22
Senada dengan Munandar, aspek-aspek penyesuaian diri menurut Darlega Puspitasari, 2005; 18 adalah sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk menerima kenyataan yanga ada
b. Kemampuan untuk tidak mengulangi kesalahan pada masa lalunya
c. Kemampuan untuk memilih pekerjaan yang dapat memuaskan dirinya dan
sesuai dengan kemampuan serta minat yang dimilikinya d.
Kemampuan untuk berkerjasama dan hidup bersama dengan individu lain dalam suasana yang menyenangkan
e. Kemampuan untuk dapat mengendalikan luapan emosinya sehingga tidak
mudah marah, tidak mudah iri,tidak mudah mengalami ketakutan dan kecemasan dan mempunyai toleransi yang tinggi terhadap konflik
f. Kemampuan untuk menerima diri sendiri apa adanya
g. Kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain
Berdasarkan uraian pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa aspek- aspek penyesuaian diri dalam perkawinan adalah saling pengertian, toleransi,
saling penghargaan, kemampuan untuk menerima kenyataan diri dan kemampuan untuk mengadakan interaksi dengan orang lain.
2.1.6 Penyesuaian Diri dengan Pasangan dalam Perkawinan
Masalah penyesuian yang paling pokok pertama kali dihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap pasangannya istri atau suami.
Menurut Hasan, hal ini disebabkan bahwa tantangan diperiode awal perkawinan adalah masa-masa perjuangan untuk memperoleh kebahagiaan dan kemapanan
hidup Cinde Anjani dan Suryanto, 2006; 1999.
23
Peran penting dalam perkawinan dimainkan oleh hubungan interpersonal yang tentunya jauh lebih rumit bila dibandingkan dengan hubungan persahabatan
atau bisnis. Makin banyak pengalaman dalam hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang dimiliki seseorang, makin besar wawasan sosial yang telah
mereka kembangkan, dan semakin besar kemauan mereka untuk bekerjasama dengan sesamanya, serta semakin baik mereka menyesuaikan diri satu sama lain
dalam perkawinan Hurlock, 1996; 290 . Lamanya masa pacaran sebelum menikah, tidak menentukan sukses
tidaknya hubungan personal antara pasangan suami istri. Ada pasangan yang hanya tiga bulan pacaran tetapi perkawinan mereka langgeng. Ada pula pasangan
yang bertahun-tahun pacaran tetapi perkawinannya hanya bertahan beberapa bulan saja Cinde Anjani dan Suryanto, 2006; 199.
Hal penting lain yang harus ada dalam penyesuaian perkawinan yang baik adalah kesanggupan dan kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan
dengan mesra dan saling memberi dan menerima cinta. Suami istri yang terbiasa untuk tidak menampakkan ungkapan afeksi akan mengalami kesulitan dalam
membangun hubungan yang hangat dan intim sebab masing-masing mengartikan perilaku pasangannya sebagai indikasi bahwa dia ”tidak peduli”
Hampir sama pentingnya seperti kemampuan dan kemauan untuk menunjukkan afeksi adalah kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi.
Melalui masa anak-anak dan masa remaja, mereka yang dapat berkomunikasi dengan teman sebayanya adalah lebih populer dibandingkan dengan mereka yang
cenderung untuk membatasi diri. Orang dewasa yang telah belajar berkomunikasi
24
dengan orang lain dan yang mau melakukan komunikasi dapat menghindari banyak kesalahpahaman yang merumitkan penysuaian perkawinan Hurlock,
1996; 291. Orang dewasa yang sepanjang masa anak-anak dan masa remajanya
membutuhkan kemampuan menyesuaikan diri dengan orang lain dan juga membutuhkan wawasan sosial yang perlu untuk menyesuaikan diri. Selain itu,
mereka juga perlu belajar untuk memberi dan menerima afeksi, berkomunikasi dengan orang lain dan menunjukkan bahwa dia senang bersama orang lain dan
menilai persahabatan. Berbagai pengalaman ini terus dipakai untuk melakukan penyesuaian perkawinan dengan lebih mudah.
2.2 Kualitas Komunikasi Dalam Perkawinan