2.5 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang dijadikan bahan referensi dalam penelitian ini
yaitu sebagai berikut:
Purnomo dan Sukardi 2010 melakukan penelitian yang berjudul “Karakteristik Penganggur Terbuka, Setengah Penganggur dan Pertumbuhan
Ekonomi di Provinsi Jawa Timur”. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu analisis data sekunder dengan menggunakan uji statistik yaitu Korelasi
Pearson. Hasil dari penelitian ini mengatakan bahwa karakteristik penganggur terbuka dan setengah penganggur di Jawa Timur tidak terlepas dari kondisi
wilayahnya. Salah satunya adalah bahwa penganggur terbuka terkonsentrasi pada wilayah perkotaan atau wilayah yang bergerak di sektor non pertanian.
Penganggur terbuka cenderung terpusat di Kota Surabaya dan sekitarnya serta ditopang 8 kota lainnya. Daerah pesisir selatan seperti Kabupaten Blitar,
Trenggalek, Pacitan ditambah daerah timur seperti Kabupaten Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Probolinggo, Sampang dan Sumenep
memiliki penganggur yang rendah. Surya 2011 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Tingkat
Pengangguran di Kota Semarang”. Variabel penelitian ini yaitu, penagngguran, PDRB, inflasi, angka beban tanggungan penduduk. Metode analisis data yang
digunakan adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil dari penelitian ini bahwa PDRB berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat
pengangguran di Kota Semarang tahun 1989-2008. Hal ini berarti bahwa tingkat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan PDRB yang tinggi diikuti oleh terjadinya penurunan tingkat pengangguran di Kota Semarang. Inflasi memberikan pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap tingkat pengangguran artinya, semakin tinggi tingkat inflasi maka tingkat pengangguran semakin rendah. Tingkat beban tanggungan
penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat pengangguran. Hal ini berarti bahwa perubahan yang ditimbulkan pada tingkat beban penduduk akan
membawa pengaruh terhadap perubahan pada tingkat pengangguran. Prihanto 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Tren Determinan
Pengangguran Terdidik di Provinsi Jambi”. Variabel dalam penelitian ini yaitu variabel independennya antara lain, tingkat upah, pendapatan per kapita,
kesempatan kerja di sektor formal dan kesempatan kerja di sektor informal sedangkan variabel dependennya pengangguran terdidik. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Metode Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian ini bahwa angka pengangguran terbuka di Provinsi Jambi dalam periode 1990-2009
rata-rata 5,4 persen dari total angkatan kerja. Lebih dari tiga perempatnya 79,5 persen merupakan pengangguran terdidik yang jumlahnya terus bertambah.
Hubungan antara variabel tingkat upah, pendapatan per kapita, kesempatan kerja di sektor formal dan kesempatan kerja di sektor informal dengan pengangguran
terdidik adalah sangat kuat. Sedangkan berdasarkan uji hipotesis secara serentak menggunakan uji F dengan tingkat kepercayaan 95 persen ternyata tingkat upah,
pendapatan per kapita, kesempatan kerja di sektor formal dan kesempatan kerja di sektor informal memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengangguran
terdidik.
Universitas Sumatera Utara
Sulistiawati 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di
Provinsi Indonesia”. Penelitian ini dilakukan secara sensus dengan data berbentuk time-series dari tahun 2006-2010 dan data cross-section yang terdiri
atas 33 provinsi. Variabel yang digunakan yaitu upah minimu, penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan masyarakat. Hasil penelitian ini bahwa upah memiliki
pengaruh yang signifikan dan mempunyai hubungan yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya, apabila terjadi kenaikan upah maka berpotensi
untuk menurunkan penyerapan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang produktivitasnya rendah. Penyerapan tenaga kerja berpengaruh tidak signifikan
dan mempunyai hubungan yang positif terhadap kesejahteraan masyarakat. Hal itu berarti bahwa penyerapan tenaga kerja terhadap kesejahteraan masyarakat
berjalan searah. Artinya, apabila penyerapan tenaga kerja meningkat, maka akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Yacoub 2012 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Tingkat Penagngguran Terhadap Tingkat Kemiskinan KabupatenKota di Provinsi
Kalimantan Barat”. Terdapat dua variabel yang diteliti dalam penelitian ini yaitu: tingkat penagngguran dan tingkat kemiskinan dengan teknik analisis regresi.
Hasil penelitian ini bahwa tingkat penagngguran berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan di kabupatenkota di Provinsi Kalimantan Barat.
Penagngguran yang ada di rumah tangga tidak secara otomatis menjadi miskin karena ada anggota keluarga yang lain memiliki pendapatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarga lainnya. Sedangkan pada kelompok
Universitas Sumatera Utara
keluarga yang sangat miskin justru tingkat penagngguran rendah karena sebagian besar anggota keluarga bekerja untuk bisa bertahan hidup. Terkadang anak-anak
dilibatkan bekerja dengan alasan penghasilan kepala keluarga tidak mencukupi. Hajji dan Nugroho 2013 melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
PDRB, Inflasi, Upah Minimum Provinsi, dan Angka Melek Huruf Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi Jawa Tengah Tahun 1190-2011”.
Variabel independen penelitian ini meliputi: PDRB harga konstan yang dihitung dengan satuan jutaan rupiah, inflasi tahunandengan satuan persen, UMP yang
dilihat dari empat kota besar di Provinsi Jawa Tengah dengan satuan ribu rupiah, AMH usia 15 tahun ke atas. Metode penelitian ini menggunakan analisis
Ordinary Least Square OLS. Hasil penelitian ini bahwa UMP dan AMH berpengaruh positif terhadap tingkat penagngguran terbuka, sedangkan PDRB
tidak berpengaruh pada besar kecilnya tingkat penagngguran terbuka. Inflasi terhadap tingkat pengangguran terbuka berniali positif dan tidak signifikan,
artinya inflasi di Jawa Tengah tidak memilihi pengaruh terhadap tingkat pengngguran terbuka. Hubungan variabel UMP dan tingkat pengangguran
terbuka adalah positif dan signifikan. Hal ini dapat diartikan bahwa besar kecilnya UMP berpengaruh terhadap jumlah pengangguran terbuka di Provinsi
Jawa Tengah. Kualitas pendidikan yang dimiliki masyarakat Jawa Tengah memiliki hubungan positif terhadap jumlah pengangguran terbuka. Peneliti
menganggap dengan semakin tingginya pendidikan yang dimiliki masyarakat Jawa Tengah membuat mereka menuntut upah yang tinggi sesuai dengan apa
yang mereka inginkan, jika perusahaan dirasa tidak memberikan upah yang
Universitas Sumatera Utara
sesuai, merekan akan memilih menunggu pekerjaan yang sesuai dengan keinginan mereka.
Kurniawan 2013 meneliti tentang “Analisis Pengaruh PDRB, UMK, dan Inflasi Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Kota Malang”. Variabel yang
digunakan yaitu produk domestik regional bruto, upah minimum kabupatenkota, inflasi dan pengangguran terbuka. Metode yang digunakan yaitu analisis
deskriptif dengan bantuan Metode Regresi Linear Berganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder berbentuk time series dari tahun 1980-2011 pada
Kota Malang. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa Produk Domestik Regional Bruto PDRB mempunyai penagruh negatif terhadap pengangguran terbuka.
Kedua, Upah Minimum Kota UMK yang mempunyai pengaruh yang positif terhadap pengangguran terbuka. Ketiga, inflasi mempunyai pengaruh negatif
terhadap tingkat pengangguran terbuka. Wijaya 2014 melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Upah
Minimum, PDRB, dan Populasi Penduduk Terhadap Tingkat Pengangguran Terbuka di Gerbangkertasusila Tahun 2007-2012”. Penelitian ini menggunakan
analisis kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Jenis data yang digunakan adalah data panel yang merupakan gabungan dari dara time-series dan cross-
section dengan menggunakan Random Effect Model REM dengan pendekatan GLS Generalized Least Square. Hasil dari penelitian ini bahwa upah minimum
mempunyai hubungan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka mengindikasikan apabila upah minimum meningkat maka tingkat pengangguran
terbuka Gerbangkertasusila akan menurun. Kedua, PDRB menpunyai hubungan
Universitas Sumatera Utara
positif terhadap tingkat pengangguran terbuka, jika PDRB meningkat maka tingkat pengangguran tebuka di wilayah Gerbangkertasusila akan meningkat.
Dikarenakan pertumbuhan ekonomi di Gerbangkertasusila berorientasi pada modal sehingga banyak perusahaan yang mengurangi biaya inputnya untuk
mendapatkan keuntungan salah satunya dengan mengurangi tenaga kerja manusia dan menggantikannya dengan teknologi. Ketiga, populasi penduduk mempunyai
hubungan negatif terhadap tingkat pengangguran terbuka karena jika populasi penduduk meningkat maka tingkat pengangguran terbuka menurun. Hal ini
terjadi karena banyak anak sekolah 15 tahun ke bawah yang sudah masuk ke dalam pasar kerja untuk dapat membantu keluarganya dan bonus demografi yang
terdapat di setiap wilayah sekitar 75 dapat melakukan pekerjaan atau bahkan menciptakan lapangan pekerjaan sehingga pengangguran dapat menurun.
2.6 Kerangka Konseptual