fungsional, produk, proses dan sistem informasi yang berdampak negatif terhadap pencapaian organisasi bank.
Manajemen kontrol dan proses operasional yang tepat disetiap proses utama tersebut akan dapat mengendalikan dan mengurangi
terjadinya risiko operasional. Hasil identifikasi tersebut selanjutnya dapat digunakan untuk :
Memperbaiki kualitas proses kerja Mengurangi kerugian karena kegagalan proses
Mengubah budaya kerja peduli risiko Menyediakan sistem peringatan dini terhadap gangguan suatu
sistem atau manajemen. Tujuan utama manajemen risiko operasional adalah untuk
meminimalkan kemungkinan dampak negatif dari tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan kejadian-
kejadian eksternal. Untuk mencapai tujuan operasinya bank syariah harus mempertimbangkan risiko operasional yang bisa mempengaruhi
kinerja operasinya, termasuk risiko kerugian yang terjadi dari ketidakcukupan atau proses internal yang gagal, dan sistem dari
kejadian eksternal.
29
e. Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang terjadi diakibatkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis.
30
Kelemahan aspek yuridis antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-
undangan yang mendukung atau lemahnya perikatan seperti tidak terpenuhinya syarat sahnya kontrak. Tidak ada perbedaan yang cukup
signifikan antara bank syariah dan bank konvensional terkait dengan risiko hukum.
29
Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, Op.cit, hal. 14
30
Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 277
Risiko hukum legal risk merupakan akibat dari lemahnya penerapan
hukum dan
Perundang-undangan dalam
sebuah pembiayaan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam upaya
menghindari terjadinya risiko hukum ini meliputi:
31
1. Keharusan memiliki kebijakan dan prosedur secara tertulis
2. Keharusan melaksanakan prosedur analisis aspek hukum terhadap
produk dan aktivitas baru. 3.
Keharusan memiliki satuan kerja yang berfungsi sebagai “legal watch
” tidak saja terhadap hukum positif tetapi juga terhadap fatwa DSN dan ketentuan-ketentuan lainnya berdasarkan prinsip
syariah. 4.
Keharusan menilai dampak perubahan ketentuanperaturan terhadap risiko hukum.
5. Keharusan untuk menerapkan sanksi secara konsisten.
6. Keharusan untuk melakukan kajian secara berkala terhadap akad,
kontrak dan perjanjian-perjanjian bank dengan pihak lain dalam hal efektivitas dan enforcapability.
Masalah potensial yang juga harus diwaspadai oleh bank dalam akad ini adalah keterlambatan pihak ketiga untuk membayar
sedangkan bank tidak dapat menuntut kompensasi harga melebihi harga yang telah disepakati atas keterlambatan pembayaran tersebut.
32
Risiko ini akan menjadi bertambah besar ketika diterapkan dalam pembiayaan jangka panjang. Tidak adanya kompensasi disini
memberikan kesempatan kepada nasabah yang mempunyai itikad tidak baik untuk menunda pembayaran moral hazard. Selain itu,
bank dalam hal ini kesulitan untuk menentukan siapa nasabah yang benar-benar kesulitan membayar tagihan atau nasabah yang menunda
pembayaran meskipun mampu untuk melunasi tagihan. Besarnya
31
Adiwarman Karim, Ibid, hal. 113
32
Thariqul Khan dan Habib Ahmed, Manajemen Risiko Lembaga Keuangan Syariah Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hal. 55
risiko kredit seperti ini membutuhkan analisis kredit dan bentuk manajemen risiko yang tepat sasaran.
f. Risiko Reputasi