Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan verba shikaru dan okoru yang memiliki arti “marah” dimana kedua kata tersebut memiliki makna yang
sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.
Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar sukukata
dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Lalu objek kajian yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas ini adalah
relasi makna khususnya sinonim. Dalam hal ini verba shikaru dan okoru adalah kata-kata yang bersinonim.
1.4.2 Kerangka Teori
Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan kerangka teori berdasarkan pendapat para pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca
oleh penulis. Sebelum menganalisis fungsi dan makna yang terdapat pada verba shikaru dan okoru yang bermakna ‘marah’, maka penulis perlu memaparkan
pengertian fungsi dan makna terlebih dahulu. Dalam Kamus Bahasa Indonesia, Fungsi adalah: 1 jabatan pekerjaan
yang dilakukan, 2 faal kerja suatu bagian tubuh, 3 besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah, 4 kegunaan suatu
hal; 5 peran sebuah unsur bahasa dulu satuan sintaksis yang lebih luas seperti nomina berfungsi sebagai subjek. Makna adalah: 1 arti, 2 maksud pembicara
atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.
Penelitian ini menggunakan teori fungsi dan makna, selain itu juga menggunakan pendekatan semiotik dan semantik untuk menjelaskan keadaan
situasi serta tanda-tanda yang terdapat dalam kalimat bahasa Jepang. Semiotika merupakan ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada
dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa Chaer, 2007: 37. Tanda adalah suatu atau sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan, benda dan
tindakan secara langsung dan alamiah Chaer, 2007: 37. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tentu ada
yang dilambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran dalam wujud bunyi itu. Karena lambang-
lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna.
Semantik imiron merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku yang mengkaji tentang makna Sutedi, 2003:103. Menurut Tarigan 1985:18
bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos ‘penting: berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan:
menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata semaphore yang berarti ‘tiang signal yang digunakan sebagai tanda oleh kereta
api’. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan
yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Kridalaksana 2001:193 mengemukakan dua pengertian tentang
semantik : 1 semantik merupakan bagian dari struktur bahasa yang berhubungan
dengan makna dari ungkapan dan juga makna suatu wacana; 2 semantik adalah sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.
Dalam semantik imiron terdapat beberapa objek kajian, antara lain adalah makna kata go no imi, relasi makna go no imi kankei antar satu kata
dengan kata yang lainnya, makna frase dalam satu ideom ku no imi dan makna kalimat bun no imi Sutedi, 2003:103.
Berdasarkan pada relasi makna terdapat hubungan antar makna go to go no imi kankei yang terdiri dari, 1. Ruigi kankei hubungan kesinoniman 2. Han gi
kankei antonim dan 3. Jouge kankei hubungan hipponimi dan hepernimi. Dari ketiga hubungan antar makna tersebut, penulis menggunakan metode ruigi kankei
karena berhubungan dengan judul skripsi. Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna konstektual. Makna
konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata atau gabungan kata dalam kontes kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat ujaran dalam
konteks situasi tertentu Chaer, 2007:81. Atau dengan kata lain makna kontekstual adalah makna yang didasarkan atas hubungan antar ujaran dan situasi yang
memakai ujaran tersebut. Untuk makna verba shikaru dan okoru yang akan dianalisis, penulis akan
melihat makna verba shikaru dan okoru dari definisi-definisi makna tersebut diatas, untuk lebih memperjelas makna sesuai dengan konteks dan situasi kalimat yang
sering digunakan dalam bahasa jepang.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian