Konservasi Penyu Sebagai Usaha Untuk Pengembangan Kepariwisataan Di Pulu Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil

(1)

KONSERVASI PENYU SEBAGAI USAHA UNTUK

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI PULU BANGKARU

KABUPATEN ACEH SINGKIL

KERTAS KARYA

OLEH

SHABRINA AZMI NASUTION

082204002

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

KONSERVASI PENYU SEBAGAI USAHA UNTUK

PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI PULAU BANGKARU

KABUPATEN ACEH SINGKIL

OLEH

SHABRINA AZMI NASUTION

082204002

Dosen Pembimbing Dosen Pembaca

Drs. Haris Sutan Lubis, M.SP Drs. Jhonson Pardosi, M.Si

NIP. 19590907 198702 1 002 NIP. 19660420 199203 1 003


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: KONSERVASI PENYU SEBAGAI

USAHA UNTUK PENGEMBANGAN

KEPARIWISATAAN DI PULAU

BANGKARU KABUPATEN ACEH

SINGKIL

Oleh

: Shabrina Azmi Nasution

NIM

: 082204002

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, SE., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

Lembar Persembahan

Allah meninggikan orang yang beriman diantara kamu, dan orang-orang

yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah maha mengetahui

apa yang kamu kerjakan (Al-Mujadillah)

Ketika aku memohon pada Allah kekuatan

Allah memberiku kesulitan agar aku kuat

Ketika ku memohon kebijaksanaan

Allah memberiku kondisi bahaya untuk kuatasi

Ketika aku memohon kesabaran dan kemudahan

Allah memberi ku jalan yang terang …..

Ayah …….

Nasehatmu adalah pelita bagi jalan hidupku

Jerih payah mu adalah cambuk bagiku

Kau telusuri kerikil-kerikil kehidupan demi aku anakmu

Kini telah kuraih kebahagiaanku dan kebahagianmu

Aku akan selalu memberi dan menjadi yang terbaik untukmu …..

Ibu ……

Hari ini telah kuraih gelarku

Berkat doa dan tetes air mata di pipimu

Walau pahit yang kurasakan selama ini karena jauh darimu

Namun aku takkan pernah menyerah untuk dapat membahagiakanmu

Dan aku berjanji akan selalu memberi dan menjadi yang terbaik untukmu

Kupersembahkan Karya Tulis ini buat kedua orang tuaku yang tercinta :

Ayahanda : Eddi Syamsuri Nasution Ibunda : Erni Ernawati

Serta buat Abanganda (Wiranda Satriawan) dan Adinda (Sultanul Azkar) yang tersayang, juga buat seluruh keluarga yang telah

banyak memberikan dorongan dan motivasinya Wassalam,

Shabrina Azmi Nasution

ABSTRAKSI


(5)

KONSERVASI PENYU SEBAGAI USAHA UNTUK PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI PULAU BANGKARU KABUPATEN

ACEH SINGKIL

Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, pengembangan potensi dari sektor pariwisata sangat diharapkan sehingga dapat memberikan penambahan devisa Negara. Penyu Keberadaannya telah lama terancam, baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan habitat pantai, pengambilan penyu dan telurnya yang tak terkendali merupakan penyebab penurunan populasi penyu. Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk memulihkan atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur. Selain itu Dengan adanya kawasan konservasi di Kabupaten Aceh Singkil tentunya akan menarik wisatawan karena sangat membantu dalam mengembangkan wisata minat khusus dan ekowisata. Itu merupakan bentuk nyata dari upaya pemerintah dalam pengembangan kepariwisataan di pulau bangkaru kabupaten Aceh Singkil.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu dalam menyelesaikan Kertas Karya ini dengan judul “konservasi penyu sebagai usaha untuk pengembangan kepariwisataan di Pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil”tepat pada waktunya.

Penulisan Kertas Karya secara akademik dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan D III Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis oleh berbagai pihak baik berupa dorongan moril, masukan ataupun saran, sehingga dapat menyelesaikan Kertas Karya ini. Ucapan terimakasih disampaikan kepada:

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE., M.Si, selaku Ketua Program Studi Pariwisata Sumatera Utara

3. Drs Haris Sutan Lubis, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

4. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si, selaku Dosen Pembaca yang telah banyak memberikan waktu dan fikiran did alam membaca kertas karya ini.


(7)

5. Drs. Nazri SE, dan staf yang berada di Dinas Pariwisata Kabupaten Aceh Singkil, Kak Ade, Bang Heri dan Bang Indra yang membantu penulis dalam pengumpulan data.

6. Ibunda Erni Erna Wati dan Nenek serta bulek-bulek saya tercinta. Saya ucapkan terimakasih telah memberikan dorongan dan juga doa sehingga saya berhasil dalam kertas karya ini.

7. Kedua saudaraku abang Wiranda Satriawan dan adinda Sultanul Azkar yang telah memberikan semangat kepada saya.

8. Semua teman-temanku di UW `08, Saripah, Liza, Lili dan yang lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu- persatu terima kasih yang telah memberikan dorongan kepada saya.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam Kertas Karya ini, karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semua pihak guna penyempurnaan Kerta Karya ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas perhatian pembaca, semoga Kertas Karya ini dapat memberikan masukan bagi mahasiswa Pariwisata USU, khususnya Program Studi Usaha Wisata dan Kepariwisataan pada umumnya.

Medan, April 2011 Penulis,


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Batasan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Manfaat Penelitian ... 2

1.5 Metode Penelitian ... 3

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II : URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Kepariwisataan ... 5

2.2 Pengertian Industri dan Produk Pariwisata ... 7

2.3 Pengertian Daya Tarik Wisata ... 9

2.3.1 Syarat-syarat Objek Wisata yang Dapat Dikembangkan 11 2.3.2 Motivasi Kunjungan Wisata ... 13


(9)

BAB III : SITUASI UMUM KABUPATEN SINGKIL

3.1 Kondisi Umum Kabupaten Aceh Singkil ... 17

3.2 Letak Geografis, Topografi dan Batas Administratif ... 20

3.3 Penduduk dan Mata Pencaharian ... 21

3.4 Potensi Wisata di Kabupaten Aceh Singkil ... 23

3.5 Kunjungan Wisatawan ... 26

BAB IV : KONSERVASI PENYU UNTUK PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI PULAU BANGKARU KABUPATEN ACEH SINGKIL 4.1 Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Singkil ... 27

4.1.1 Upaya-upaya Pengembangan ... 29

4.1.1.1 Aspek Legalitas ... 30

4.1.1.2 Aspek Kelembagaan ... 31

4.1.2 Peran Serta Masyarakat dan Swasta Dalam Pembangunan Pariwisata ... 32

4.1.3 Kendala Pengembangan Citra Pariwisata Aceh Singkil Sebagai Destinasi Pariwisata ... 32

4.2 Gambaran Umum Pulau Bangkaru ... 33

4.3 Kondisi Konservasi Penyu di Pulau Bangkaru ... 36

4.4 Kegiatan Konservasi Penyu di Pulau Bangkaru ... 37

4.4.1 Pelatihan Dalam Pengelolaan Konservasi Penyu ... 38

4.4.1.1 Pelatihan Kegiatan Penetasan Telur Penyu . 38 4.4.1.2 Pelatihan Pembesaran Tukik ... 38


(10)

4.4.1.3 Pelatihan Pemberian Penandaan (Tagging)

pada Penyu ... 39 4.4.1.4 Pelatihan Penanaman Pohon di Sepanjang

Pantai Peneluran ... 40 BAB V : PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 42 5.2 Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA ... 44 DAFTAR INFORMAN


(11)

KONSERVASI PENYU SEBAGAI USAHA UNTUK PENGEMBANGAN KEPARIWISATAAN DI PULAU BANGKARU KABUPATEN

ACEH SINGKIL

Sektor Pariwisata merupakan salah satu sektor yang dapat diandalkan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Oleh sebab itu, pengembangan potensi dari sektor pariwisata sangat diharapkan sehingga dapat memberikan penambahan devisa Negara. Penyu Keberadaannya telah lama terancam, baik oleh faktor alam maupun faktor kegiatan manusia yang membahayakan populasinya secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan habitat pantai, pengambilan penyu dan telurnya yang tak terkendali merupakan penyebab penurunan populasi penyu. Kondisi inilah yang menyebabkan semua jenis penyu di Indonesia diberikan status dilindungi oleh Negara sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Akan tetapi pemberian status perlindungan saja tidak cukup untuk memulihkan atau setidaknya mempertahankan populasi penyu di Indonesia. Oleh karena itu dibutuhkan tindakan nyata dalam melakukan pengelolaan konservasi penyu yang komprehensif, sistematis dan terukur. Selain itu Dengan adanya kawasan konservasi di Kabupaten Aceh Singkil tentunya akan menarik wisatawan karena sangat membantu dalam mengembangkan wisata minat khusus dan ekowisata. Itu merupakan bentuk nyata dari upaya pemerintah dalam pengembangan kepariwisataan di pulau bangkaru kabupaten Aceh Singkil.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Kabupaten Aceh Singkil sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai potensi yang cukup besar bagi

pengembangan sektor pariwisata karena memiliki keindahan, kekayaan alam, dan kehidupan sosial budaya, serta peninggalan-peninggalan sejarah yang semuanya dapat dijadikan daya tarikwisata

Alam Aceh Singkil yang begitu menakjubkan dan mempesona belum dapat dimanfaatkan secara maksimal karena keterbatasan sarana prasarana. Objek wisata yang telah dikembangkan adalah wisata bahari pulau Banyak. Pulau Banyak memiliki 99 pulau besar dan kecil. Setiap pulau-pulau tersebut memiliki keindahan keunikan potensi wisata yang berbeda-beda. Oleh sebab itu sudah selayaknya potensi wisata pulau Banyak dikenal oleh masyarakat luar agar terus dapat dilestarikan.

Atas prakarsa Yayasan Pulau Banyak (YPB) yang menangani pelestarian penyu di pulau Bangkaru. Sesuai dengan sebutannya pulau penyu, pulau Bangkaru adalah salah satu pulau yang terdapat di Kec. Pulau Banyak yang merupakan lokasi tempat bertelurnya 3 spesies penyu yang langka, yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys conacea) dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata). Ketiga jenis penyu inilah yang menjadi daya tarik utama potensi wisata di Pulau Bangkaru. Wisatawan yang datang akan ikut dalam konservasi penyu dan ada


(13)

kepuasan tersendiri dalam berinteraksi dengan penyu-penyu yang dilindungi itu. Tidak jarang wisatawan yang datang kepulau Bangkaru, akan kembali lagi ke pulau ini, bahkan mereka merasa puas. Maka, jika pulau ini terus dikembangkan akan mensejahterakan masyarakat sekitar dan tentunya akan menambah devisa negara. Hal ini menunjukkan peranan konservasi penyu dalam pengembangan kepariwisataan di pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil.

1.2 Batasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan pembahasan tentang : Bagaimana upaya konservasi penyu dalam pengembangan kepariwisataan di Pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian kertas karya ini adalah : Untuk menguraikan sekaligus memperkenalkan Potensi Konservasi penyu dalam pengembangan kepariwisataan di Pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil.

1.4 Manfaat penelitian

1 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Program Diploma III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.


(14)

2 Untuk memperkenalkan potensi wisata Pulau Bangkaru yaitu konservasi penangkaran penyu serta potensi wisata lainya yang ada di pulau Bangkaru dijadikan sebagai objek wisata sekaligus dalam rangka mempromosikan Pulau Bangkaru ini guna menunjang perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten Singkil umumnya dan Pulau Bangkaru khususnya,

3 Untuk menambah pengetahuan dan pemahaman kepada pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya tentang kehidupan penyu dan hal-hal yang terkait dengan keberadaan penyu dan dapat memperkaya khazanah ilmu dan pengetahuan guna mendorong upaya pengelolaan dan konservasi penyu di Indonesia.

4 Untuk mengetahui peran serta pemerintah dan masyarakat sekitar dalam pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Aceh Singkil.

1.5 Metode Penelitian

1.5.1 Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Pengumpulan data berdasarkan bahan perpustakaan yang berkaitan dengan objek pembahasan berupa buku serta karya-karya ilmiah yang berkaitan erat dengan topik pembahasan.

1.5.2 Field Research (Penelitian Lapangan)

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai para pengelola Pulau Bangkaru, pengelola Yayasan Pulau Banyak (YPB), serta Dinas Pariwisata setempat. Disamping itu juga dilakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, yaitu dengan cara mengamati aktivitas di lapangan sehingga penulis mendapat informasi yang selengkapnya.


(15)

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membatasi sistematika pembahasan dalam lima bab dan pembahasan tiap-tiap bab dibagi ke dalam sub-sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Menguraikan berbagai alasan tentang pemilihan judul, batasan Masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II : URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

Meliputi pengertian pariwisata dan kepariwisataan, pengertian industri dan produk wisata, pengertian sarana dan prasarana pariwisata, pengertian daya tarik wisata, jenis-jenis objek Wisata dan motivasi Kunjungan Wisata. BAB III : GAMBARAN UMUM KABUPATEN ACEH SINGKIL

Meliputi kondisi umum kabupaten Aceh Singkil, letak geografis, topografi, dan batas administratif, penduduk, mata pencaharian, serta potensi wisata Kabupaten Aceh Singkil.

BAB IV : KONSERVASI PENYU SEBAGAI USAHA UNTUK PENGEMBANGAN KEPARIWISAAN DI PULAU BANGKARU

Berisikan upaya pengembangan pariwisata yang direncanakan oleh pemerintah Aceh Singkil dan ikut serta masyarakat dalam pembangunan Pariwisata Aceh Singkil serta kondisi umum Pulau Bangkaru dan Kegiatan konservasi penyu yang dilakukan oleh tim konservasi di Pulau Bangkaru, dan Pelatihan dalam pengelolaan konservasi penyu.

BAB V : PENUTUP


(16)

BAB II

URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Kepariwisataan

Dalam arti yang luas, pariwisata dapat didefinisikan sebagai perjalanan darat satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan, maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial budaya, alam, dan ilmu (Yoeti, 1987: 109).

Secara etymologis, "pariwisata" yang berasal dari bahasa Sansekerta terdiri dari dua suku kata yaitu masing-masing kata “pari” dan “wisata” Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap. Wisata, berarti perjalanan, atau dapat pula diartikan bepergian

Atas dasar itu, maka kata “pariwisata” seharusnya diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar, dari suatu tempat ke tempat lain (Yoeti, 1978: 103). Batasan yang lebih bersifat teknis dikemukakan oleh Hunzieker dan Krapf (dalam Yoeti,1987: 106) dua guru besar Swiss, yang merupakan bapaknya ilmu pariwisata yang terkenal. Dari batasan yang diberikannnya berbunyi sebagai berikut : "… Kepariwisataan adalah keseluruhan daripada gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan dan pendalaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal sementara, asalkan pendalaman itu tidak tinggal menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara itu”.


(17)

Banyak hal, karena alasan urusan-urusan atau peristiwa-peristiwa penting dan kepergian seseorang dari tempat tinggalnya yang tetap hanyalah untuk sementara waktu saja perjalanan dinas dikecualikan dari perjalanan yang teratur ke tempat pekerjaan sehari-hari.

Undang-undang Republik Indonesia No. 10/2009 (Dalam (Muljadi A.J, 2009 : 206) berisi beberapa pengertian tentang kepariwisataan, yaitu :

1. Wisata adalah suatu kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati suatu tujuan tersebut.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Seorang ahli ekonomi bangsa Austria, Herman V. Schulalard (Dalam Yoeti, 1987 : 105) tahun 1910 telah memberikan batasan pariwisata sebagai berikut : "…Kepariwisataan adalah sejumlah kegiatan, terutama yang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian yang secara langsung berhubungan dengan masuknya, adanya pendalaman dan bergeraknya orang-orang asing keluar masuk suatu kota, daerah atau Negara”.

Menurut Saleh Wahab (bangsa Mesir) dalam bukunya yang berjudul "…An Introduction of Tourism Theory" (Yoeti, 1987 : 106) … parwisata itu adalah

suatu aktifitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapatkan pelayanan secara bergantian diantara orang dalam suatu negara itu sendiri maupun diluar negeri, meliputi pendalaman orang-orang dan daerah lain untuk sementara waktu dalam


(18)

mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialamnya di tempat memperoleh pekerjaan tetap. Menurut Yoeti (1987) “… Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ketempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam".

2.2 Pengertian Industri dan Produk Pariwisata

Industri Pariwisata menurut G.A Schmol, seorang pakar kepariwisataan berkebangsaan belanda mengatakan bahwa Tourism Promotion adalah “suatu industri yang tidak dapat berdiri sendiri tetapi merupakan suatu industri yang terdiri dari rangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda antara satu dengan yang lain”. Pendekatan ini beranggapan bahwa produk pariwisata adalah jasa yang diberikan oleh macam-macam perusahaan sejak seorang wisatawan meninggalkan tempatnya sampai ke tempat tujuannya dan kembali ke tempat asalnya.

Pendapat G.A schmol di atas senada dengan yang dikatakan oleh R.S. Darmajadi bahwa industri pariwisata adalah : “… Industri pariwisata merupakan rangkuman dari berbagai macam bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan jasa-jasa (service) yang nantinya secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama kunjungannya di daerah ataupun negara lain”.


(19)

Industri pariwisata baru dikenal di Indonesia setelah dikeluarkannya Inpres (Instruksi Presiden) Republik Indonesia No.9 Tahun 1969 tanggal 6 Agustus 1969, Bab 2 Pasal 3 (Muljadi A.J :2009 : 9) yang berbunyi bahwa : “Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat pada suatu pengembangan industri pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat dan Negara”.

Instruksi Presiden ini dengan jelas mengatakan bahwa peengembangan industri pariwisata Indonesia merupakan salah satu cara untuk mensejahterakan masyarakat dan negara melalui para kunjungan wisatawan sehingga dapat menghasilkan sekaligus dapat menambah devisa negara. Sekarang pemerintah telah mencanangkan sektor pariwisata sebagai sektor andalan di Indonesia.

Adapun yang dimaksud dengan produk pariwisata adalah rangkaian produk yang dihasilkan oleh industri pariwisata, usaha wisata serta merupakan sekelompok produk nyata atau tangible product (prasarana, sarana serta objek dan daya tarik wisata) dan produk tidak nyata atau intangible product (jasa pelayanan, sapta pesona, dan kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat kepada wisatawan dan kepada usaha-usaha yang bergerak di sektor pariwisata), Suwantoro(1997:48-49), mengatakan :

Ciri-ciri produk wisata adalah :

1. produk pariwisata tidak dapat dipisahkan atau dipindahkan secara keseluruhan ke tempat produk pariwisata, sehingga wisatawan harus mendatangani sendiri produk yang diinginkan.

2. Produk dan konsumsi terjadi pada saat yang bersamaan yaitu pada saat konsumen membutuhkan jasa pariwisata.


(20)

3. Produk pariwisata hanya sekali jalan, dalam waktu bersamaan dapat dipakai. Jadi tidak boleh diadakanpenimbunan seperti produk barang lainnya.

4. Produk pariwisata tidak mempunyai ukuran yang objektif dan memiliki keanekaragaman bentuk sehingga sulit untuk distandarisasikan dengan produk suatu barang.

5. Investasi terhadap suatu produk pariwisata memerlukan modal yang besar. Oleh sebab itu sifatnya sangat dipengaruhi oleh faktor politik, ekonomi dan sifat masyarakat sedangkan permintaan selalu berubah-ubah.

6. Pembeli atau konsumen tidak langsung mencicipi produk yang akan dibelinya atau menguji terlebih dahulu melainkan hanya bisa mengetahuinya berdasarkan brosur, booklet, guide book, poster dan

lain-lain.

7. Produk pariwisata lebih banyak bergantung pada tenaga manusia

8. Daripada mesin sehingga dibutuhkan manusia-manusia yang memiliki keahlian dan professionalism dalam bidangnya.

Perantara atau penjual produk pariwisata hanya boleh dilakukan oleh travel agent atau travel operator saja.

2.3 Pengertian Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Indonesia memiliki banyak daerah objek wisata dengan bermacam jenisnya, seperti objek wisata alam, bangunan bersejarah, hasil ciptaan manusia dan sebagainya. Dalam literature kepariwisataan luar negeri (Yoeti, 1983 : 16-17) dijumpai istilah objek wisata seperti yang dikenal di Indonesia

untuk pengertian objek wisata mereka lebih banyak menggunakan istilah “tourist attraction” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik orang untuk


(21)

Objek wisata atau dengan istilah "tourist attraction” yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu.

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu tempat daerah tujuan wisata, Mariotti (Dalam Yoeti, 1987:164) mengatakan:

Objek wisata atau dengan istilah “tourist attraction”yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orngan untuk mengunjungi suatu daerah tertentu .

Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung kesuatu tempat daerah tujuan wisata, diantaranya ialah :

1. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah natural amenities. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

a. lklim, misalnya cuaca cerah banyak cahaya matahari, sejuk, panas, hujan, dan sebagainya.

b. Fauna dan flora seperti tanaman-tanaman yang aneh (uncommon vegetation), burung-burung, ikan, binatang buas (wild life), taman nasional (national park), daerah perburuan dan sebagainya.

c. Pusat-pusat kesehatan (health center), sumber air mineral (natural spring of mineral water), sumber air panas (hot spring).

2. Hasil ciptaan manusia (man-made suppty) yaitu benda-benda yang bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, misalnya :

a. monumen bersejarah, dan sisa peradaban masa lampau

b. museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handi craft. c. Acara tradisional, pameran, festival, upacara perkawinan dan lain-lain.

d. Rumah-rumah beribadah, seperti mesjid, gereja, kuil atau candi maupun pura. 3. Tata Cara Hidup Masyarakat (The way of life)

Tata tara hidup tradisional dari suatu masyarakat merupakan salah satu sumber yang amat panting untuk ditawarkan kepada para masyarakat. Hal semacam ini sudah terbukti, betapa besar pengaruhnya dalam bidang ekonomi sehingga dapat dijadikan events yang dljual. Contoh yang terkenal diantarannya lalah :

1. pembakaran mayat (ngaben) di Bali

2. upacara pemakaman mayat di Tanah Toraja 3. upacara Batagak penghulu di Minangkabau I 4. upacara khitanan di daerah Parahyangan 5. upacara Sekaten di Yogyakarta


(22)

Ketiga hal tersebut diatas yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah. Suatu daerah tujuan wisawa mempunyal banyak hat yang dapat ditawarkan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi suatu daerah tujuan wisata, agar ia dapat menarik

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut dengan "Something to see". Maksudnya, daerah tersebut harus mempunyai daya tarik khusus, disamping itu juga harus mempunyal atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai" entertaiments" bila orang datang ke sana.

b. Selanjutnya daerah tersebut harus mempunyai "something to do". Selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi atau amusements yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama.

c. Kemudian yang harus ada ialah "something to buy". Di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping),terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing. Selain itu fasilitas lain yang harus tersedia adalah money changer, bank, kantor pos, telepon dan lain-lain.

2.3.1 Syarat-syarat Objek Wisata yang Dapat Dikembangkan

Pengembangan suatu daerah tujuan wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi wisatawan, ia harus memiliki syarat-syarat yang mana daerah itu harus

mempunyai sesuatu yang dapat dilihat atau sering disebut “something to see” dan juga atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

Dengan kata lain harus mempunyai daya tarik khusus, disamping itu harus

mempunyai atraksi wisata yang dapat dijadikan sebagai “entertainments” Yoeti, 1983: 25-29. Perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata adalah :

1. Attraction

Ialah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Attraction dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

a. Site attraction

Ialah segala sesuatu yang menjadi daya tarik dengan iklim yang dimilikinya atau pemandangan yang indah serta tempat-tempat sejarah yang dimilikinya.


(23)

b. Event attraction

Ialah kejadian-kejadian yang dapat dijadikan sebagai daya tarik sebagai wisatawan, misalnya kongres pameran-pameran tentang atraksi-atraksi kebudayaan ataupun peristiwa-peristiwa olah raga, festival-festival dan lain sebagainya.

2. Accessibilitas

Ialah sarana dan prasarana perhubungan dengan fasilitasnya, sehingga memungkinkan para wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah objek wisata tertentu. Maka sebelum wisatawan melakukan perjalan wisata terlebih dahulu harus mengetahui tentang :

a. Fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara di daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

b. Fasilitas transportasi yang akan membawanya dari daerah dan ke daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya.

c. Fasilitas catering service yang dapat memberi pelayanan mengenai makan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing.

d. Aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di tempat yang akan dikunjunginya tersebut.

e. Objek dan atraksi wisata yang ada didaerah wisata yang akan dikunjunginya.

f. Tempat atau toko dimana wisatawan dapat membeli mereparasi kamera dan mencuci cetak film hasil pemotretannya.

g. Fasilitas perbelanjaan dimana wisatawan dapat membeli barang-barang pada umumnya dan souvenir khususnya.

3. Amenities

Amenities adalah kepariwisataan yang dapat memberikan pelayan kepada wisatawan dalam perjalanan wisata yang dilakukan baik dalam negeri maupun luar negeri

Adapun fasilitas yang termasuk dalam amenities adalah : a. Tempat penginapan

b. Hiburan c. Restaurant

d. Transport lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian di tempat tersebut.

Menurut Sinaga (1993: 38-40) disamping ketiga faktor tersebut di atas masih ada juga faktor lain yang dapat membantu suatu daerah tujuan wisata dalam pengembangan objek wisata yang dimilikinya seperti :

1. Pemerintah

Peran pemerintah dalam pengembangan pariwisata antara lain :

a. Melakukan penelitian aspek-aspek yang berhubungan dengan kegiatan kepariwisataan secara berkelanjutan.

b. Memberi pengertian dan memperluas arti penting pariwisata sebagai suatu industri.


(24)

c. Mengadakan pemasaran, melakukan promosi dan propaganda ke luar negeri.

d. Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan-kegiatan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pariwisata.

e. Mengembangkan dan membina daerah-daerah tujuan wisata yang berpotensi untuk dikembangkan.

2. Dunia Usaha

Pengusaha mengadakan usaha-usaha yang ada hubungannya dengan kepariwisataan, bias berupa souvenir, catering, akomodasi, dan sebagainya.

3. Masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat agar turut berpartisipasi di dalam meningkatkan kepariwisataan yaitu dengan cara mematuhi peraturan-peraturan yang dikeluarkan pemerintah seperti mematuhi sapta pesona dan mempersembahkan atraksi wisata yang menjadi kebanggaan tiap etnis seperti tor-tor Batak misalnya, serta memperkenalkan kerajinan tangan suku Batak yaitu ulos tenunan. Kepada masyarakat diharapkan agar mendukung aktivitas dunia usaha pihak swasta, serta diharapkan memberi pelayanan yang baik bagi wisatawan agar wisatawan menambah waktu kunjungan wisatanya ke daerah tersebut.

2.3.2 Motivasi Kunjungan Wisata

Motivasi kunjungan wisata erat hubungannya dengan tingkat kebutuhan seseorang. Bagi mereka yang masih didominir kebutuhan “fisik” seperti makanan, sex, kesehatan, istirahat, maka motivasi kunjungan ke suatu tempat sangat erat hubungannya dengan suatu tempat yang memenuhi kebutuhan fisik. Bagi orang yang didominir oleh kebutuhan untuk dihargai maka motivasi mereka untuk berkunjung ke suatu tempat, mudah ditarik apabila tempat tersebut diperkirakan dapat meningkatkan kebutuhan untuk dihargai. Manusia pada umumnya membutuhkan seluruh aspek kebutuhan tersebut namun variasi tekanankebutuhan-kebutuhan tertentu tidak sama tergantung kepada situasi dan kondisi yang dialami oleh seseorang. (Muljadi A.J, 2009 : 5)


(25)

2.4 Pengertian Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan (Tourism Superstruktures), adalah sarana yang sangat menentukan dan memegang peranan penting dalam kepariwisataan, dimana antara sarana yang satu dengan yang lainnya saling melengkapi. Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Sarana Pokok Kepariwisataan (Main Tourism Superstrucrures) adalah sarana utama yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan wisatawan.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan (SupplementingTourism Suprastruktures) adalah sarana yang melengkapi sarana pokok yang sedemikian rupa, sehingga dapat membuat wisatawan lebih lama tinggal di tempat atau daerah yang dikunjunginya.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan (Supporting Tourism Suprastruktures) adalah penunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya

membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi berfungsi untuk membuat agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau

membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya.

Prasarana kepariwisataan (Tourism Infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Dalam hal ini yang termasuk kelompok prasarana kepariwisataan, yaitu :

1. Prasarana Umum (General Infrastructure)

Prasarana umum yaituu prasarana yang menyangkut kebutuhan umum bagi kelancaran kepariwisataan. Yang termasuk kelompok ini diantaranya adalah : Sistem penyediaan air bersih; Jaringan jalan raya dan jembatan; Airport, pelabuhan laut, terminal, dan stasiun; Kapal ferry, kereta api, dan sarana telekomunikasi.

2. Kebutuhan masyarakat Banyak

Kebutuhan masyarakat banyak maksudnya prasarana yang menyangkut kebutuhan masyarakat banyak. Yang ermasukk didalam kelompok ini adalah : Rumah sakit; Apotek; Bak; Kantor Pos; Administration Office (Pemerintahan Umum seperti : polisi, pengadilan, badan legislatif) dan lain-lain. Semua ini menyangkut prasarana dan sarana kepariwisataan yang harus diadakan sebelum kita mempromosikan suatu daerah tujuan wisata. (Oka. A . Yoeti, 1985 : 65).


(26)

Pendukung pariwisata Kabupaten Aceh Singkil diperlukan sarana maupun prasarana yang memadai sehingga para turis yang datang menuju Kawasan Aceh Singkil dapat melakukan seluruh aktifitas pariwisatanya dengan mudah, nyaman, dan aman. Dengan tersedianya sarana dan prasarana tersebut akan memberikan nilai kompetitif terhadap industri pariwisata kawasan Aceh Singkil dibandingkan dengan industri pariwisata sejenis lainnya. Seringkali nilai dari kemudahan untuk mencapai daerah tersebut diukur dari lama dan kualitas perjalanan yang harus dilakukan oleh seseorang untuk mencapai kawasan pariwisata, maka semakin berkuranglah nilai kompetitif dari kawasan pariwisata tersebut.Untuk itulah suatu kawasan pariwisata memerlukan akses yang baik, serta didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai.


(27)

BAB III

SITUASI UMUM KABUPATEN SINGKIL

3.1 Kondisi Umum Kabupaten Aceh Singkil

Kabupaten Aceh Singkil adalah sebuah kabupaten yang berada di ujung barat daya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Indonesia. Aceh Singkil merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Selatan dan sebagian wilayahnya berada di kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. Kabupaten ini juga terdiri dari dua wilayah yaitu daratan dan kepulauan. Kepualauan yang menjadi bagian dari Kabupaten Aceh Singkil adalah Kepulauan Banyak. Ibukota Aceh Singkil terletak di Singkil.

Singkil terletak di jalur barat sumatera yang menghubungkan Banda Aceh, Medan dan Sibolga, namun demikian jalurnya lebih bergunung-gunung dan perlu dilakukan banyak perbaikan akses jalan agar keterisolasian wilayah dapat teratasi. Sebelum Kabupaten Aceh Singkil terbentuk, wilayah Singkil dahulu merupakan daerah yang sangat terpencil dikarenakan kondisi alamnya yang masih berupa rawa-rawa dan hutan belantara yang sangat sulit untuk didatangi karena keterbatasan jalur transportasinya.

Jalur transportasi yang dahulu ada hanya melalui jalur laut, itupun harus ditempuh berhari-hari lamanya dari kota Sibolga (Sumatera Utara) untuk dapat mencapai kota Singkil. Sedangkan dari daerah pedalaman untuk sampai ke kota Singkil harus melalui jalur sungai yang juga memakan waktu yang lama pula.


(28)

Keadaan ini berubah seiring dengan terbentuknya Kabupaten Aceh Singkil yang ditetapkan tanggal 20 april 1999 (Undang-Undang No. 14 tahun 1999), dan pelantikan Makmursyah Putra, SH sebagai Pejabat Bupati Kabupaten Aceh Singkil, tanggal 27 April 1999 oleh Menteri Dalam Negeri Atas Nama Presiden Republik Indonesia, di Jakarta.

Peresmian Kabupaten Aceh Singkil tanggal 14 Mei 1999 oleh Gubernur Propinsi Daerah Istimewa Aceh di Lapangan Sultan Daulat Singkil. Maka sejak saat itu lambat laun wilayah Aceh Singkil menjadi semakin berkembang seiring dengan terbentuknya Kabupaten aceh Singkil. Tahap-demi tahap pembangunan di wilayah Singkil mulai berjalan dengan dibangunnya sarana transportasi jalan, perkantoran dan pelabuhan. Berbagai sarana dan prasarana mulai dibangun dan dibenahi, ini terlihat dengan dibangunnya jalan Singkil-Rimo-Subulussalam sehingga memudahkan masyarakat untuk berhubungan ke kota Singkil sebagai Ibukota Kabupaten.

Setelah jalan Singkil-Rimo –Subulussalam dibuka, maka tanah menjadi andalan untuk mendatangkan uang. Daerah yang semulanya hutan belantara kini berubah menjadi daerah yang produktif dan berkembang, yang semula merupakan daerah buangan setelah dibuka menjadi daerah bilangan. Tata ruang masih merupakan kendala yang sangat berat dihadapi oleh Kabupaten Singkil yang baru saja berdiri, akan tetapi hal ini tidak menjadi halangan berarti bagi Pemerintah Kabupaten aceh Singkil untuk mensejajarkan dirinya dengan Kabupaten-kabupaten lain di Propinsi Aceh. Berbagai fasilitas Pendidikan dan Kesehatan mulai banyak


(29)

dibangun, begitu juga dengan fasilitas umum lainnya seperti jembatan dan jalan yang merupakan sarana vital bagi masyarakat umum. Beberapa sektor juga mulai dibenahi seperti sektor Pariwisata dengan mengandalkan Pulau Banyak sebagai tujuan utama wisata di Aceh Singkil.

Di sektor perkebunan juga mulai berkembang pesat, dengan banyaknya pembukaan lahan-lahan Perkebunan Kelapa Sawit oleh Perusahaan-perusahaan Swasta untuk menanamkan investasinya di wilayah Aceh Singkil. Bukan hanya lahan perkebunan yang dibuka, tetapi Pabrik-Pabrik pengolahan minyak kelapa Sawit juga mulai dibangun oleh Perusahaan-Perusahaan Swasta tersebut, diantaranya adalah PT Socfindo (telah lama berdiri), PT. Uber Traco, PT Astra, PT Asdal, PT Delima Makmur dan lain-lain. Sektor Perikanan juga semakin digalakkan dengan memperbanyak kapal-kapal penangkap ikan bagi nelayan dimana merupakan mata pencaharian penduduk disepanjang pesisir wilayah pantai Singkil.

Ke semua sektor yang berhasil dibangun ini akhirnya semakin mempercepat gerak roda pembangunan di Kabupaten Aceh Singkil yang baru saja terbentuk.

Kabupaten Aceh Singkil dibentuk dengan Undang-undang No. 14 Tahun 1999 pada tanggal 27 April 1999. Pada awal pembentukannya, Kabupaten Aceh singkil terdiri dari 4 kecamatan yaitu : Kecamatan Singkil, Kecamatan Pulau Banyak, Kecamatan Simpang Kiri, Kecamatan Simpang Kanan dengan ibu kotanya Singkil.


(30)

3.2 Letak Geografis,Topografi dan Batas Administratif

Kabupaten Aceh Singkill merupakan pemekaran dari kabupaten induk, Kabupaten Aceh Selatan dengan letak geografis 20 02’ – 20 27’ 30’’ LU 970 dan 970 04’ – 970 45’ oo’’ BT dengn luas daerah : 2.187 Km2.

Batas-batas Kabupaten Aceh Singkil adalah :

• sebelah Utara dengan Pemko Subulussalam

• sebelah Selatan dengan Samudera Hindia

• sebelah Timur dengan Tapanuli Tengah/Pak-Pak Bharat

• sebelah Barat dengan Kabupaten Aceh Selatan

Luas wilayah Aceh Singkil 2.187 Km2. Penduduk Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 2007 berjumlah 98.101 jiwa dengan perbandingan antara laki-laki dan perempuan ialah 49.592:48.509 jiwa. Penduduk kabupatan Aceh singkil dapat dikatakan multi etnik karena berbagai suku hidup berbaur di kabupaten ini. Suku-suku yang mendominasi adalah suku Minang, Aceh, Pakpak, Nias, dan Jawa.

Seiring perputaran waktu dan untuk pemenuhan aspirasi masyarakat kabupaten Aceh Singkil terjadi beberapa kali pemekaran. Pada tahun 2000 kabupaten Aceh Singkil memiliki 6 Kecamatan. Kecamatan Simpang Kanan, dimekarkan menjadi Kecamatan Simpang Kanan dan Gunung Meriah. Kecamatan Simpang Kiri dimekarkan menjadi Kecamatan simpang Kiri dan Rundeng. Kemudian pada tahun 2001 dimekarkan lagi menjadi 11 kecamatan, pada tahun 2002 dimekarkan lagi menjadi 13 kecamatan dan pada tahun 2006 Kabupaten Aceh Singkil demekarkan lagi menjadi 15 kecamatan.


(31)

Saat ini jumlah kabupaten dan luas wilayah Kabupaten Aceh Singkil telah berkurang disebabkan pemekaran Pemko Subulussalam pada tahun 2007. Sebanyak 5 kecamatan harus berpisah dengan kabupaten induk dan berada dalam wilayah Pemko Subulussalam yaitu : Kecamatan Simpang Kiri, Penaggalan, Runding, Longkip dan Sultan daulat. Sekarang Kabupaten Aceh singkil hanya memiliki 10 kecamatan : Kecamatan Singkil, Singkil Utara, Kuala Baru, Pulau Banyak, Gunung Meriah, Simpang Kanan, Kuta Baharu, Suro Makmur, dan danau paris. Saat ini Kabupaten Aceh Singkil memiliki 15 mukim dan 117 desa, (Masterplan pengembangan pariwisata Aceh Singkil, 2009).

3.3 Penduduk dan Mata Pencaharian

Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Penduduk 2010, Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Singkil sementara adalah 102.213 orang, yang terdiri dari 51.638 orang laki-laki dan 50.575 orang perempuan. Dari hasil Sp2010 tersebut terlihat bahwa persentase penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Gunung Meriah yaitu sebesar 29,7 persen dan diikuti oleh Kecamatan Singkil sebesar 15,88 persen. Sedangkan kecamatan dengan persentase penduduk paling kecil adalah Kecamatan Kuala Baru yaitu sebesar 2,13 persen. Dengan luas wilayah Kabupaten Aceh Singkil sekitar 2.187 kilometer persegi dan jumlah penduduk yang mendiami sebesar 102.213 orang, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Aceh Singkil adalah sebanyak 46 orang per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi kepadatan


(32)

penduduknya adalah Kecamatan Gunung Meriah yaitu sebanyak 141 orang per kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kecamatan Kuala baru yaitu sebanyak 18 orang per kilo meter persegi.

Dilihat dari jumlah penduduk maupun angka kepadatan penduduk maka Kecamatan Gunung Meriah memiliki jumlah penduduk serta kepadatan penduduk tertinggi di Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini tidak lepas oleh letak geografisnya yang berada ditengah Kabupaten serta faktor ekonomi Kecamatan Gunung Meriah yang merupakan pusat perdagangan.

Tabel Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin :

Kecamatan Penduduk

Laki-laki Perempuan Laki-laki + Perempuan 20010

1 2 3 4 5

Singkil 7.995 8.235 16.230 97.09

Kuala Baru 1.076 1.102 2.178 97.64

Gunung Meriah 15.324 15.038 30.362 101.9

Suro 3.847 3.720 7.567 103.41

Kota Baharu 2.821 2.877 5.698 98.05

Sumber: Dinas Pariwisata Aceh Singkil 2010

Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Singkil pertahun selama lima tahun terakhir dari tahun 2005-2010 yaitu sebesar 2,83 persen. Secara rata-rata Laju Pertumbuhan penduduk dari segi Kabupaten lebih rendah dari Laju pertumbuhan penduduk di tingkat Kecamatan. Laju pertumbuhan penduduk terbesar berada di Kecamatan Danau Paris Yaitu sebesar 4,67 persen sedangkan laju

pertumbuhan penduduk terendah berada dikecamatan Kuala Baru yaitu sebesar 0,25 persen.


(33)

Pada umumnya mata pencaharian warga Aceh Singkil adalah petani dan nelayan. Karena potensi hutan yang kaya, banyak para pemilik modal dari Medan yang menanamkan modal untuk membuka Hak Pengelolaan Hutan (HPH). Gerak ekonomi semakin semarak dengan perkembangan pertokoan di beberapa tempat seperti kota Subulussalam, Rimo, Rundeng, dan Singkil sendiri. Menjamurnya Pasar Tradisional yang dibuka pada hari tertentu (disebutkan pekan atau onan) tumbuh di banyak tempat. Perkembangan ini menjadikan peralihan mata pencaharian yang digeluti warga Aceh Singkil menjadi pedagang.

3.4 Potensi wisata di Kabupaten Aceh Singkil

Pulau Lembudu, merupakan salah satu pulau dari puluhan pulau yang ada dipulau Banyak. Keindahan alam di kepulauan Banyakmerupakan keindahan yang hampir menyamai pulau Bali. Sekitar 99 buah pulau membentuk gugusan kepulauan Banyak yang menurut cerita lama selalu ada yangmenghilang dan ada yang timbul.Beberapa potensi atraksi wisata di Pulau Banyak adalah sebagai berikut : 1. Penyu hijau, penyu belimbing, dan penyu sisik merupakan salah satu fauna yang

menjadi daya tarik wisata di Pulau Banyak. Namun keberadaan satwa ini terancam dengan pemburuan liar. Upaya yang sudah dilakukan untuk melindungi satwa langka ini antara lain melalui penangkaran yang dilakukan oleh Yayasan Pulau Banyak (YPB).


(34)

2. Diving, bagi wisatawan yang menyenangi olah raga diving, pemandangan yang dihasilkan oleh hamparan termbu karang di Kepulaua Banyak merupakan pengalaman yang tidak akan terlupakan.

3. Orang utan, banyak terdapat di kabupaten Aceh Singkil terutama di kawasan SM Rawa Singkil. Keberadaan satwa ini merupakan daya tarik tersendiri bagi penikmat ekowisata. Keberadaan orang utan ini dapat dinikmati dengan berperahu menelusuri sungai di kawasan rawa singkil.

4. Kantong Semar (Nepenthes spp), adalah kekayaan alam yang langka yang ada di Kabupaten Aceh Singkil. Tercatat hanya ada di dua tempat di dunia yang memiliki jenis flora ini, Singkil dan Brazil (Amerika Latin). Flora pemakan serangga ini di Kabupaten Aceh Singkil, kini hanya dapat dilihat di kawasan rawa Singkil.

5. Air terjun Lae Muntu. Terletak di kecamatan Simpang Kanan dan air terjun lae Petal di kecamatan Suro. Airnya yang jernih dan berbatuan merupakan pemandangan yang sangat menarik untuk dinikmati.

6. Danau Anak Laut, yang terletak dikecamatan Singkil Utara merupakan muara

sungai yang menuju Samudera Hindia. Luas danau ini sekitar 48,9 km2. Di sekitar danau anak laut ini telah dibangun tempat pendaratan ikan, hotel dan

rumah makan. Untuk mengurangi hempasan ombak telah dibangun zetti. Selain itu untuk wisata religius, terdapat makam syeikh Tampat.


(35)

Sesuai kondisi karakteristik, wilayah kabupaten Aceh Singkil kaya akan potensi pariwisata. Namun pengelolaan objek-objek wisata tersebut belum dikembangkan secara optimal untuk mendukung eko-wisata. Berikut beberapa potensi pariwisata di Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada tabel.

Potensi Wisata di Kabupaten Aceh Singkil

No. Kecamatan Objek wisata Keterangan

1 Singkil Utara • Pantai Cemara Indah

• Danau Anak Laut

Dekat Bandara Udara 2 Suro • Air Terjun Lae Petal

3 Simpang Kanan • Air Terjun Lae Munto 4 Kota Baharu • Danau Bungara 5 Kuala Baru • Rawa Singkil

6 Singkil • Makam Syech Abdurrauf dan Kampung Ujung

7 Danau Paris • Danau Paris Dekat Kantor Camat 8 Pulau Banyak • Pulau Bangkaru

• Ujung Lolok

• Pulau Tailana

• Pulau Palambak besar dan Palambak kecil

• Pulau Tuangku

• Pulau Balai

Ada Pondok YPB Ada Pondok Ada Akomodasi Ada Akomodasi Ada Kampong Ada fasilitas kantor-kantor pemerintahan, kecamatan dan akomodasi, rumah makan, kampong, dan dermaga kapal ferry, perhubungan dan kapal penumpang umum. Sumber : Kantor Dinas Pariwisata aceh singkil 2010


(36)

3.5 Kunjungan Wisatawan

Objek wisata Kabupaten Aceh Singkil banyak dikunjungi wisatawawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan manca negara. Wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kabupaten Aceh Singkil diantaranya berasal dari Asia, Amerika, Eropa, dan Australia. Data mengenai kunjungan wisatawan di Kabupaten Aceh Singkil dapat dilihat pada Tabel.

DATA TERAKHIR PENERIMAAN DAERAH DARI OBJEK WISATA (WISNUS/LOKAL)

TAHUN 2008 - 2010

TAHUN WISNUS / LOKAL (Ribuan Orang) Perjalanan (Ribuan Orang)

Rata – Rata Perjalanan

(Hari)

Total Retribusi

(Juta Rp) Keterangan

2008 6.000 7.000 7 12.000.000,- Lunas

2009 9.000 10.000 7 18.000.000,- Lunas

2010 10150 11.000 7 6.500.000,- Sudah Dibayar

SISA 18.500.000,- JUMLAH 55.000.000,-

Sumber : Pengelola Objek Wisata Pantai Cemara Indah

DATA TERAKHIR PENERIMAAN DAERAH DARI OBJEK WISATA (WISMAN)

TAHUN 2007 – 2010

TAHUN KUNJUNGAN WISATAWAN

RATA-RATA PENGELUARAN

PER ORANG (U.S $) RATA-RATA

LAMA TINGGAL (JUTA U.S $) PER

KUNJUNGAN PER HARI

2007 15 4.900 700 7 4.900

2008 105 514.500 700 7 514.500

2009 157 769.300 700 7 769.300

2010 300 1.470.000 700 7 1.470.000

JUMLAH 9.758.700 9.758.700


(37)

BAB IV

KONSERVASI PENYU UNTUK PENGEMBANGAN

KEPARIWISATAAN DI PULAU BANGKARU

KABUPATEN ACEH SINGKIL

4.1 Pengembangan Pariwisata di Kabupaten Singkil

Program pengembangan wisata alam yang ada di Kabupaten Aceh Singkil harus ditetapakan agar asset atraksi alam dapat dipertahankan keberadaannya dan kualitasnya. Ini dapat dilaksanakan dengan beberapa program yang dilandasi oleh konsep perencanaan sebagai berikut :

1. Penetapan progam pengembangan Orientasi Daerah Tujuan Wisata (ODTW) kawasan Pulau Banyak, kawasan pantai dan lain-lain, sebagai kawasan konservasi sangat membantu dalam mengembangkan wisata minat khusus dan ekowisata

2. Mempertahankan daerah pedesaan dengan social ekonomi budaya dengan kondisi arsitetur terpadu dengan alamnya, supaya modernisasi yang berkembang tidak merusak nilai tatanan social budaya yang ada.

3. Mempertahankan karakter alami daerah dengan pertanian lahan kering, pola pertanian ini mempunyai daya tarik yang luar biasa untuk para wisatawan.

4. Mempertahankan daerah sungai dan area air terjun harus dilaksanakan dengan memantapkan kawasan sempadan sungai yang lebarnya sekitar 5-15 meter dari tepi sungai atau area airterjun. Hal ini merupakan cara untuk mempertahankan public space, disamping melakukan program pelestarian alam.


(38)

Masing-masing segmen pasar mempunyai kecenderungan minat yang berbeda-beda, baik itu dalam karakter perjalanan maupun dalam hal jenis atraksi yang berbeda. Rencana pemasaran juga harus dilakukan secara sinergis dengan penyiapan masing-masing ODTW agar layak jual.Manajemen pemasaran yang bagus tidak akan banyak bermanfaat apabila ODTW belum memiliki standar kualitas pasar yang dituju. Pasar wisatawan nusantara (lokal) merupakan pangsa pasar yang potensial khususnya untuk mass tourism seperti ODTW Pantai Cemara Indah, dan dengan motto promosi “jelajahi nusantara” merupakan suatu strategi dan rencana perluasan pasar wisata keseluruh propinsi di Indonesia mempunyai prospek yang baik. Rencana pengembangan pasar wisatawan pasca krisis ekonomi dan berbagai tragedy yang terjadi seperti jatuhnya pesawat komersial, virus Flu Burung, dan lain-lain merupakan tugas yang cukup berat. Oleh karena itu pengembangan pasar wisatawan mancanegara difokuskan untuk membidik Negara-negara yang telah pernah mengunjungi kawasan Pulau Banyak, seperti Malaysia, jepang, Australia, dan lain-lain. Pengembangan kepariwisataan yang ada di Kabupaten Aceh Singkil pada waktu yang lalu hingga kini dilaksanakan masih secara parsial, artinya pengembangan belum dilaksanakan cara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini dapat dimengerti sebab, selama belum ada peerencanaan yang sifatnya holistic komprehensif seluruh wilayah.


(39)

4.1.1 Upaya-Upaya Pengembangan

Dalam upaya untuk mencapai sasaran pembangunan bidang pariwisata nasional, maka arah kebijakan pembangunan oleh departemen pariwisata sebagai salah satu stakeholders/pemangku pembangunan kebudayaan dan pariwisata nasional, maka diarahkan empat kebijakan yaitu :

2. Mendorong terciptanya iklim yang kondusif bagi pembangunan pariwisata 3. Meningkatnya efektivitas peran sebagai regulator dan fasilitator dalam

pembangunan pariwisata.

4. Memantapkan kerjasama dalam dan luar negeri di bidang pariwisata 5. Memantapkan manajemen pembangunan pariwisata.

Rencana pengembangan pariwisata daerah Kabupaten Aceh Singkil perlu dituangkan dalam rencana-rencana pelaksanaan. Rencana-rencana tersebut menyangkut mekanisme pengendalian atau pengelolaan cluster pengembangan pariwisata dengan meminjam aspek legalitas sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan aspek kelembagaan yang akan mengoperasikannya. Untuk menjamin keaktifan mekanisme pengelolaan cluster pariwisata tersebut. Kebijaksanaan pemerintah daerah ini haruslah bersifat operasional terutama menyangkut langkah-langkah pengembangan objek wisata yang telah disusun, serta pengendaliannya dalam kurun waktu rencana.


(40)

4.1.1.1 Aspek Legalitas

Aspek legalitas merupakan landasan penting dalam penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) sebagai kebijakan pokok bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Aceh Singkil. Rencan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah Kabupaten Aceh Singkil ini perlu mempertimbangkan kesesuaian dengan peraturan perundangan yang berlaku dan kewenangan kelembagaan yang ada di Aceh Singkil.

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Aceh singkil yang akan disesuaikan, harus dibahas dan disempurnakan dengan melibatkan institusi vertical dan dinas terkait di daerah, serta wakil masyarakat. Kehadiran instansi dan dinas terkait dalam penyempurnaan RIPPDA Kabupaten Aceh Singkil dimaksud untuk mencapai kesepakatan dan sinkronisasi dalam pengembangan industri pariwisata di Kabupaten Aceh Singkil dengan rencana sektoral yang sudah ada, atau bahkan dengan konsep dan kegiatan proyek usulan yang diajukan. Walau demikian, manfaat formal dari RIPPDA Aceh Singkil tidak dapat dirasakan dan efektif sebelum RIPPDA Kabupaten Aceh Singkil tersebut memiliki kekuatan hokum untuk dilaksanakan, iklim administrative pemerintah yang mendukung dan sumber biaya pengelolah yang memadai, serta struktur kelembagaan yang terintegrasi dan operasional. Penetapan RIPPDA Aceh Singkil sebagai Perda merupakan langkah pertama yang harus dilaksanakan setelah RIPPDA selesai disusun.


(41)

Aspek legalitas ini menjadi prasyarat mendasar dalam proses implementasi RIPPDA Aceh Singkil sebagai produk rencana yang secara hukum akan mengikat. Dalam hubungan ini, faktor koordinator antar instansi di daerah menjadi bagian penting yang menentukan apakah mekanisme pengelolaan pariwisata dapat dilaksanakan dengan konsisten atau tidak. Setelah ditetapkan sebagai Perda, RIPPDA Aceh Singkil perlu disosialisasikan, kemudian dilanjutkan dengan penyusunan rencana teknis pada objek objek wisata yang dianggap perlu dilakukan pelaksanaan teknis.

4.1.1.2Aspek Kelembagaan

Tugas dan tanggung jawab para stakeholder.

Dalam bidang pariwisata banyak pihak yang terlibat dalam perencanaan dan banyak kepentingan yang perlu diakomodasi, namun masing-masing pihak tidak memikul tanggung jawab yang sama. Hal terpenting adalah tugas dan tanggung jawab para stakeholder harus didefinisikan dengan jelas dan diberikan sesuai dengan kapasitas, kemampuan dan kompetensinya. Dalam konteks pengembangan kawasan wisata, pemda sebagai institusi penyedia pelayanan publik. Hal yang harus diperhatikan adalah adanya kebijakan yang jelas bagi Pemda apabila ada investor swasta yang ingin turut berpartisipasi dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Dalam hal ini keterlibatan swasta jangan mematikan keterlibatan masyarakat sekitar lokasi wisata. Karena bagaimanapun keterlibatan masyarakat sangat penting untuk pengembangan kawasan yang lebih luas.


(42)

4.1.2 Peran Serta Masyarakat dan Swasta Dalam Pembangunan Pariwisata Memasuki abad ke-21, isu pembangunan berkelanjuatan sentiasa diletakkan pada porsi utama dalam setiap perencanaan salah satu aspek utama yang ditekankan dalam paradigm pembangunan berkelanjutan. Ini adalah tingkat partisipasi local masyarakat dalam mekanisme pembangunan. Diharapkan para pelaku pembangunan (pemerintah, masyarakat, dan swasta) akan mempunyai peran yang seimbang sehingga satu sama lain bisa saling mengisi. Paradigma top-down planning dan botton planning secara serasi dan seimbang.

Demikian halnya masyarakat Aceh Singkil, demi majunya industri pariwisata setempat sehingga bisa dirasakan secara positif oleh seluruh masyarakat, maka peran aktif masyarakat sangat diharapkan.

4.1.3 Kendala Pengembangan Citra Pariwisata Aceh Singkil Sebagai Destinasi Pariwisata

Pengembangan pariwisata Aceh Singkil untuk menjadi destinasi atau daerah tujuan wisata tentunya biasa menimbulkan suatu kawasan independent yang terintegrasi dimana terlepas dari Nangroe Aceh Darussalam dengan segala komponennya. Telah diketahui bahwa Aceh Singkil bagian dari Nangroe Aceh Darussalam. Secara geografis Aceh Singkil dekat dengan Sumatera Utara (Medan) dan Sumatera Barat (Padang), posisi ini bias menjadi strategis dan juga menjadi pesaing. Kondisi tersebut akan menyulitkan pengembangan image atau citra Pariwisata Aceh Singkil sebagai destinasi atau daerah tujuan wisata. Hal ini disebabkan :


(43)

• Nangroe Aceh Darussalam pernah menjadi daerah konflik

• Sulit menyaingi citra Sumatera Utara dan Sumatera Barat sebagai destinasi wisata atau daerah tujuan wisata nasional yang sudah lebih mapan atau berkembang.

4.2 Gambaran Umum Pulau Bangkaru

Pulau Bangkaru adalah sebuah yang terletak di

di sebelah

dari

Pulau ini dapat ditempuh sekitar 5 jam dengan menggunakan perahu motor dari Singkil, atau kurang dari satu jam dari pulau Banyak. Pantai pulau ini salah satu tempat favorit untuk melakukan surfing dengan ketinggian hingga 5 meter. Beberapa pulau di sekitar pulau Bangkaru, antara lain :

• Pulau Sarangalu


(44)

Kegiatan konservasi penyu di Pulau Bangkaru dimulai atas prakarsa seorang praktisi ekowisata berkebangsaan Swedia bernama Mahmud Bangkaru (nama ini adalah nama yang ia sandang setelah memeluk agama Islam) pada tahun 1994. Sebelum itu, perburuan dan perdagangan telur penyu sangat marak di Kepulauan Banyak. Ia lantas mendirikan Yayasan Pulau Banyak (YPB) yang pada awal kehadirannya harus menghadapi banyak rintangan mengingat tidak sedikit warga yang mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan telur penyu itu. Untungnya,

masalah yang dihadapi oleh Mahmud Bangkaru mendapat dukungan dari Ian Singelton yang tergabung dalam Yayasan Ekosistem Leuser (YEL). Ia memperkenalkan Mahmud dengan seorang ahli penyu laut berkebangsaan Belanda

bernama Maggie Muurmans. Bersama Mahmud, Maggie bahu membahu menghidupkan YPB dengan dukungan dan bantuan keuangan dari mitra YPB dari berbagai organisasi dunia yang perduli dengan pelestarian hewan-hewan langka. Lembaga-lembaga itu antara lain Yayasan Ekosistem Leuser, PANECO (Swiss), AECID (Spanyol), dan sebagainya. Maggie memprakarsai program monitoring penyu di Pulau Bangkaru. Sementara Mahmud melakukan lobi-lobi di tingkat pemerintahan untuk ikut terlibat dalam usaha penyelamatan penyu.

Mahmud Bangkaru menghidupkan kembali sempat mati suri akibat tsunami dan konflik berkepanjangan di bumi Aceh Darusalam. Dengan menggaet beberapa rekan kerja baru dan didukung LSM Yayasan


(45)

Eko Lestari (YEL) yang berbasis di Medan dan Paneco –salah satu LSM berbasis di Swiss, mereka menggiatkan kembali kegiatan konservasi penyu dan ekowisata di pulau Bengkaru. Tujuannya tidak lain untuk menjaga dan melestarikan kehidupan penyu hijau yang diambang kepunahan akibat terjaring nelayan, perdagangan telur penyu, para pengkonsumsi daging penyu, dan orang-orang yang menjadikan penyu sebagai hiasan/cinderamata. Belum lagi ulah manusia yang membuang sampah ke laut seperti gabus atau plastik yang mengakibatkan kematian bila termakan oleh tukik (anak penyu).

Untuk mencegah kepunahan tersebutlah, organisasi ini memberikan penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan workshop, pertemuan dengan tokoh masyarakat hingga membuat program pendidikan di sekolah untuk melestarikan sumber daya alam sekitar.

Selain itu mereka juga menyediakan tempat bagi mahasiswa lokal maupun internasional untuk melakukan penelitian di pulau tersebut sebagai sukarelawan. Hasilnya cukup memuaskan. Pulau Bangkaru kini resmi menjadi kawasan konservasi dengan mempekerjakan beberapa staf yang dilatih untuk berpatroli mengawasi pantai-pantai di Pulau Bangkaru yang menjadi lokasi tempat bertelurnya penyu. Mereka juga melakukan program penandaan pada penyu-penyu yang datang dan bertelur di pulau itu. Anggota staf yang dilatih oleh Maggie adalah para pemuda dari berbagai pulau ke Kepulauan Pulau Banyak.


(46)

4.3 Kondisi Konservasi Penyu di Pulau Bangkaru

Pulau Bangkaru merupakan tempat konservasi penyu di Sumatra. Tahun 1996, Departemen Kehutanan menetapkan sebagai Taman Nasional dan bekerjasama dengan Yayasan Pulau Banyak menjadikan pulau ini sebagai pusat konservasi penyu secara alam. Ada tiga jenis penyu yang menjadikan pantai di pulau ini sebagai tempat bertelur. Penyu Hijau, Penyu Sisik dan Penyu Belimbing. Penyu Hijau merupakan penyu yang sering dijumpai di Pantai Amandangan, Pulau Bangkaru.

Setiap harinya para penjaga pulau melakukan patroli untuk mendata penyu baik penyu yang lama maupun penyu baru yang akan singgah di pantai ini. Patroli dilakukan sebanyak 3 kali. Pagi pukul 8.00 - 11.00 dan malam hari pada pukul 20.00-23.00 dan 20.00-23.00-02.00. Selain untuk mendata patroli ini bertujuan untuk melindungi telur-telur dari pemangsa seperti biawak.

Tahun 2008 penyu-penyu yang bertelur disini didata dengan cara memberikan tegging. Dan sudah hampir ada 1000 penyu yang terdata dan jumlah itu akan terus bertambah karena setiap malamnya selalu ada penyu baru yang bertelur disini. Namun para penjaga sebenarnya kekurangan volunteer untuk pulau ini dan rata-rata volunteer adalah orang luar negeri tidak ada orang Indonesia. Setiap malam selalu ada penyu yang bertelur dan pada musim tertentu mereka kewalahan karena banyaknya penyu sampai-sampai mereka harus terjaga sampai pagi di pantai.

Pulau Bangkaru sendiri merupakan kawasan wisata terbatas dimana setiap wisata yang akan memasuki wilayah ini harus melalu izin dari Yayasan Pulau Banyak agar keasrian pulau dan kehidupan penyu tetap terjaga.


(47)

Pencapaian ke pulau ini sekitar 2 jam dari pusat akomodasi pulau tuangku dengan speedboat. Potensi pulau ini adalah sebagai konservasi alam dan habitat penyu. Untuk menjaga alam maka tidak dibenarkankan menginap di pulau ini kecuali untuk kebutuhan penelitian. Hanya di perbolehkan di bangun yang terjebak badai. Untuk mengunjungi objek ini disediakan pemandu khusus untuk mendampingi wisatawan ke pulau Bangkau.

4.4 Kegiatan Konservasi Penyu di pulau Bangkaru

Konservasi penyu merupakan upaya yang sangat penting untuk menjamin keberlangsungan populasi penyu tersebut. Kelangkaan yang terjadi secara terus-menerus dengan kecenderungan semakin lama semakin sulit ditemukan, dapat menjurus pada kepunahan. Penyu, sebagai salah satu hewan langka, perlu segera dilakukan upaya konservasi. Untuk itu mutlak diperlukan pendidikan tentang kaidah-kaidah konservasi populasi penyu. Langkah-langkah yang dianggap penting dalam melaksanakan pendidikan konservasi :

a. Memberikan ceramah-ceramah pendidikan (educational campaigns) untuk semua lapisan masyarakat mulai rumah tangga sampai seterusnya, mencakup taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.

b. Membuat Lembaran Leaflets

Leaflets dibuat dalam bentuk yang menarik dan mudah dimengerti, bertujuan untuk pencerahan kepada masyarakat.


(48)

4.4.1 Pelatihan Dalam Pengelolaan Konservasi Penyu

Beberapa bentuk pelatihan yang dapat dilakukan dalam pengelolaan konservasi penyu antara lain sebagai berikut :

4.4.1.1 Pelatihan Kegiatan Penetasan Telur Penyu

Pelatihan kegiatan penetasan telur penyu bertujuan untuk memberi pengetahuan mengenai cara penyelamatan sarang-sarang telur yang ditemukan di daerah pasang surut (intertidal) setelah penyu laut selesai bertelur. Pembusukan telur akan terjadi apabila sarang-sarang telur tersebut dibiarkan di daerah pasang surut, sehingga telur gagal menetas. Pembuatan daerah penetasan telur (hatcheries) dilakukan di daerah supratidal adalah untuk menghindari sapuan (flushing) air laut pada siklus hari-hari bulan mati atau bulan purnama agar suhu sarang buatan tetap stabil. Kestabilan suhu sarang merupakan faktor penentu keberhasilan penetasan telur. dengan harapan terjadi tingkat penetasan telur yang tinggi (high of hatching rates). Bentuk bagian depan hatcheries dibuat semi permanen, agar tukik lahir langsung mampu bergerak ke laut dengan secara alami tanpa campur tangan manusia lagi. Tujuannya agar pada 6-10 tahun kemudian, tukik yang sudah dewasa secara naluri (instinct) akan beretelur kembali di sepanjang pantai hatcheries.

4.4.1.2 Pelatihan Pembesaran Tukik

Setelah menetas tukik seharusnya secara mandiri dibebaskan untuk menuju laut. Tetapi kadangkala diperlukan penyelamatan tukik yang masih lemah, karena pada saat di laut tukik akan berenang atau terombang-ambing dibawa arus laut sehingga dapat dengan mudah dimangsa oleh predator. Penyelamatan tukik dapat


(49)

dilakukan melalui kegiatan budidaya, khususnya bagi tukik yang cacat. Tukik cacat yang berasal dari sarang harus diperlihara dalam bak-bak budidaya sampai mencapai ukuran tertentu (berumur 2–3 bulan). Tukik cacat yang berumur 2-3 bulan ini sudah biasa melakukan penghindaran dari predator dengan cara menyelam di karang-karang atau bergerak di komunitas sargassum, karena lobul-lobul paru-parunya sudah mampu menghisap udara. Tukik cacat yang dipelihara melalui budidaya tidak boleh mendapat gangguan yang dapat mengakibatkan kelainan tingkah laku. Perlakuan-perlakuan pemeliharaan tukik dalam budidaya antara lain dengan cara :

a. Kolam-kolam pemeliharaan harus berisi air laut yang mengalir b. Pemberian makan sesuai dengan tahapan

c. Air dalam kolam pemeliharaan harus bebas dari penyakit, polusi dan kotoran-kotoran ataupun bahan kimia yang membahayakan

4.4.1.3 Pelatihan Pemberian Penandaan (Tagging) pada Penyu

Pemberian tanda (tagging) dilakukan terutama pada penyu dewasa yang bertelur. Pemberian tanda ini tidak boleh mengakibatkan penyu mati atau berubah tingkah lakunya. Pemberian tanda (tagging) dapat dilakukan pada kaki depan atau karapas bagian bawah yang diikat dengan tali senar halus. Pemberian tanda di bagian kaki depan dimaksud agar tidak mengganggu aktivitas penyu saat menggali sarang ketika bertelur. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk diantisipasi adalah tag yang mudah lepas atau tulisan yang terdapat pada tag terhapus. Tujuan pemberian penandaan (tagging) pada penyu adalah untuk mengetahui :


(50)

a. Frekuensi peneluran penyu b. Daerah ruaya penyu

c. Pertumbuhan penyu di alam

d. Interval atau jarak antar musim bertelur e. Jumlah populasi induk di pantai peneluran Sedangkan bahan pembuat tag, terdiri dari :

a. Inconel Tag, yaitu tagging yang terbuat dari campuran logam, banyak digunakan

di Amerika dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

b. Tag plastik, yaitu tag yang terbuat dari plastik, mudah hilang dan rusak.

c. Titanium: harga mahal, tapi lebih tahan lama karena tidak berkarat dan lebih ringan.

4.4.1.4 Pelatihan Penanaman Pohon di Sepanjang Pantai Peneluran

Dewasa ini hampir semua daerah peneluran penyu, terutama daerah peneluran penyu hijau telah mengalami degradasi, dimana pohon-pohon di sepanjang pantai peneluran telah banyak rusak. Pohon pantai ini sangat penting karena dapat menjadi naluri peneluran penyu, terutama bagi penyu hijau.


(51)

DATA WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE BANGKARU TAHUN 2011

No. N A M A

KEBANG-SAAN

NO PASPOR /KTP

TANGGAL MAKSUD

KUN- JUNGAN

KETE-RANGAN

DATANG BERANG-KAT

1. Maria Rusia 70 1848380 3/1/2011 5/1/2011 Liburan

2. Vasily Rusia 71 2241197 3/1/2011 5/1/2011 Liburan

3. Konstantin Rusia 68 4312244 3/1/2011 5/1/2011 Liburan

4. Andrey Rusia 63 9667108 3/1/2011 5/1/2011 Liburan

5. Yuriy Rusia 60 6382673 3/1/2011 5/1/2011 Liburan

6. Bea Christine Groen Belanda NX5L77415 11/1/2011 13/1/2011 Liburan 7. Ahmad Yani Indonesia 3.27509E+15 15/1/2011 17/1/2011 Liburan 8. Gemma Arrufat Viles Spanyol AAA125191 24/1/2011 26/1/2011 Liburan 9. Eduard Gonzalez Gracia Spanyol AAB686892 24/1/2011 26/1/2011 Liburan 10. Donagh Michael Australia M5353055 31/1/2011 2/2/2011 Liburan 11. Welmoed Annaclariet Belanda NWL443030 31/1/2011 2/2/2011 Liburan 12. Rogier Marius Belanda NYBPP6L78 31/1/2011 2/2/2011 Liburan Sumber : Kantor Yayasan Pulau Banyak


(52)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari bab-bab yang sudah diuraikan, jelas bagi kita bahwa konservasi Penyu sangat mendukung dalam upaya pengembangan kepariwisataan di Pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini karena minat pengunjung serta upaya pemerintah dan ikut serta masyarakat dalam pengembangan daerah tersebut dengan melakukan kegiatan dan pelatihan peneluran serta pembesaran anak penyu. Bagi kawasan wisata yang belum berkembang, melalui perencanaan tersebut diharapkan mampu merangsang tumbuhnya investasi baru dan menumbuhkan kegiatan pariwisata. Pariwisata juga sebagai kegiatan industri yang dapat diwujudkan dengan melakukan persiapan dan perencanaanyang matang untuk pemanfaatan sumber daya alam dan manusia sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat dijual ke berbagai pasar local, regional maupun mancanegara.

5.2 Saran

Perencanaan pariwisata barati juga menyangkut kegiatan melestarikan alam, menata dan memelihara objek-objek wisata yang ada. Dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Melalui perencanaan pariwisata diharapkan dapat dihindari terjadinya pembangunan yang tidak terkendali pada kawasan wisata yang


(53)

mengalami tingkat perkembangan yang cepat. Sebaliknya Penyu merupakan reptil yang hidup di laut yang keberadaannya telah lama terancam, baik dari alam maupun dari kegiatan manusia. Secara internasional, penyu masuk ke dalam ‘red list’ di IUCN dan Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Oleh karena itu, upaya konservasi penyu merupakan program penting dan mendesak untuk melindungi dan menyelamatkan populasi penyu, terutama di Indonesia karena di Indonesia terdapat 6 dari 7 spesies penyu yang masih ada saat ini. Guna mendukung keberhasilan dan keberlanjutan upaya pengelolaan konservasi penyu di Indonesia, untuk itu diperlukan suatu pedoman teknis bagi para pelaku pengelolaan konservasi penyu di lapangan.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Singkil “10 Tahun Kabupaten Aceh Singkil”, 2009.

Yoeti, Oka A. 1983, Pengantar Ilmu Kepariwisataan, Bandung : Angkasa. Yoeti, Oka A 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Undang-undang No. 9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan

Masterplan pengembangan kawasan wisata Kabupaten Aceh Singkil,2009. Newsletter of Yayasan Pulau Banyak,june 2010.

Pendit, Nyoman S. 1987, Pengantar Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita. Pendit,Nyoman S. 1990, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta :

Pradnya Paramita.

Suwantoro, Gamal SH. 1997, Dasar Dasar Pariwisata, Yogyakarta : Andi.


(1)

dilakukan melalui kegiatan budidaya, khususnya bagi tukik yang cacat. Tukik cacat yang berasal dari sarang harus diperlihara dalam bak-bak budidaya sampai mencapai ukuran tertentu (berumur 2–3 bulan). Tukik cacat yang berumur 2-3 bulan ini sudah biasa melakukan penghindaran dari predator dengan cara menyelam di karang-karang atau bergerak di komunitas sargassum, karena lobul-lobul paru-parunya sudah mampu menghisap udara. Tukik cacat yang dipelihara melalui budidaya tidak boleh mendapat gangguan yang dapat mengakibatkan kelainan tingkah laku. Perlakuan-perlakuan pemeliharaan tukik dalam budidaya antara lain dengan cara :

a. Kolam-kolam pemeliharaan harus berisi air laut yang mengalir b. Pemberian makan sesuai dengan tahapan

c. Air dalam kolam pemeliharaan harus bebas dari penyakit, polusi dan kotoran-kotoran ataupun bahan kimia yang membahayakan

4.4.1.3 Pelatihan Pemberian Penandaan (Tagging) pada Penyu

Pemberian tanda (tagging) dilakukan terutama pada penyu dewasa yang bertelur. Pemberian tanda ini tidak boleh mengakibatkan penyu mati atau berubah tingkah lakunya. Pemberian tanda (tagging) dapat dilakukan pada kaki depan atau karapas bagian bawah yang diikat dengan tali senar halus. Pemberian tanda di bagian kaki depan dimaksud agar tidak mengganggu aktivitas penyu saat menggali sarang ketika bertelur. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk diantisipasi adalah tag yang mudah lepas atau tulisan yang terdapat pada tag terhapus. Tujuan pemberian penandaan (tagging) pada penyu adalah untuk mengetahui :


(2)

a. Frekuensi peneluran penyu b. Daerah ruaya penyu

c. Pertumbuhan penyu di alam

d. Interval atau jarak antar musim bertelur e. Jumlah populasi induk di pantai peneluran Sedangkan bahan pembuat tag, terdiri dari :

a. Inconel Tag, yaitu tagging yang terbuat dari campuran logam, banyak digunakan

di Amerika dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

b. Tag plastik, yaitu tag yang terbuat dari plastik, mudah hilang dan rusak.

c. Titanium: harga mahal, tapi lebih tahan lama karena tidak berkarat dan lebih ringan.

4.4.1.4 Pelatihan Penanaman Pohon di Sepanjang Pantai Peneluran

Dewasa ini hampir semua daerah peneluran penyu, terutama daerah peneluran penyu hijau telah mengalami degradasi, dimana pohon-pohon di sepanjang pantai peneluran telah banyak rusak. Pohon pantai ini sangat penting karena dapat menjadi naluri peneluran penyu, terutama bagi penyu hijau.


(3)

DATA WISATAWAN YANG BERKUNJUNG KE BANGKARU TAHUN 2011

No. N A M A KEBANG-SAAN

NO PASPOR /KTP

TANGGAL MAKSUD KUN- JUNGAN

KETE-RANGAN DATANG BERANG-KAT

1. Maria Rusia 70 1848380 3/1/2011 5/1/2011 Liburan 2. Vasily Rusia 71 2241197 3/1/2011 5/1/2011 Liburan 3. Konstantin Rusia 68 4312244 3/1/2011 5/1/2011 Liburan 4. Andrey Rusia 63 9667108 3/1/2011 5/1/2011 Liburan 5. Yuriy Rusia 60 6382673 3/1/2011 5/1/2011 Liburan 6. Bea Christine Groen Belanda NX5L77415 11/1/2011 13/1/2011 Liburan 7. Ahmad Yani Indonesia 3.27509E+15 15/1/2011 17/1/2011 Liburan 8. Gemma Arrufat Viles Spanyol AAA125191 24/1/2011 26/1/2011 Liburan 9. Eduard Gonzalez Gracia Spanyol AAB686892 24/1/2011 26/1/2011 Liburan 10. Donagh Michael Australia M5353055 31/1/2011 2/2/2011 Liburan 11. Welmoed Annaclariet Belanda NWL443030 31/1/2011 2/2/2011 Liburan 12. Rogier Marius Belanda NYBPP6L78 31/1/2011 2/2/2011 Liburan


(4)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari bab-bab yang sudah diuraikan, jelas bagi kita bahwa konservasi Penyu sangat mendukung dalam upaya pengembangan kepariwisataan di Pulau Bangkaru Kabupaten Aceh Singkil. Hal ini karena minat pengunjung serta upaya pemerintah dan ikut serta masyarakat dalam pengembangan daerah tersebut dengan melakukan kegiatan dan pelatihan peneluran serta pembesaran anak penyu. Bagi kawasan wisata yang belum berkembang, melalui perencanaan tersebut diharapkan mampu merangsang tumbuhnya investasi baru dan menumbuhkan kegiatan pariwisata. Pariwisata juga sebagai kegiatan industri yang dapat diwujudkan dengan melakukan persiapan dan perencanaanyang matang untuk pemanfaatan sumber daya alam dan manusia sehingga dapat menghasilkan produksi yang dapat dijual ke berbagai pasar local, regional maupun mancanegara.

5.2 Saran

Perencanaan pariwisata barati juga menyangkut kegiatan melestarikan alam, menata dan memelihara objek-objek wisata yang ada. Dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan. Melalui perencanaan pariwisata diharapkan dapat dihindari terjadinya pembangunan yang tidak terkendali pada kawasan wisata yang


(5)

mengalami tingkat perkembangan yang cepat. Sebaliknya Penyu merupakan reptil yang hidup di laut yang keberadaannya telah lama terancam, baik dari alam maupun dari kegiatan manusia. Secara internasional, penyu masuk ke dalam ‘red list’ di IUCN dan Appendix I CITES yang berarti bahwa keberadaannya di alam telah terancam punah sehingga segala bentuk pemanfaatan dan peredarannya harus mendapat perhatian secara serius. Oleh karena itu, upaya konservasi penyu merupakan program penting dan mendesak untuk melindungi dan menyelamatkan populasi penyu, terutama di Indonesia karena di Indonesia terdapat 6 dari 7 spesies penyu yang masih ada saat ini. Guna mendukung keberhasilan dan keberlanjutan upaya pengelolaan konservasi penyu di Indonesia, untuk itu diperlukan suatu pedoman teknis bagi para pelaku pengelolaan konservasi penyu di lapangan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Aceh Singkil “10 Tahun Kabupaten Aceh Singkil”, 2009.

Yoeti, Oka A. 1983, Pengantar Ilmu Kepariwisataan, Bandung : Angkasa. Yoeti, Oka A 1996, Pemasaran Pariwisata, Bandung : Angkasa.

Undang-undang No. 9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan

Masterplan pengembangan kawasan wisata Kabupaten Aceh Singkil,2009. Newsletter of Yayasan Pulau Banyak,june 2010.

Pendit, Nyoman S. 1987, Pengantar Ilmu Pariwisata, Jakarta : Pradnya Paramita. Pendit,Nyoman S. 1990, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta :

Pradnya Paramita.

Suwantoro, Gamal SH. 1997, Dasar Dasar Pariwisata, Yogyakarta : Andi.