produk pertanian tersebut dapat saja turun. Salah satu solusinya, bank Islam dapat membuat skema salam parallel. Bank mengikat pembeli
produk pertanian tersebut sebelum diserahkan oleh penjual aslinya Petani, bank menerima pembayaran di awal dan karenanya dapat
mengunci risiko akibat fluktuasi harga komoditas pertanian tersebut. Ketiga, risiko nilai tukar, terjadi karena fluktuasi nilai tukar karena
perbedaan waktu pembelian dan penjualan, atau bagi hasil yang dilakukan dari sumber bisnis yakni aset dan pembiayaan dengan
nilai tukar berbeda. Keempat, risiko ekuitas pada skema bagi hasil. Dalam kegiatan usaha bank berbasis bagi hasil, terdapat pembagian
kepemilikian, sebagai mudharib dan sebagai shahibul maal. Bagi hasil pada sisi pendanaan, menyebabkan bank harus mengusahakan
keuntungan bagi nasabah shahibul maal. Dinamika pasar, secara tidak langsung, akan mempengaruhi ekspektasi imbal hasil yang
diminta nasabah, terutama bagi nasabah nasional, dibandingkan imbal hasil yang ditawarkan bank konvensional melalui bunga dengan
acuan suku bunga pasar dan bank Islam lainnya. Tujuan manajemen risiko pasar adalah untuk meminimalkan
kemungkinan dampak negatif akibat perubahan kondisi pasar terhadap aset dan permodalan bank syariah, melalui sistem ini bank syariah
akan mampu menjaga agar risiko pasar yang diambil bank berada dalam batas yang dapat ditoleransi bank dan bank memiliki modal
yang cukup untuk mengcover risiko pasar.
21
c. Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko yang disebabkan bank tidak mampu memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo, risiko ini muncul
manakala bank tidak mampu memenuhi kebutuhan dana cash flow dengan segera dan dengan biaya yang sesuai baik untuk memenuhi
21
Bambang Rianto Rustam, Op. Cit, hal. 135
kebutuhan transaksi sehari-hari guna untuk memenuhi kebutuhan dana yang mendesak.
22
Islamic Financial Service Board IFSB mendefinisikan risiko likuiditas sebagai potensi kerugian yang dapat dialami oleh bank
Islam karena ketidakmampuannya memenuhi liabilitasnya yang telah jatuh tempo atau ketidakmampuan bank Islam dalam mendanai
peningkatan asetnya dengan biaya relatif murah dan tanpa adanya kerugian berarti yang diderita. Sementara BI melalui PBI No.
1323PBI2011 mendefinisikan risiko likuiditas sebagai risiko akibat ketidakmampuan bank memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dari
sumber pendanaan arus kasatau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan keuangan bank.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa likuiditas bagi institusi perbankan lebih kompleks dibandingkan lembaga keuangan lainnya.
Likuiditas bagi bank mencakup dua hal, yakni kemampuan bank Islam untuk segera memenuhi liabilitas yang jatuh tempo dan kemampuan
bank Islam mendapatkan dana baru dengan biaya relatif murah. Liabilitas bank yang jatuh tempo adalah jumlah dana simpanan giro,
tabungan, dan deposito yang akan ditarik kembali oleh nasabah. Sementara dana baru yang dimaksud adalah akses atau sumber dana
yang dapat diperoleh oleh bank Islam ketika bank Islam ketika bank membutuhkan dana cepat, untuk mendanai aset atau untuk memenuhi
liabilitas jangka pendek yang jatuh tempo. Ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya risiko likuiditas
yaitu:
23
1. Pada saat terjadi penarikan dana simpanan berjumlah besar, bank
Islam tidak memiliki cukup dana dan sumber pendanaan cepat yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut.
22
Sumar‟in, Loc. Cit, hal. 112
23
Imam Wahyudi, dkk, Ibid, hal. 212
2. Ketika bank Islam telah memiliki komitmen pembiayaan dalam
jumlah besar yang belum terealisasi dengan debitur dan pada saat realisasi bank Islam tidak memiliki dana yang cukup
3. Terjadi penarikan simpanan yang cukup besar dan bank Islam tidak
memiliki aset yang dapat segera dicairkan untuk memenuhi kebutuhan likuidas nasabah.
4. Terjadinya penurunan besar-besaran terhadap nilai aset yang bank
miliki yang memicu ketidakpercayaan nasabah sehingga menarik dana simpanannya dari bank.
Tujuan manajemen risiko likuiditas adalah secara spesifik adalah: 1.
Memelihara kecukupan likuiditas bank sehingga setiap waktu mampu memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo.
2. Memelihara kecukupan likuiditas bank untuk mendukung
pertumbuhan aset bank yang berkelanjutan. 3.
Menjaga likuiditas bank pada tingkat optimal sehingga biaya atas pengelolaan likuiditas berada dalam batas yang dapat ditoleransi.
4. Menjaga tingkat kepercayaan nasabah terhadap sistem
perbankan.
24
d. Risiko Operasional