3. Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi
jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu diberikan kepadanya. 4.
Sistem pembagian keuntungan harus tertuang dengan jelas dalam akad. e.
Kerugian Kerugian harus dibagi di antara para mitra secara proporsional menurut
saham masing-masing dalam modal. Biaya Operasional dan Persengketaan
f. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama.
g. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi
perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah.
14. Rukun dan Syarat Musyarakah
Adapun yang menjadi rukun dalam musyarakah adalah apabila musyarakah memiliki beberapa rukun yang telah digariskan oleh ulama guna
menentukan sahnya akad tersebut. rukun yang dimaksud adalah ijab qabul sighat, pihak yang bertransaksi, dan objek transaksi modal dan kerja.
Sedangkan syarat musyarakah adalah pertama, dapat dipandang sebagai perwakilan, kedua, ada kejelasan dalam pembagian nisbahbagi hasil, ketiga,
bagian masing-masing dari yang bersekutu harus jelas, seperti seperlima 15, sepertiga 13, atau 10. Jika keuntungan tidak jelas majhul, akad
menjadi fasid rusak sebab laba merupakan ma‟qud alaih salah satu rukun
akad menurut jumhur. Laba merupakan bagian umum dari jumlah.
15. Mekanisme Musyarakah
Mekanisme musyarakah dapat secara singkat digambarkan sesuai gambar di bawah ini:
Gambar 8. Skema Mekanisme Musyarakah sumber: ini lho bank syariah
16. Pembiayaan bermasalah
Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya
kepada bank seperti yang telah diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan.
140
Pembiayaan bermasalah menurut ketentuan Bank Indonesia merupakan pembiayaan yang dikategorikan ke dalam
kolektibilitas kurang lancar KL, diragukan D, dan Macet M. Tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan
pembiayaan bermasalah adalah dengan cara restrukturisasi. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor. 1018PBI2008 tentang Restrukturisasi
Pembiayaan bagi bank syariah dan unit usaha syariah, restrukturisasi didefenisikan sebagai upaya yang dilakukan bank dalam rangka
membantu nasabah
agar dapat
menyelesaikan kewajibannya.
Restrukturisasi ini antara lain dilakukan dengan cara: a.
Penjadwalan kembali rescheduling, perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.
b. Persyaratan kembali reconditioning yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan pembiayaan, jumlah angusran, jangka waktu, dan atau pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban
nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.
140
Suhardjono, Manajemen Perkreditan Usaha Kecil Dan Menengah, Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2003, hal. 252
c. Penataan kembali restructuring yaitu perubahan persyaratan
pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling dan reconditioning. 1.
Penambahan fasilitas pembiyaan bank 2.
Konversi akad pembiayaan 3.
Konversi pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka waktu menengah
4. Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada
perusahaan nasabah.
17. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah