Dalam tata kehidupan dan penghidupan masyarakat, setiap keluarga tidak akan terlepas dari permasalahan sekonomi maupun sosial. Keluarga buruh harian
mempunyai potensi untuk survive dalam berbagai kondisi. Dinamika dan mobilitas mereka dalam pekerjaan relatif tinggi. Dalam rangka menanggapi goncangan dan
tekanan Shock and Stress, pada dasarnya mereka mempunyai strtegi atau cara bertahan hidup yang cukup handal.
Berdasarkan dari data yang terhimpun melalui penelitian ini terungkap cukup banyak strategi yang dipergunakan keluarga buruh harian lepas dalam menghadapi
permasalahannya. Bentuk-bentuk strategi atau adaptasi bertahan dimaksud dapat dikemukakan sebagai berikut:
5.4.1 Adaptasi Bertahan Aktif atau Optimalisasi Sumber Daya Manusia SDM
Strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk peningkatan penghasilan karena tuntutan hidup yang semakin besar. Berbagai bentuk strategi
yang dibangun oleh keluarga buruh harian lepas anatara lain: melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan atau mengerahkan anggota
keluarga untuk memperoleh penghasilan. Berikut ini merupakan hasil wawancara dengan informan mengenai upaya-upaya yang dilakukan keluarga buruh harian lepas
melalui memanfaatkan anggota keluarga mereka sendiri :
Penuturan Informan suryono : “Untuk membantu perekonomian keluarga saya, istri saya juga ikut juga
bekerja sebagai buruh cuci pakaian. Setidaknya dengan begini perekonomian
keluarga kami dapat terbantu sedikit walaupun terkadang setiap bulannya selalu kehabisan uang”
Penuturan Informan Sumartini : “keluarga kami kalau hanya mengandalkan gaji suami saya saja tentu gak
akan bisa, ditambah lagi dengan jarang pulangnya suami saya, yang tidak jelas kapan pulang dan kasih uang ke saya. Makanya saya menjadi buruh
harian lepas. Untung saja saya dibantu oleh anak saya yang pertama yang terkadang memberikan uang ke saya dari hasil pekerjaannya sebagai supir
truk.
Penuturan Informan Herman : “abang tinggal sendiri dek, yang bisa abang kerjakan itulah abang kerjakan
dek demi kelangsungan hidup abang, yaaah.. menjual rokok lah, minuman lah.
5.4.2 Adaptasi Bertahan Pasif atau Pengontrolan komsumsi Pengetatan
Pengeluaran
Pengontrolan komsumsi pengetatan pengeluaran merupakan strategi dan adaptasi bertahan hdup secara pasif, yaitu mengurangi pengeluaran keluarga
misalnya pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, biaya sosial, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan sehari-hari lainnya. Berdasarkan hasil
penelitian ini menunjukan bahwa mereka sering menekan biaya pengeluaran dan menghindari resiko.
Penuturan Informan Suryono : “ kalau keluarga saya tidak sampai mengurangi jatah makan, tetapi
mungkin kalau uang kami benar-benar tidak cukup terpaksa kami harus makan seadanya saja dengan telor ceplok saja,untuk pengeluaran lainnya
tentu saja dihemat dan dikurangi. Jadi barang-barang yang gak terlalu penting sebaiknya gak usah dibeli. Saya juga membuat meja dan kursi sendiri
untuk di ruang tamu saya, Kalau rumah rusak saya perbaiki sendiri
Penuturan Informan Sumartini : “Keluarga saya biasanya akan mengurangi dari segi pembelian barang-
barang yang tidak perlu seperti baju dan komestik. Selagi tidak dibutuhkan sekali yaah sebaiknya tidak usah dibeli. Biasanya kalau ada dari kami yang
sakit Cuma beli obat yang ada diwarung aja lah atau kalau sakitnya parah biasanya saya hanya kebidan atau puskesmas terdekat.”
Penuturan Informan Herman : “kalau saya biasanya dek membeli barang-barang murah, makan irit-irit lah
dek gak stel lapar trus. Untuk transport juga biasanya abang menekannya dengan cara jangan keluyuran diluar seandainya itu tidak pentin, jadi isi
BBM kereta itu seperlunya saja”
Dalam Rangka pengotrolan komsumsi dan pengetatan pengeluaran, sering kali mereka mengabaikan kebutuhan akan kesehatan. Pengurangan pengeluaran
biaya kesehatan lebih banyak dilakukan, karena kesehatan tidak menjadi prioritas
utama mereka. Perhatian mereka lebih terfokus kepada kegiatan yang berhubungan dengan pencarian nafkah .
5.4.3 Pemanfaatan Jaringan