Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
7 Rimpang temulawak Gambar 2 memiliki aroma dan warna yang khas,
yaitu berbau tajam dan daging buahnya berwarna kekuning-kuningan. Bagian rimpang merupakan bagian yang biasa digunakan sebagai bahan ramuan obat
Agoes, 2011: 99.
Sumber: www.bibitbunga.com Gambar 2. Rimpang Temulawak
Di dalam rimpang temulawak terdapat zat yang disebut kurkumin Gambar 3. Kurkumin merupakan zat yang dapat meredakan nyeri atau memiliki efek
analgetik. Hal ini dibuktikan pada penelitian yang sebelumnya, dimana kurkumin dapat menjadi agen analgetik pada penyembuhan nyeri di sumsum tulang
belakang Yong Ku Han et al, 2012.
Gambar 3. Struktur Senyawa Kurkumin Selain mengandung kurkumin, temulawak juga mengandung sejenis minyak
atsiri, yaitu Phellandreen, Kamfer, Glukosida, Turmerol, Myrcene, Xanthorrizol,
8 Safuranogermacrene, P-Tolyletycarbinol, dan zat tepung. Adanya kandungan
zat-zat tersebut membuat aroma temulawak menjadi khas Hayati, 2003 Hayati, 2003: 16-17. Komposisi kimia rimpang temulawak adalah zat tepung sebesar 29-
30, kurkumin 1-2, dan minyak atsiri sebesar 6-10 Agoes, 2011 : 100. Berdasarkan zat-zat yang terkandung pada temulawak saat ini telah
diketahui manfaatnya yaitu sebagai penambah nafsu makan, memperbaiki kesehatan fungsi pencernaan, memperbaiki fungsi hati, pereda nyeri sendi dan
tulang, dan sebagai antioksidan BPOM, 2005. Berdasar penelitian, rimpang temulawak memiliki beberapa efek farmakologi seperti, hepatoprotektor,
antiinflamasi, antidiare, antimalaria, imunomodulator, antikanker Agoes, 2011, hal. 9. Selain itu juga telah ditemukan efek farmakologi rimpang temulawak
sebagai antipiretik, antinoiceptive, dan analgetik Al-Tahan, 2012. Tanaman temulawak yang merupakan tanaman herbal juga memiliki efek
samping jika penggunaan rimpang temulawak pada jangka panjang maupun overdosis, yaitu dapat menyebabkan keluhan pada perut. Rimpang temulawak
juga memiliki aktivitas menstimulasi sistem biliari sehingga tidak boleh diberikan jika terdapat pembuluh darah yang terhambat. Efek samping yang ditimbulkan
tersebut tidak menimbulkan efek toksik. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Paget dan Barnes 1964 pada infus temulawak, menemukan
bahwa infus temulawak tidak mengandung racun. Selain itu juga oleh Lin et.al., 1996 membuktikan bahwa tidak terdapat tanda toksisitas pada pemberian oral
ekstrak temulawak pada tikus hingga dosis 2 gKgBB Tilaar Prof. Dr. Ir. Bernard T. Widjaja, 2014: 253.