22
Hayati pada tanggal 16 Agustus 2004, dan jumlah negara yang telah menandatangani dan meratifikasi ini sebanyak 134 negara.
2.3 Pengertian Perdagangan Satwa Langka
Bidang perdagangan telah mengalami kemajuan perkembangan yang semakin pesat dari waktu ke waktu. Perkembangannya itu sendiri tentu tidak lepas
dari pengaruh teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring dengan perkembangan itulah dunia perdagangan pun mengalami perluasan dalam penerapannya.
Perluasaan bidang perdagangan yang dirasakan cukup berarti bagi berbagai kalangan dunia yaitu semakin meluasnya kesempatan atau peluang, serta jaringan
negara-negara di dunia untuk menjalin suatu hubungan dalam hal perdagangan. Negara-negara di dunia dapat dengan lebih mudah meraih kesempatan yang
seluas-luasnya didalam arus perdagangan, baik dibidang barang maupun jasa dan juga dapat lebih mudah menembus batas-batas antar negara.
“Pada zaman yang modern ini perdagangan adalah pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan barang-
barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan itu.”
36
Perdagangan saat ini tidak hanya berkutat dalam lokal, regional, namun telah mengglobal melewati lintas batas negara. Perubahan tersebutlah yang
merupakan timbulnya perdagangan melibatkan partisipasi atau keikutsertaan
36
C.S.T. Kansil, dan Christine S.T. Kansil, 2013, Pokok-Pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia Edisi 2, Sinar Grafika, Jakarta, h. 13
23
negara-negara di dunia untuk saling berkompetisi serta terlibat didalam kegiatan perdagangan internasional.
37
Hal inilah yang menjadi pemicu suatu negara berinteraksi dengan negara lain yaitu karena adanya keinginan atau harsat untuk memenuhi kebutuhannya
dengan cara melengkapi kekurangannya itu melalui kerjasama dengan lain di bidang
perdagangan. Adanya
interdependensi kebutuhan
itulah yang
menyebabkan timbulnya perdagangan internasional.
38
Perdagangan satwa
langka menyebabkan
menurunnya tingkat
keanekaragaman hayati di dunia. Perdagangan satwa langka tanpa izin ini juga memegang posisi yang signifikan terhadap keberadaan sebuah spesies. Dan pada
dasarnya segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia membawa pengaruh terhadap lingkungan tidak selalu dapat diprediksi.
39
Satwa merupakan sebagian sumber daya alam yang tidak ternilai harganya, sehingga kelestariannya perlu dijaga agar tidak punah baik karena faktor alam,
maupun perbuatan manusia seperti perburuan, dan kepemilihan satwa yang tidak sah.
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya mengatakan “Satwa
adalah semua jenis sumber daya alam hewani yang hidup didarat, dan atau udara, dan atau air.”
37
Tumpal Rumpea, 2000, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional Cetakan Pertama, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 211.
38
Ibid.
39
Muhamad Iqbal, 2014, “Tinjauan Yuridis Terhadap Kepemilikan dan Penjualan Satwa Langka Tanpa Izin di Indonesia”, Jurnal Fakuktas Hukum Universitas Mulawarman Kalimantan
Timur, h. 8.
24
Satwa langka dapat diklarifikasikan menjadi 3 kategori yaitu sebagai berikut:
40
a. Nyaris punah Tingkat kritis atau habitatnya telah menjadi sempit sehingga jumlahnya
dalam keadaan kritis b. Mengarah kepunahan
Yakni populasinya merosot akibat eksploitasi yang berlebihan dan kerusakan habitatnya
c. Jarang Populasinya berkurang akibat faktor alam ataupun manusia.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa menurut TRAFFIC perdagangan terhadap satwa liar didefinisikan sebagai:
“The sale and exchange of animal and plant resources. This includes ornamental animal products such as corals for aquria, reptile skins for the
leather industry, tortoishell, as well as ornamental plants such orchids and cacti. It also, includestimber products, medicinal and aromatic products such
as taxol, agarwood, adn musk, fisheries products, and live animals for the pet trade including parrots, raptors, primates, and a wide variety of reptiles and
ornamental fish”
41
Melalui perdagangan, baik perdagangan komersial maupun non-komersial, lingkungan hidup dapat tetap terselamatkan dan menghasilkan keuntungan secara
finansial. Namun pembatasan-pembatasan melalui peraturan yang ada haruslah sesuai dan dijalankan dengan prinsip good governance yang baik dengan diawasi
oleh pihak luar. Kontribusi perdagangan spesies langka di beberapa negara tidak
40
Laden Marpaung, 1995, Tindak Pidana Terhadap Hasil Hutan dan Satwa, Erlangga Press, Surabaya, h. 49.
41
Broad, S.,Mulliken T. And Roe D, 2003 The Nature and Extent of Legal and Ilegal Trade in Wildlife Flora dan Fauna International Resource Africa and TRAFFIC International,
London
25
dapat dikatakan sedikit, misalnya dapat menyediakan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan lokal. Faktanya disisi lain terdapat indikasi terhadap
penurunan populasi berbagai spesies langka akibat perdagangan internasional. Selanjutnya menurut resolusi sidang umum PBB No. 2102XXTanggal 20
Desember 1965, yang dimaksudkan dengan istilah hukum dagang internasional adalah:
“The bidy of rules governing commercial relationship of a private law nature involving different countries”. keseluruhan kaidah-kaidah yang mengatur
hubungan-hubungan dagang bersifat hukum perdata dan mencakup berbagai negara.
42
Dalam hukum perdagangan internasional yang merupakan bidang hukum yang berkembang cepat. Dimana hubungan-hubungan dagang yang bersifat lintas
batas negara dapat mencakup banyak jenis, dari bentuk yang sederhana yaitu barter, jual beli barang atau komoditi produk-produk pertanian, perkebunan, dan
sejenis hingga hubungan atau transaksi dagang yang kompleks khususnya teknologi informasi. Bahkan saat ini para pelaku dagang tidak perlu mengetahui
atau mengenal rekan dagangnya yang berada dibelahan bumi lain. Hal ini terlihat dengan lahirnya transaksi-transaksi yang disebut dengan e-commerce.
Ada berbagai motif atau alasan mengapa negara atau subjek hukum pelaku dalam perdagangan melakukan transaksi dagang internasional. Fakta
yang sekarang ini terjadi adalah perdagangan internasional sudah menjadi tulang punggung bagi negara untuk menjadi makmur, sejahtera, dan kuat. Karena besar
42
Sudargo Gautama, 1997, Hukum Dagang Internasional Edisi Kedua Cetakan Pertama, Penerbit Alumni, Bandung, h 24.
26
dan jayanya negara-negara di dunia tidak terlepas dari keberhasilan dan aktivitas negara-negara tersebut di dalam perdagangan internasional.
43
Secara empiris kita dapat mengatakan bahwa dalam satu fase ada peningkatan polusi, ada juga deplesi sumber daya alam untuk satu periode. Tetapi
fakta empiris juga menunjukan bahwa ketika tingkat perdagangan semakin diperluas, kebutuhan barang-barang ramah lingkungan juga akan semakin tinggi.
Jadi ada dorongan dari konsumen memaksa penduduk setempat untuk bersikap ramah terhadap lingkungan.
2.4 Pengaturan Perdagangan Satwa Langka