Ayat Al qur‟an dan Hadis tersebut di atas utamanya adalah isyarat
bahwa manajemen risiko itu diterapkan sebaik-baiknya agar tidak menyebabkan kerugian bagi masing-masing pihak yang melakukan
akadtransaksi. Jika kita koneksikan dengan bank, maka bank harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh potensi risiko yang dihadapi
dan mengembangkan sistem untuk mengidentifikasi, mengontrol, dan mengelola risiko-risiko tersebut. Pengembangan budaya manajemen
risiko pada bank merupakan bagian yang tak terpisahkan dari tanggung jawab otoritas pengawas dan regulator. Oleh karena itu, otoritas pengawas
juga harus mengenal baik karakter risiko bank Islam dan turut serta dalam pengembangan manajemen risiko yang efisien.
2. Peraturan Bank Indonesia tentang Manajemen Risiko
Yang dimaksud Peraturan Bank Indonesia PBI terkait manajemen risiko adalah PBI Nomor. 1323PBI2011 tentang Penerapan Manajemen
Risiko Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Kegiatan usaha bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat
dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan syariah yang semakin pesat
mengakibatkan risiko kegiatan usaha perbankan syariah semakin kompleks. Bank dituntut untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan
melalui penerapan manajemen risiko yang sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip-prinsip menajemen risiko yang diterapkan pada perbankan syariah
di Indonesia diarahkan sejalan dengan aturan baku yang dikeluarkan oleh Islamic Financial Services Board IFSB.
Penerapan manajemen risiko pada perbankan Islam disesuaikan dengan ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Bank
Indonesia menetapkan aturan manajemen risiko ini sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh BUS dan UUS sehingga perbankan
Islam dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi namun tetap dilakukan secara sehat, istiqamah, dan sesuai
dengan prinsip syariah.
Peraturan ini
mendefinisikan manajemen
risiko sebagai
serangkaian metodologi
dan prosedur
yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dna mengendalikan risiko yang
timbul dari seluruh kegiatan usaha bank. Ruang lingkup manajemen risiko dalam Peraturan ini yang
pertama adalah bahwa bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif. Kedua, penerapan manajemen risiko dilakukan secara individual
maupun konsolidasi dengan perusahaan anak. Ketiga, penerapan manajemen risiko paling kurang mencakup pengawasan aktif Dewan
Komisaris, Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah. Serta penerapannya wajib disesuaikan dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran, dan
kompleksitas usaha serta kemampuan bank. Risiko-risiko yang dimaksud dalam PBI ini adalah sebagaimana
telah disebutkan pada jenis-jenis risiko di atas, dan bank wajib menerapkan manajemen risiko untuk semua jenis risiko tersebut.
Kebijakan manajemen risiko paling kurang memuat: a.
Penetapan risiko yang terkait dengan produk dan transaksi perbankan,
b. Penetapan penggunaan metode pengukuran dan sistem
informasi manajemen risiko; c.
Penentuan limit dan penetapan toleransi risiko; d.
Penetapan penilaian peringkat risiko; e.
Penyusunan rencana darurat contingency plan dalam kondisi terburuk;
f. Penetapan sistem pengendalian intern dalam penerapan
manajemen risiko. Prosedur dan penetapan limit risiko wajib disesuaikan dengan
tingkat risiko yang akan diambil risk appetite terhadap risiko bank. Serta prosedur tersebut paling kurang memuat akuntabilitas dan jenjang delegasi
wewenang yang jelas, pelaksanaan kaji ulang terhadap prosedur dan
penetapan limit secara berkala dan dokumentasi prosedur dan penetapan limit secara memadai.
C. Proses Manajemen Risiko Perbankan Islam