi, konjugasi setsuzokushi, verba bantu jodoushi, dan partikel joushi, Sudjianto, 2004:98. Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Sama halnya dengan bahasa jepang. Karena itu sangat penting mempelajari tata bahasa yang baik dan benar. Kitahara Yasuo dalam Sudjianto 1996:22 mengemukakan “Tata bahasa adalah suatu fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata, dan fungsi kata dalam kalimat”. Demikian halnya dengan bahasa Jepang apabila kita harus menguasai bahasa tersebut. Verba doushi adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan katsuyou dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk katsuyou dan bisa berdiri sendiri Sutedi, 2003:42. Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba shikaru dan okoru yang memiliki arti “marah” dimana kedua kata tersebut memiliki makna yang sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik. Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar sukukata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah relasi makna khususnya sinonim. Dalam hal ini verba shikaru dan okoru adalah kata-kata yang bersinonim.

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis. Sebelum menganalisis fungsi dan makna yang terdapat pada verba shikaru dan okoru yang bermakna ‘marah’, maka penulis perlu memaparkan pengertian fungsi dan makna terlebih dahulu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Fungsi adalah: 1 jabatan pekerjaan yang dilakukan, 2 faal kerja suatu bagian tubuh, 3 besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah, 4 kegunaan suatu hal; 5 peran sebuah unsur bahasa dulu satuan sintaksis yang lebih luas seperti nomina berfungsi sebagai subjek. Makna adalah: 1 arti, 2 maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan. Penelitian ini menggunakan teori fungsi dan makna, selain itu juga menggunakan pendekatan semiotik dan semantik untuk menjelaskan keadaan situasi serta tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa Chaer, 2007: 37. Tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan tindakan secara langsung dan alamiah Chaer, 2007: 37. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran dalam wujud bunyi itu. Karena lambang- lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Semantik imiron merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2003:103. Menurut Tarigan 1985:18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos ‘penting: berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan: menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata semaphore yang berarti ‘tiang signal yang digunakan sebagai tanda oleh kereta api’. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Kridalaksana 2001:193 mengemukakan dua pengertian tentang semantik : 1 semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga makna suatu wacana; 2 semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya. Dalam semantik imiron terdapat beberapa objek kajian, antara lain adalah makna kata go no imi, relasi makna go no imi kankei antar satu kata dengan kata yang lainnya, makna frase dalam satu ideom ku no imi dan makna kalimat bun no imi Sutedi, 2003:103. Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna go to go no imi kankei yang terdiri dari, 1. Ruigi kankei hubungan kesinoniman 2. Han gi kankei antonim dan 3. Jouge kankei hubungan hipponimi dan hepernimi. Dari ketiga hubungan antar makna tersebut, penulis menggunakan metode ruigi kankei karena berhubungan dengan judul skripsi. Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna konstektual. Makna konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata atau gabungan kata dalam kontes kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat ujaran dalam konteks situasi tertentu Chaer, 2007:81. Atau dengan kata lain makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang memakai ujaran tersebut. Untuk makna verba shikaru dan okoru yang akan dianalisis, penulis akan melihat makna verba shikaru dan okoru dari definisi-definisi makna tersebut diatas, untuk lebih memperjelas makna sesuai dengan konteks dan situasi kalimat yang sering digunakan dalam bahasa jepang. 1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan makna verba shikaru dan okoru secara umum. 2. Untuk mengetahui bagaimana fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dalam kalimat berbahasa Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang verba bahasa Jepang, khususnya verba shikaru dan okoru dalam konteks kalimat bahasa Jepang. 2. Membantu menambah referensi yang berkaitan dengan bidang linguistik khususnya kajian semantik untuk menunjang proses pembelajaran bahasa Jepang.

1.6 Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif yang berupa penjelasan atau pemaparan. Dalam buku Pengantar Metodelogi Ilmiah Surachmad, 1988:5 menerangkan metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan. Dan pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data ini. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui studi kepustakaan liberary research, yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini. Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam menyelesaikan penelitian ini adalah : 1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul penulisan. 2. Membaca berbagai buku termasuk dari media elektronik yang berkonteks bahasa Jepang. 3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklarifikasikan kata atau kalimat yang menggunakan verba shikaru dan okoru. 4. Menerjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu yang terdapat verba shikaru dan okoru. 5. Melakukan analisis fungsi dan makna verba shikaru dan okoru dari cuplikan kalimat yang sudah diterjemahkan. BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA SHIKARU DAN OKORU, SEMANTIK SERTA SINONIM 2.1 Verba Bahasa Jepang 2.1.1 Pengertian Verba

Dokumen yang terkait

Analisis Fungsi Dan Makna Verba Utsu Dan Tataku Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru (Utsu) To (Tataku) No Kinou To Imi No Bunseki

3 113 70

Analisis Fungsi Dan Makna Fukushi Kanari Dan Zuibun Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou ni Okeru Zuibun To Kanari To Iu Fukushi No Imi To Kiinou No Bunseki

14 146 97

Analisis Fungsi Dan Makna “Mon” Dalam Kalimat Pada Komik “Gals!” Karya Mihona Fujii Mihona Fujii No Sakuhin No “Gals!” No Manga No Bun Ni Okeru “Mon” No Kinou To Imi No Bunseki

1 57 87

Analisis Fungsi Dan Makna Verba Bentuk 「–Te Iku 」Dan 「–Te Kuru 」Dalam Novel ‘Piitaa Pan To Wendi’ [Piitaa Pan To Wendi] No Shousetsu No 「-Te Iku」 To 「-Te Kuru」 To Iu Doushi No Kinou To Imi No Bunseki

8 80 96

Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru (Hataraku, Tsutomeru, Shigoto Suru) No Tsukaikata No Bunseki

5 125 67

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

1 48 102

UNGKAPAN MAKNA VERBA SHIKARU DAN OKORU SEBAGAI SINONIM.

1 2 12

Analisis Fungsi dan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru Dalam Kalimat Bahasa Jepang Nihongo No Bunshou Ni Okeru Tetsudau To Tasukeru No Kinou To Imi No Bunseki

0 0 9

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA SHIKARU DAN OKORU, SEMANTIK SERTA SINONIM - Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunsek

0 1 26

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

0 0 13