106
Berdasarkan uji korelasi antara kualitas komunikasi dengan penyesuaian diri istri diperoleh r
xy
= 0,807 dengan signifikansi 0,000 0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kualitas
komunikasi dengan penyesuaian diri istri pada usia lima tahun pertama perkawinan. Hubungan positif ini berarti sesuai dengan hipotesis yang diajukan
bahwa jika kualitas komunikasi dalam perkawinan baik, maka baik pula penyesuaian diri istri. Begitu juga sebaliknya jika kualitas komunikasi dalam
perkawinan buruk, maka buruk pula penyesuaian diri istri.
4.8. Pembahasan
4.8.1 Kualitas Komunikasi pada usia lima tahun pertama perkawinan
Dilihat dari hasil analisis deskripsi, menunjukkan bahwa dari 77 subjek tidak ada subjek yang memiliki kualitas komunikasi yang buruk. Subjek yang
memiliki kualitas komunikasi yang cukup berjumlah 22 subjek atau 28,57, sedangkan 55 subjek atau 71,43 memiliki kualitas komunikasi yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa sebagian besar istri di kecamatan Kota Kudus mempunyai kualitas komunikasi yang baik. Hal ini menunjukkan
bahwa komunikasi yang terjadi pada usia lima tahun pertama perkawinan berjalan dengan baik. Pembagian informasi secara tertulis maupun secara lisan
berlangsung baik, sehingga komunikasi yang terjadi dua arah, kedudukan suami istri seimbang.
Ditinjau dari setiap aspeknya, kualitas komunikasi pada usia lima tahun pertama perkawinan menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai keterbukaan
baik, yaitu mencapai 53 subjek atau 68,83. Hal ini menunjukkan bahwa
107
mayoritas istri di kecamatan Kota, mempunyai keterbukaan yang baik yaitu sudah terbuka untuk menyampaikan dan mengungkapkan segala sesuatu yang ada pada
diri pasangan. Aspek lain menunjukkan bahwa subjek memiliki empati yang baik yaitu sebesar 70 subjek atau 90,91. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas
bahwa istri di kecamatan Kota Kudus mempunyai tingkat empati yang baik yaitu telah dapat merasakan seperti yang dirasakan oleh pasangannya baik secara
intelektual maupun emosional. Kehidupan perkawinan para istri di kecamatan Kota Kudus sudah memiliki
kesetaraan yang baik dalam perkawinan. Kesetaraan dalam hal ini meliputi mengenai kesetaraan gender, status sosial ekonomi dan tanggung jawab keluarga,
sehingga kemunculan masalah karena perbedaan gender, status sosial ekonomi dan tanggung jawab keluarga dapat diminimalisir. Hal ini terbukti dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa 16 subjek atau 20,78 berada pada kategori cukup dan 61 subjek atau 79,22 memiliki kesetaraan pada kategori baik. Hal ini
juga menunjukkan bahwa telah ada keseimbangan kedudukan dan tanggung jawab suami istri.
Berdasarkan hasil penelitian 50 subjek atau 64,94 memiliki kepercayaan pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas istri di kecamatan Kota
Kudus mempunyai kepercayaan yang baik yaitu telah dapat menghilangkan prasangka dan kecurigaan terhadap pasangan. Aspek lain yang mempengaruhi
kualitas komunikasi adalah sikap mendukung. Berdasarkan hasil penelitian, dari 77 subjek yang telah memiliki sikap mendukung dengan baik adalah sebesar dan
48 subjek atau 62,34 memiliki sikap mendukung pada kategori baik. Hal ini
108
menunjukkan bahwa mayoritas istri di kecamatan Kota Kudus mempunyai sikap mendukung baik yaitu sudah dapat memberikan dukungan secara terucap maupun
tidak terucap kepada pasangannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kualitas komunikasi
pada usia lima tahun pertama perkawinan terlah berjalan dengan baik. Komunikasi yang terjadi bukan hanya sekedar pertukaran informasi, yang melalui
pembicaraan yang dinyatakan dengan perasaan hati, memperjelas pikiran, menyampaikan ide dan juga berhubungan dengan orang lain. Akan tetapi, dengan
komunikasi seseorang dapat belajar mengenal satu sama lain, melepaskan ketegangan serta menyampaikan pendapat dengan mengacu pada keterbukaan,
empati, kesetaraan, kepercayaan dan sikap mendukung antar pasangan sehingga terjadi komunikasi yang dua arah, kedudukan suami istri seimbang.
4.8.2 Penyesuaian Diri Istri pada usia lima tahun pertama perkawinan