h. Hubungan sstem imun bawaan, HPA-axis dan kehamilan
Kehamilan menampilkan keadaan yang unique mengenai perubahan sistem imunologi pada tubuh maternal. Seorang ibu, harus
menjaga kehamilanya sampai kepada kondisi aterm, walaupun kadang kala ada keadaan reaksi auto imun, namun tubuh maternal tidak
berusaha menghancurkan janin, yang dianggap sebagai benda asing. Pada saat yang sama, selain menjaga kelangsungan perkembangan
janin, tubuh maternal juga harus menjaga sistem imunya sendiri. Studi menunjukan bahwa selama kehamilan, akan diproduksi sistem imun
yang menguntungkan baik bagi janin maupun ibu, sementara sitokin pro inflamasi ditekan pengeluaranya. Jhon 2005, Elizabeth 2008, Ilona
2009. Dengan berhentinya kehamilan dan terjadinya kelahiran, dari keadaan sistem imun yang menguntungkan bagi ibu dan janin, akan
bergeser menjadi pengeluaran sitokin pro inflamasi dalam hitungan beberapa menit sampai dengan beberapa jam setelah kelahiran janin dan
placenta. Hal ini dikarenakan beberapa alasan Elizabeth 2008 kelahiran sering didertai dengan adanya cedera jalan lahir portio,
dinding vagina dan perineum, dalam beberapa tingkatan. Involusi uterus terjadi pada semua perempuan pasca persalinan dan ditandai oleh
iskemia, otolisis, dan fagositosis. Proses-proses ini melibatkan aktifitas sitokin pro inflamasi, adanya nyeri persalinan, stres psikis dan usaha
ibu melahirkan memerlukan tenaga dan hal ini menyebabkan perangsangan sistem inflamasi.
commit to user
Perubahan yang signifikan terjadi pada fungsi HPA-axis selama kehamilan dan persalinan. Kadar CRH, ACTH, dan kortisol meningkat
secara dramatis selama kelahiran, mencapai tingkat puncak dalam trimester ketiga. Setelah melahirkan, Hormon HPA-axis hormo turun
dalam 3 hari pertama, dengan penekanan pada poros central HPA-axis, mirip seperti percobaan dengan pemberian steroid exogen pada
penekanan HPA-axis Kathryn 2010. Kelenjar adrenal janin sangat penting dalam peranya terhadap
fungsi fisiologis HPA-axis selama kehamilan dan periode perinatal. Kelenjar adrenal janin memprodukdi sebagian besar kortisol, yang di
bawah pengaruh progesteron, merangsang sel-sel dari trofoblas dan plasenta untuk meningkatkan produksi dari CRH. CRH yang
diproduksi oleh plasenta diperlukan untuk kesuksesan implantasi dan pemeliharaan terhadap kehamilan awal dan mungkin memainkan peran
dalam memulai persalinan. Produksi CRH oleh plasenta menyebabkan propaganda dari peningkatan CRH janin yang akan merangsang
produksi kortisol janin lebih lanjut. Yang penting, meskipun kortisol janin merangsangsekresi CRH plasenta, namun, keadaan itu menekan
sekresi CRH maternal. CRH maternal akan tersupresi setelah persalinan. Supresi dari HPA-axis mungkin berlangsung selama
beberapa minggu pada perempuan postpartum sehat Jhon 2005, Elizabeth 2008, Ilona 2009.
commit to user
Dalam sutu studi, diamati bahwa pada kejadian depresi post partum, mungkin terjadi gangguan pada psikoneuroimunologi. Pada
perempuan postpartum yang sehat, respon imun bawaan akan dirangsang oleh proses persalinan dan menyebabkan peningkatan sel
sitokin pro inflamasi. Dalam hitungan minggu sampai bulan, seorang perempuan akan pulih dari melahirkan, dan proses peradangan selesai.
Fungsi HPA-axis, meskipun meningkat sejak awal, tertekan saat persalinan, sitokin pro inflamasi tidak merangsang sekresi hormon
HPA-axis Elizabeth 2008. Berfokus pada HPA-axis, setelah kelahiran bayi dan plasenta,
tingkat CRH, ACTH, dan kortisol turun dibandingkan saat kehamilan, dan axis menjadi hyporesponsive, dan akan terjadi normalisasi axis
sekitar 12 weeks post partum. Setelah terjadi pemulihan hormon HPA- axis, akan membantu dalam membatasi peradangan. Bersama-sama,
langkah-langkah ini menjamin terjadinya regulasi emosi yang normal pada perempuan post partum Nierop 2006, Elizabeth 2008.
Bagi perempuan yang mimiliki risiko mengalami DPP, beberapa studi mendapatkan adanya respon inflamasi setelah persalinan yang
berlebihan, fungsi HPA-axis tidak tertekan secara memadai, atau kedua kondisi ini terjadi secara bersama-sama. Dengan adanya respon pro
inflamasi yang berlebihan, akan terjadi sindrom respon inflamasi sistemik, ditandai dengan kelelahan, gangguan tidur, nafsu makan
berkurang, dan suasana hati depresi. HPA axis hiperaktif akan dikaitkan perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
dengan agitasi, dysphoria, insomnia, dan anoreksia. Hal yang mungkin dapat menerangkan kejadian diatas dan terjadi pada perempuan
melahirkan disebabkan oleh respon stres setelah persalinan lama atau sulit, kehilangan darah yang banyak, cedera perineum, infeksi klinis
atau subklinis, operasi, atau karena adanya ketidakstabilan emosi saat persalinan Nierop 2006.
Ada beberapa data penelitian yang mendukung hipotesis ini. Peningkatan kadar IL-6 telah dilaporkan pada perempuan dengan DPP
awal pada periode perinatal dan pada perempuan dengan sejarah depresi di masa lalu. Selain itu, sebuah studi telah meneliti kadar sitokin dan
kortisol pada perempuan post partum. Suatu cross-sectional, yang melibatkan perempuan post partum dan dilakukan kunjungan rumah
pada 4-6 bminggu post partum. Kemudian dilakukan pemeriksaan Serum IFN- , IL-10, dan kortisol dan dievaluasi tentang gangguan
mood yang kini dirasakan oleh perempuan tersebut. Temuan menunjukan bahwa ibu yang mengalami depresi memiliki nilai kortisol
saliva yang lebih rendah tetapi didapatkan kadar yang tinggi pada kortisol serum. Rasio serum IFN- IL-10, kadar IL-6, sebaliknya,
didapatkan lebih tinggi sebesar 3 kali lipat pada perempuan depresi. Penelitian ini menunjukkan bahwa hipoaktifitas dari HPA-axis
mungkin berkontribusi terhadap DPP dan idukung dengan peran respond imune pro inflamasi Nierop 2006, Elizabeth 2008, Gunther
2009. perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
SEKSIO CESAREA
REAKSI INFLAMASI DAERAH INSISI
STRES AKIBAT AGEN ANESTESI
STRES PSIKIS
SUPRESI SISTEM IMUN
IL-6, TNF- α, IL-1
ACTH
KORTISOL Sekresi
β-Endorpine CRF
Sekresi sitokin
proinflamasi
HIPOTALAMUS
- KORTEKS ADRENAL
H P
A
A X
I S
KORTISOL PLASMA
↑↑↑ D
I S
R E
G U
L S
I H
P A
A X
I S
Post partum blues
: parameter yang diteliti
HIPOFISI ANTERIOR
4. Kerangka Konsep