Dari berbagai definisi tersebut dapat kita simpulkan bahwa esensi menajamen risiko adalah kecukupan prosedur dan metodologi
pengelolaan risiko sehingga usaha bank tetap dapat terkendali pada batas atau limit yang dapat diterima serta menguntungkan bank.
2. Filosofi Manajemen Risiko
Sejak berdirinya Bank Muamalat Indonesia pada 1992, sebagai salah satu lembaga intermediator yang menghimpun dana dari unit yang
mengalami surplus lalu menyalurkan dana tersebut ke unit deficit, Bank Islam diharapkan dapat mengoptimalkan laba serta meningkatkan nilai
bagi para stakeholdernya. Kredibilitas dan kinerja pimpinan, karyawan, sistem, produk dan layanan, jaringan, dan teknologi perbankan Islam
diharapkan sempurna dan menyempurnakan sistem perbankan yang ada. Masa depan perbankan akan sangat ditentukan oleh kemampuan
manajemen perbankan Islam dalam menghadapi berbagai peubahan pesat yang terjadi saat ini. Tidak dapat dielakkannya globalisasi, pesatnya
informasi, dan teknologi serta inovasi keuangan membuat sektor keuangan, tempat perbankan Islam bernaung, menjadi makin kompleks
dinamis, dan kompetitif. Kondisi ini berpotensi meningkatkan deraan risiko terhadap perbankan Islam dimana semua risiko ini mutlak harus
dikelola. Lain halnya dengan bank konvensional, bank Islam tidak hanya
dihadapkan pada risiko yang sudah lebih dulu dilalui bank konvensional. Bank Islam memiliki sifat yang unik dan relatif beragam. Bank Islam
tidak hanya dihadapkan pada risiko-risiko tradisional, seperti risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, dan risiko operasional, tetapi juga risiko-
risiko yang muncul karena keunikan karakteristik bisnis dan akadnya. Risiko-risiko unik itu antara lain risiko kepatuhan syariah, risiko
pembiayaan, risiko imbal hasil, risiko investasi dan sebagainya. Para banker bank Islam perlu memahami suatu sistem yang mampu
mengarahkan dana kelolaan mereka ke aktivitas-aktivitas pembiayaan dan jasa yang memiliki rasio risiko terhadap potensi imbal hasil yang terbaik.
Mereka diharapkan tidak hanya mampu menguasai teknik dan instrumen manajemen risiko tradisional yang tidak bertentangan dengan ketentuan
syariah, namun juga teknik instrumen manajemen risiko yang unik yang terdapat pada perbankan Islam. Meskipun tantangannya sedemikian besar,
jika bank Islam kembali pada karakteristik dasarnya yaitu memprioritas penggunaan akad bagi hasil dalam penghimpunan maupun penyaluran
dana, memungkinkan bagi bank Islam berada pada posisi yang lebih stabil. Hal ini karena kerugian pada sisi aset pembiayaan akan langsung
diserap dengan pembagian risiko pada sisi liabilitas penghimpunan dana.
Kesimpulannya adalah bank Islam harus memulai mengelola risikonya, mulai dari menetapkan tujuan dan strategi manajemen risiko,
mengindentifikasi risiko, mengukur risiko, memitigasi risiko, dan melakukan monitoring serta pelaporan terhadap implementasi manajemen
risiko yang dilakukan.
3. Jenis-Jenis Risiko Dalam Perbankan Islam