Pengolahan Hasil Hutan KONDISI MATA PENCAHARIAN DESA PARBULUAN 1 1959-1998

dahulu dikumpulkan di Desa Parbuluan. Kemudian dari Sidikalang dikirim ke luar negeri. Pemasaran pada tingkat petani tersebut dijual ke pengumpul atau pengusaha pemilik kilang minyak nilam, para petani menjual produknya dalam dua produk yaitu: 1 penjualan daun kering dari petani kepada para pemilik kilang dan selanjutnya pemasaran minyak atsiri dilakukan oleh pemilik kilang; 2 penjualan minyak nilam oleh petani setelah diolah di kilang kepada para pengumpul lokal. Harga pada masing-masing tingkatan ditentukan oleh harga tingkatan ke 3 yaitu harga penjualan ekspor. Para pengumpullokal biasanya memperoleh informasi harga dengan mengadakan penawaran kepada beberapa eksportir dan menjual kepada penawaran tertinggi. Sistem pemasaran yang terbuka ini, akan menguntungkan para pemasok lokal namun belum tentu menguntungkan petani karena informasi harga ekspor ke petani tidak pernah sampai ke mereka. Sebagai bahan baku minyak wewangian, minyak nilam ini diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Perancis, Belanda, Swiss, Jerman, Singapura, Inggris, Jepang, India, Spanyol, Hongkong, Malaysia, Italia dan Argentina. Menjelang tahun 1975 tanaman nilam mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan karena daunnya berguguran. Gejala Penyakit Di lapangan, penyakit layu bakteri nilam menyebar secara merata pada satu areal pertanaman dengan gejala daun layu dan diakhiri dengan kematian tanaman dalam waktu singkat. Sehingga keadaan ini menurunkan produksi nilam. Oleh karena itu, masyarakat mulai mengolah kayu balok sebagai mata pencahariannya dan perlahan-lahan meninggalkan tanaman nilam.

3.2 Pengolahan Hasil Hutan

3.2.1 Mengolah Kayu Balok Dalam mengolah kayu balok di Desa parbuluan 1 ada 2 cara yang dilakukan masyarakat. Pertama adalah melalui ijin dari Dinas Kehutanan dan ada yang secara ilegal. Universitas Sumatera Utara Bila melalui ijin terlebih dahulu yang bersangkutan harus mengajukan permohonan baru setelah ditanggapi maka ada ketentuan yang harus dipenuhi seperti membayar iuran yang disebut dengan bunga kayu. Biasannya Dinas kehutanan memberikan hutan seluas 100 ha sekali permohonan ijin dan iurannya dikenakan sebesar 100 ribu rupiah dan berlaku hanya 1 tahun saja. Bila ingin memperpanjang untuk tahun berikutnya harus mengurusnya kembali. 8 • Persiapan dan pembersihan tumbuhan bawah. Tujuannya adalah untuk mempermudah kegiatan penebangan dan mencegah terjadinya kecelakaan selama kegiatan penebangan. Mengolah kayu bagi masyarakat Desa Parbuluan dimulai sekitar tahun 1975. Mata Pencaharian ini merupakan yang baru setelah meninggalkan tanaman nilam. Dalam mengolah kayu ini, setiap jam 5 pagi masyarakat Desa Parbuluan berangkat jam 5 pagi untuk mengambil kayu di hutan dan pada sore harinya hasil pengolahan kayu yang sudah menjadi balok akan diangkut dengan kerbau sampai dimana motor palakka dapat melaluinya.. Dalam mengolah kayu menjadi balok ini ada beberapa proses yang dilakukan masyarakat. Kayu balok ini berfungsi sebagai bahan baku untuk membuat rumah ataupun untuk membuat perahu. Terkait dengan perahu, Masyarakat Desa Parbuluan 1 menjualnya ke daerah Pangururan Ibukota Kabupaten Toba Samosir sekarang. Penebangan merupakan langkah awal dari kegiatan pemanenan kayu, meliputi tindakan yang diperlukan untuk memotong kayu dari tunggaknya secara aman dan efisien. Tujuan penebangan adalah untuk mendapatkan bahan baku untuk keperluan industri perkayuan dalam jumlah yang cukup dan berkualitas baik. Sebelum melakukan penebangan pohon terdapat 3 cara yang biasanya dilakukan masyarakat Desa Parbuluan, yaitu : 8 Wawancara dengan Bapak Tompul Pasaribu, Desa Partukkonaginjang, 13 April 2014. Universitas Sumatera Utara • Penentuan arah rebah. Tujuannya adalah untuk menghindari si penebang dari kecelakaan. • Pembuatan takik rebah dan takik balas. Hal ini juga kerap harus memperhatikan arah angin Arah rebah pohon adalah hal mutlak yang harus diperhatikan. Sebelum penebangan dimulai perlu dilakukan penandaan terhadap pohon yang akan ditebang dan pohon yang tidak boleh ditebang. Pada umumnya pohon yang ditebang adalah pohon yang sudah besar. Terdapat beberapa hal yang penting yang perlu diperhatikan dalam menentukan arah rebah pohon, yaitu : • Kondisi pohon : kondisi pohon yang dimaksud disini adalah posisi pohon normal atau miring: kesehatan pohon gerowong atau terdapat cacat-cacat lain yang mempengaruhi rebahnya pohon; bentuk tajuk dan keberadaan banir. • Kondisi lapangan di sekitar pohon : kondisi lapangan ini meliputi keadaan vegetasi di sekitar pohon yang akan ditebang, termasuk keadaan tumbuhan bawah, lereng, rintangan jenis-jenis pemanjat, tunggak dan batu-batuan. • Keadaan cuaca pada saat penebangan. Apabila hujan turun dan angin kencang, maka semua kegiatan harus dihentikan. Keberhasilan penebangan sangat ditentukan oleh arah rebah pohon. Arah rebah yang benar akan menghasilkan kayu sesuai dengan yang diinginkan dan kecelakaan kerja dapat dihindari serta kerusakan terhadap lingkungan dapat ditekan, sedangkan apabila arah rebah yang ditentukan tidak benar, maka kayu akan rusak dan kemungkinan terjadinya kecelakaan sangat besar serta pohon yang rebah akan merusak lingkungan sekitarnya. Oleh karenanya dalam nenentukan arah rebah pohon harus berpedoman pda ketentuan-ketentuan yang sudah ditetapkan. Bebererapa ketentuan arah rebah yang benar adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara • Sedapat mungkin menghindari arah rebah yang banyak dijumpai rintangan, seperti : batu-batuan, tunggak, pohon roboh dan parit. • Jika pohon terletak di lereng atau tebing, maka arah rebah diarahkan ke puncak lereng. • Diusahakan menuju tempat yang tegakan tinggalnya relatif sedikit. • Arah rebah diupayakan disesuaikan dengan arah penyaradan kayu atau ke arah yang memudahkan penyaradan kayu. • Pada daerah yang datar, arah rebah pohon disesuaikan dengan bentuk tajuk dan posisi pohon. Selain menentukan arah rebah pohon, perlu juga diperhatikan arah keselamatan bagi penebang. Apabila sebatang pohon akan ditebang, luas daerah berbahaya diperkirakan 2 x tinggi pohon yang bersangkutan. Demi menjamin keselamatan penebang, maka daerah yang aman berada pada sudut 45 derajad di kiri dan kanan garis lurus arah rebah pohon yang ditentukan. Selain arah rebah pohon, faktor yang menentukan keberhasilan penebangan adalah pembuatan takik rebah dan takik balas. Takik rebah dan takik balas ini yang akan menentukan arah robohnya pohon. Sebelum takik rebah dibuat, untuk pohon-pohon yang mempunyai banir perlu dilakukan pemotongan pengeprasan banir, yaitu memotong banir sehingga diameter pangkal mendekati diameter batang kayu. Tujuan dari pengeprasan banir adalah untuk memudahkan pembuatan takik rebah dan takik balas. Dalam pembuatan takik rebah dan takik balas masyarakat Desa Parbuluan masih menggunakan alat alat konvensional gergai tangan, kapak dan peralatan mekanis gergaji rantai. Secara umum urutan pembuatan takik rebah dan takik balas adalah sebagai berikut :  Membuat takik rebah. Universitas Sumatera Utara Takik rebah terdiri dari 2 bagian utama, yaitu alas takik dan atap takik. Alas takik dibuat terlebih dahulu dengan kedalaman berkisar antara 15 – 13 diameter pohon . Setelah pembuatan alas takik, selanjutnya membuat atap takik dengan sudut 45 dari alas takik, hasilnya berupa potongan yang disebut dengan mulut takik.  Membuat takik balas. Tinggi takik balas diperkirakan 110 diameter pohon dari garis perpanjang alas takik. Takik balas dibuat dengan cara memotong pohon secara horizontal pada ketinggian di atas sampai kayu engsel.  Kayu engsel. Kayu engsel merupakan bagian kayu antara takik balas dan takik rebah. Kayu ini lebarnya kurang lebih 110 diameter. Fungsi dari kayu engsel adalah sebagai kemudi dalam mengarahkan rebahnya pohon. Cara pembuatan takik rebah dengan menggunakan gergaji rantai untuk kayu yang berdiameter besar berbeda dengan cara pembuatan takik rebah untuk kayu yang berdiameter kecil. Pohon kecil yang dimaksud disini adalah diameter pohon lebih kecil dari panjang bilah gergaji yang digunakan, sedangkan kayu besar adalah jika diameter pohon lebih besar dari panjang bilah gergaji yang digunakan. Pada kegiatan penjarangan umumnya penebangan dilakukan tanpa membuat takik rebah seperti di atas, tetapi cukup dengan memotong pohon secara horisontal hingga pohon yang bersangkutan rebah. Pembuatan takik rebah yang tidak benar akan mengakibatkan pohon tidak rebah ke arah yang sudah ditentukan. Selain itu takik rebah yang terlalu dalam akan mengakibatkan kayu rebah sebelum waktunya dan terjadi unusan, yaitu serat kayu yang terjulur di atas tunggak sebagai akibat kesalahan dalam pembuatan takik rebah. Universitas Sumatera Utara Peralatan Penebangan  Peralatan non mekanis Gergaji Dalam mengolah kayu menjadi balok masyarakat Desa Parbuluan 1 masih menggunakan gergaji tangan dan hanya beberapa orang yang memiliki mesin penebang kayu. Gergaji itu memerlukan 2 orang dalam pemakaiannya. Kapak Kapak yang dipakai adalah berbobot 1200 gram buatan jerman sering juga disebut kapak Jerman. Selain itu, masyarakat Desa Parbuluan juga menggunakan kapak yang beratnya kurang 1200 gram atau biasa disebut kapak Cina, karna buatan Cina . Kapak ini biasanya bermata satu. Alat ini biasanya digunakan untuk pengeprasan banir, membuat mulut takik, membersihkan cabang dan kadang-kadang berfungsi sebagai pemukul baji. Baji Baji adalah suatu alat berbentuk segi empat dengan mata yang tidak tajam, bagian punggungnya lebih tebal dari bagian matanya. Alat ini dapat dibuat dari kayu, plastik, besi atau aluminium. Kegunaan dari baji antara lain adalah untuk membentu mengarahkan rebahnya pohon dan menghindari agar gergaji tidak terjebpit. Kikir Fungsi dari kikir adalah untuk menajamkan dan merawat gigi gergaji. Bentuk kikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kikir bulat dan kikir segitiga.  Peralatan mekanis. Gergaji rantai. Universitas Sumatera Utara Gergaji rantai digunakan untuk membuat takik rebah dan takik balas, dan untuk memotong bagian-bagian kayu lainnya, baik dalam kegiatan pembersihan cabang, penebangan maupun pembagian batang. Pada dasarnya gergaji terdiri dari 3 bagian utama, yaitu mesin penggerak, bilah pemadu penghantar dan rantai gergaji. Pada masa pengolahan kayu ini jenis gergaji yang banyak digunakan adalah gergaji buatan Eropa. Gergaji rantai buatan Eropa ini merupakan gergaji yang relatif ringan dan kecil, sehingga relatif sesuai untuk ukuran tubuh orang Asia. Pada saat ini model yang paling umum adalah gergaji yang terbuat dari bahan ringan, kekuatan mesin berkisar antara 10 – 12 HP dan panjang bilah penghantarnya antara 24 – 30 inchi. Dalam hal keselamatan, masyarakat Desa Parbuluan 1 belum menggunakan perlengkapan seperti sekarang ini. Perlengkapan tersebut antara lain : 1. Jaket pakaian khusus yang dirancang untuk kegiatan pemotongan kayu. 2. Celana panjang 3. Sepatu lapangan 4. Helm pengaman 5. Pelindung muka 6. Penutup telinga 7. Sarung tangan Dalam aturan penebangan pohon tersebut, masyarakat biasanya menebang pohon yang sudah bisa dipanen, sebab dalam melakukan pekerjaan ini sangat menguras banyak energi. Kadangkala tidak semua pohon yang memiliki standar panen ditebang, pohon tersebut adalah yang dianggap masyarakat keramat. Apabila pohon ini ditebang, maka bisa membahayakan si penebang tersebut. Setelah kayu balok sudah diangkut dari hutan, maka kayu balok tersebut akan dijual ke toke yang ada di daerah parbuluan 1. Kayu ini selalu diangkut pagi hari sekitar jam 5 Universitas Sumatera Utara supaya tenaga kerbau yang mengangkutnya masih penuh. Kemudian toke tersebut membayar kayu balok tersebut dengan berupa kebutuhan pokok, seperti beras, gula dan sembako lainnya. Kayu balok ini mempunyai ukuran 20x20 inci dan Toke yang dipercayai masyarakat menjualnya ke markas koramil di Sidikalang. Dan dari situlah kemudian menyebar ke daerah lain. Masa pengolahan kayu ini hanya berlangsung selama 10 tahun. Kemudian datanglah masyarakat karo memperkenalkan tanaman holtikultura seperti Kol dan kentang yang cocok juga dibudidayakan di Desa Parbuluan. Perlahan-lahan mengolah kayu balok ditinggalkan karena dianggap sangat menguras tenaga dan mulai beralih ke tanaman holtikultura. 3.2.2 Rotan Mengolah Rotan Berbeda halnya dengan mengambil kayu di hutan, aktivitas ini tidak memerlukan permohonan ijin dari Dinas kehutanan. Masyarakat bebas untuk mengambilnya tergantung kesanggupannya. Kegunaan dari rotan adalah untuk dijadikan bahan baku kerajinan tangan seperti kursi ataupun perabot rumah tangga lainnya. Pekerjaan ini dilakukan oleh kaum ibu-ibu mulai pagi sampai sore hari dimana sebelumnya mereka sudah membawa bekal untuk melakukan pekerjaan ini. Rotan tumbuhnya berumpun, berumah dua, ramping, tingginya dapat mencapai 42 cm. Garis tengah batang 4 mm, bila berpelepah daun dapat mencapai 10 mm. Di Desa Parbuluan 1 masyarakat tidak perlu membudidayakannya karena sudah tersedia di hutan. Tumbuhan ini biasannya menghendaki lahan kering dengan iklim basah dan tanah bertekstur liat. Curah hujan minimum 2000 mmtahun dan bulan kering berkisar 1-3 bulan. Pada umumnya rotan dapat dipanen setelah berumur 7-10 tahun dan kemudian dapat dipanen kembali setiap 2 tahun. Kedua Mata pencaharian mengolah kayu balok dan mengambil rotan dilakukan secara bersamaan. Dalam hal pelaksanaanya, para kaum lelaki bertugas untuk mengolah kayu balok Universitas Sumatera Utara dan kaum perempuan bertugas mengambil rotan. Mereka berangkat setiap jam 5 pagi dan pulang ketika matahari sudah mulai terbenam. Akan tetapi kaum laki-laki sengaja bermalam bersama di hutan karna mengingat jauhnya jarak dari perkampungan mereka. Dalam hal ini mereka sudah membawa bekal yang cukup untuk menginap di hutan. Sementara kaum ibu wajib pulang untuk mengurus anak mereka yang di rumah. Panen rotan dimulai dengan cara memotong batang yang sudah tua. Ketuaan batang ditandai dengan terkelupasnya pelepah daun pada batang rotan tersebut. Batang yang telah dipotong kemudian ditarik perlahan-lahan sampai dijumpai bagian batang yang pelepahnya masih melekat dengan kuat. Selanjutnya batang rotan dilingkarkan pada pohon terdekat dan dengan kuat dan cepat ditarik sehingga pelepah daun yang masih tersisa dapat terlepas. Kemudian batang dibersihkan dari daun-daunnya. Untuk rotan yang bergaris tengah besar, batangnya dipotong sepanjang 2-3 m, sedangkan yang bergaris tengah kecil dipotong sepanjang 5-7 m. Kualitas rotan biasannya ditentukan berdasarkan penampakan luar seperti kilapan, warna yag merata di seluruh permukaan batang, serta ada tidaknya cacat pada rotan tersebut. Di Desa Parbuluan 1 rotan mempunyai permukaan yang kuning mengkilat dengan lingkaran agak kelam di sekitar buku-bukunya. Rotan ini sendiri dijual ke daerah Samosir dan juga Medan yang langsung dijemput oleh toke rotan. Rotan tersebut bisa dijual perkilo 500 rupiah dan diikat dalam satu ikatan besar yang bisa mencapai berat 60 kiloan. Dalam mengambilnya di tengah hutan sangat susah karna banyak kulit luarnya sangat tajam dan seringkali membuat tangan yang memanen terluka.

3.3 Membudidayakan Tanaman Holtikultura