BAB 4 DAMPAK MATA PENCAHARIAN NILAM, KAYU, DAN TANAMAN
HOLTIKULTURA BAGI MASYARAKAT DESA PARBULUAN
4.1 Tanaman Nilam
Pertanian nilam bagi masyarakat Desa Parbuluan bukan hanya sekedar penghasil bahan baku yanga penting untuk industri wewangian, kosmetik tetapi berpengaruh pula bagi
pendapatan. Apalagi disertai pemeliharaan yang baik tanaman nilam bisa memberikan hasil yang cukup lumayan untut menambah penghasilan. Tanaman nilam sudah dapat dipanen
pada umur 6 sampai 8 bulan setelah penanaman. Pemanenan dilakukan dengan memangkas atau memotong cabang-cabang, ranting-ranting dan daun-daun tanaman nilam.
Menurut wawancara di lapangan, setiap minggunya tiap keluarga di Desa Parbuluan dapat menghasilkan 2 kg minyak nilam. Harga yang ditawarkan biasanya perkilo ditawari
sebanyak 2 juta. Itupun setidaknya tiap keluarga harus melakukan 8 kali pengukusan setiap minggunya. Dalam mengukus nilam tersebut biasanya akan dibantu keluarga terdekat dan 1
hari bisa 2 kali mengukus. Kayu adalah bahan yang diperlukan untuk mengukus nilam, sebelum mengukus, masyarakat harus 2 hari mempersiapkan kayu karna pada saat itu
masyarakat belum mengenal mesin pemotong kayu, hanya gergaji dan kapak sehingga menguras tenaga yang banyak. Walaupun seperti itu salah satu yang membuat bersemangat
adalah ketika menerima uang hasil penjualan nilam yang lumayan banyak. Pemasaran adalah salah satu faktor keberhasilan dalam produksi pertanian. Di Desa
Parbuluan pemasaran nilam terlebih dahulu melalui agen di desa tersebut. Kemudian agen tersebut akan mengoper minyak nilam tersebut ke toke Cina di Sidikalang. Nantinya minyak
nilam ini akan dipasarkan ke berbagai negara di dunia, seperti Amerika Serikat, Perancis, Singapura, India.
Universitas Sumatera Utara
Masa pertanian nilam di Desa Parbuluan tidak berpengaruh banyak terhadap pendidikan. Karna pada saat itu niat untuk menyekolahkan anak masih sangat minim.
Kemudian, ada anggapan masyarakat bila menyekolahkan anaknya takutnya nanti diculik orang yang tak dikenal jangak.
10
Mengolah kayu bagi masyarakat Desa Parbuluan dapat dikatakan lama. Lebih kurang 10 tahun lamanya masyarakat memperoleh penghasilan dari mata pencaharian ini. Kegiatan
mengolah kayu ini bisa dikatakan belum berpengaruh banyak bagi kehidupan masyarakat Desa Parbuluan. Hasil kayu yang sudah jadi balok sebagian besar diganti dengan kebutuhan
pokok seperti beras. Pengolahan kayu ini merupakan kegiatan yang rumit juga. Untuk mengolahnya setiap jam 5 pagi masyarakat harus berangkat dengan lengkap membawa
makanan dan kerbau. Kerbau ini digunakan untuk menarik kayu balok dari hutan disertai karna pada saat itulah kondisi aman mulai dari razia polisi hutan dan tenaga kerbau keluar
maksimal. Hal lain yang dijaga adalah mengingat desa Parbuluan
yang memiliki sungai-sungai besar yang pasti dilalui anak-anak mereka. Sebab bisa menimbulkan resiko besar yakni menelan korban.
Kebanyakan hasil penjualan nilam di Desa Parbuluan hanya digunakan untuk membeli kerbau, kuda, maupun lembu. Dalam beternak kuda waktu itu sangat beresiko besar
sebab kuda-kuda mereka sering dimangsa oleh harimau. Selain itu, sapi yang dibeli pun banyak yang mati karna di Desa ini udaranya sangat dingin. Adalagi manfaat hasil penjualan
nilam yakni membeli sepeda ontel yang digunakan sebagai alat transportasi, kalau belum ada masyarakat harus berjalan ke suatu tempat. Terakhirnya, hanya kerbaulah yang bisa tampak
dari hasil penjualan nilam dan inilah yang digunakan sebagai alat pengangkut kayu dari hutan pada saat mata pencaharian masyarakat bersumber dari kayu.
4.2 Mengolah Kayu Balok