b. Teori Keynes
Menurut teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut pandangan ini, tidak
lain adalah proses perebutan bagian rezeki di antara kelompok-kelompok social yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa disediakan oleh
masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi
jumlah barang-barang yang tersedia timbul apa yang disebut dengan inflationary gap. Inflationary gap ini timbul karena golongan-golongan masyarakat tersebut
berhasil menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan
barang-barang. c. Teori Strukturalis
Teori inflasi “jangka panjang” karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya inflexibilitas penawaran bahan
makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab structural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat disbanding dengan pertumbuhan
kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lain sehingga terjadi inflasi.
Inflasi semacam ini tidak bisa diatasi dengan misalnya, mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus juga dengan pembangunan sektor bahan makanan dan
ekspor.
Universitas Sumatera Utara
2. Macam-Macam Inflasi
Ada berbagai cara untuk menggolongkan macam inflasi Boediono, 2001: 156, antara lain:
a Inflasi ringan di bawah 10 setahun b Inflasi sedang antara 10 – 30 setahun
c Inflasi berat antara 30 – 100 setahun d Hiperinflasi di atas 100 setahun
Inflasi yang tinggi sangat merugikan bagi perekonomian suatu negara karena dapat menghambat kegiatan produksi terutama produksi barang yang akan
di ekspor. Turunnya produksi tersebut diakibatkan harga bahan baku yang naik dan menyebakan harga pokok output yang dihasilkan juga ikut naik. Kita tidak
bisa menentukan parah atau tidaknya suatu inflasi hanya dari sudut inflasi saja, tanpa mempertimbangkan siapa yang menanggung beban atau yang memperoleh
keuntungan dari inflasi tersebut. Kalau seandainya laju inflasi adalah 20 dan semuanya berasal dari kenaikan harga barang-barang yang dibeli oleh golongan
yang berpenghasilan rendah, maka seharusnya kita menamakannya inflasi parah.
Universitas Sumatera Utara
3. Indikator Inflasi
Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu Prathama dan Mandala, 2008: 367. Di
antaranya sebagai berikut: a. Indeks Harga Konsumen Consumer Price Index
Indek harga konsumen IHK adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode
tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Masing-masing
harga barang dan jasa tersebut diberi bobot weigthed berdasarkan tingkat keutamaannya. Barang dan jasa yang dianggap paling penting diberi bobot yang
paling besar. b. Indeks Harga Perdagangan Besar Wholesale Price Index
Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu,
IHPB sering juga disebut sebagai indeks harga produsen producer price index. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat
produksi. c. Indeks Harga Implisit GNP Deflator
Deflator GNP mencakup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam perhitungan GNP. Deflator GNP diperoleh dengan membagi GNP nominal atas
Universitas Sumatera Utara
dasar harga berlaku dengan GNP riil atas harga konstan dan dengan demikian dan diinterpretasikan sebagai bagian dari seluruh komponen GNP konsumsi,
investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto.
4. Inflasi Menurut Faktor Penyebabnya
Dilihat dari faktor penyebabnya, inflasi dapat dibedakan ke dalam tiga macam Prathama dan Mandala, 2008: 365, yaitu:
• Inflasi Tekanan Permintaan Demand-Pull Inflation Inflasi tekanan permintaan demand-pull inflation adalah inflasi yang
terjadi karena dominannya tekanan permintaan agregat yang terlalu besar atau pesat dibandingkan dengan penawaran atau produksi agregat.
• Inflasi Dorongan Biaya Cost-Push Inflation Inflasi dorongan biaya atau juga sering disebut inflasi sisi penawaran
supply-side inflation adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat dari adanya kenaikan biaya produksi yang pesat dibandingkan dengan
produktivitas dan efisien, yang menyebabkan perusahaan mengurangi supply barang dan jasa mereka ke pasar. Secara grafik cost-push inflation
dapat dijelaskan dengan menggunakan kurva sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
5. Dampak Inflasi
Inflasi yang terjadi di dalam perekonomian suatu negara dapat memicu
akibat atau dampak, antara lain:
• Menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat. Tingkat kesejahteraan masyarakat, sederhananya diukur dengan tingkat daya beli pendapatan
yang diperoleh. Inflasi menyebabkan daya beli pendapatan makin rendah, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan kecil. Makin buruknya
distribusi pendapatan. Dampak buruk inflasi terhadap tingkat kesejahteraan dapat dihindari jika pertumbuhan tingkat pendapatan lebih
tinggi dari tingkat inflasi. Jika inflasi 20 per tahun, pertumbuhan tingkat pendapatan harus lebih besar dari 20 per tahun. Persoalannya adalah
jika inflasi mencapai angka 20 per tahun, dalam masyarakat hanya segelintir orang yang mempunyai kemampuan meningkatkan
pendapatannya ≥ 20 per tahun. Akibatnya, ada sekelompok masyarakat
yang mampu meningkatkan pendapatan riil tetapi ada sebagian besar masyarakat mengalami penurunan pendapatan riil.
• Terganggunya stabilitas ekonomi. Inflasi menganggu stabilitas ekonomi dengan merusak perkiraan tentang masa depan para pelaku ekonomi.
Inflasi yang kronis membutuhkan perkiraan bahwa harga-harga barang dan jasa akan terus naik.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian Terdahulu