Kondisi Pendidikan Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Harian Lepas

Penuturan dari Informan Herman ; “saat wawancara, dirumah informan Herman penulis melihat keadaan rumah yang sederhana tidak luas, tapi bersih tertata rapi, ruang tamu ada kursi sudut dan dua buah meja kecil, dan tv 16 inci juga radio tap.memiliki 1 kamar dan telah tersedia fasilitas MCK dirumahnya, Herman mempunyai kendaraan pribadi sepeda motor”

5.3.3 Kondisi Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu proses yang kontinyu. Ia merupakan pengulangan yang perlahan tetapi pasti dan terus-menerus sehingga sampai pada bentuk yang diinginkan. Dari pernyataan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Menurut UU No. 20 Tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut epistimologi para ahli mengemukakan berbagai arti tentang pendidikan Prof. Zaharai Idris, M.A. misalnya, mengatakan bahwa Pendidikan ialah serangkaian kegiatan komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan terhadap perkembangan anak seutuhnya. Menurut K.H. Dewantara Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti kekuatan batin, pikiran intelek dan jasmani anak. Sesuai dengan wawancara mendalam yang dilakukan terhadap informan, tingkat pendidikan yang dienyam masih tergolong rendah, yakni hanya sampai SMP atau putus ditengah jalan saat SMA. Berikut penuturan dari beberapa informan. Penuturan Informan Suryono ; “Bapak cuman sampai SMA aja, itu juga gak lulus, ijazah cuman sampe SMP lah, bisa dibawa kemana kan ? makanya bapak bekerja gini aja yang bisa bikin berduit dek.” Anak bapak ada dua satu udah tamat SMA satu lagi masih SMP, hanya sebagian kecil saya sisihkan untuk biaya anak saya sekolah karena anak saya juga terkadang mencari barang-barang bekas dan mengamen untuk mencari uang jajannya. Saya berkeinginan supaya hidup anak saya nanti kelak gak seperti bapak dan mamaknya. Penuturan Informan Sumartini : “Tapi kalau untuk mendapat penghasilan, yah dari sini yang paling utama. Cemanalah Ibu pun cuman tamat SD nya dek, SMP cuman sampai kelas 1, gak lulus SMP bisa kerja apa coba ?” Anak ibu ada tiga satu udah menikah, satu masih SMP dan satu lagi masih SD. Yaah.. ibu berharap supaya nasib mereka gak sama kayak ibunya. Dalam pembiayaan dan pendapatan keluarga anak saya membantu saya dalam menjual kue-kue buatan saya. Itu lah yang mereka kerjakan untuk biaya mereka sekolah dek. Penuturan Informan Herman: “ Tapi kalau untuk mendapat penghasilan, dari sinilah abang bisa hidup dek. Cemanalah abang pun cuman tamat SMP nya dek, SMA cuman sampai kelas 1, gak lulus SMA bisa kerja apa coba.“ dibilang bodoh gaknya abang bodoh” kali dek karena malas belajarnya abang dulu dek.

5.3.4 Kondisi Kesehatan