Kompetensi praktik konstruksi batu dan beton SMKN 2 Yogyakarta
77 Memasang perancah pada pekerjaan konstruksi jalan, dan Memasang perancah
pada pekerjaan konstruksi jembatan.
Dari hasil wawancara dengan guru yang bersangkutan di SMKN 2 Yogyakarta macam-macam kompetensi pekerjaan praktik tersebut tidak
dilaksanakan di SMKN 2 Yogyakarta karena berbagai kendala. Sebagian besar kompetensi yang tidak dilaksanakan sesuai dengan SKN adalah kompetensi yang
berhubungan dengan bangunan air, jalan, dan jembatan. Terbatasnya jumlah waktu, dana, dan tempat dalam pelaksanaan pembelajaran praktik tersebut yang
menjadi alasan guru untuk meniadakan praktik yang berhubungan dengan macam-macam kompetensi pekerjaan diatas. Waktu yang ada dalam
pembelajaran di sekolah sangat tidak efektif dan efisien untuk melaksanakan kompetensi yang di tuntut dalam SKN, dana yang sangat besar untuk
melaksanakan praktik tersebut juga menjadi kendala untuk melaksanakan kompetensi yang dituntut dalam SKN, serta tempat untuk pelaksanaan praktik
yang sangat tidak memungkinkan. Selain itu guru yang bersangkutan juga menjelaskan bahwa untuk golongan lulusan SMK masih sangat dini untuk
menguasai ilmu-ilmu praktik yang berhubungan dengan pekerjaan proyek- proyek berskala menengah keatas. Karena pada dasarnya perusahaan jasa
proyek konstruksi akan lebih mengutamakan lulusan diatas SMK untuk pekerjaan yang tanggung jawabnya lebih besar. Berkaitan dengan kompetensi guru, UU
No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwasannya profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkaan standar
kompetensi sesuai bidang tugasnya dan pelaksanaan pengembaangaan keprofesian berkelanjutan sepanjang hayat. Oleh sebab itu untuk menyesuaikan
78 pembelajaran yang ada di SMK perlu guru pengajar yang sesuai pada bidang
kehalian yang diampunya. Dari hasil pengamatan perolehan data kompetensi yang tidak diajarkan
di sekolah namun sesungguhnya dituntut oleh SKN masih ada beberapa kompetensi yang sesungguhnya bisa di laksanakan pada pembelajaran di sekolah
tanpa menyinggung alasan yang telah disampaikan di atas, macam kompetensi tersebut diantaranya: Pengukuran dan leveling pekerjaan konstruksi bangunan
air, Melaksanakan pengukuran pekerjaan konstruksi jembatan, Memasang papan duga
bouwplank pekerjaan pada pekerjaan konstruksi jalan, Galian jalan, Melaksanakan pemadatan jalan, Pasangan bata ringan, Melaksanakan pasangan
batu stone rubble mason, Bekesting tangga, Penulangan lantai, Penulangan
tangga, Penulangan footplate, Pengecoran dak beton, Pengecoran tangga, Pengecoran footplate, Uji slump, dan Pemadatan jalan. Macam pekerjaan yang
tidak diajarkan di sekolah tersebut sebetulnya mampu untuk dilaksanakan, tinggal menyesuaikan waktu dalam praktikum saja, namun sangat di sayangkan
tidak diajarkan di SMK tersebut padahal kompetensi tersebut termasuk dalam kompetensi yang penting di kuasai oleh pelaksana pada pekerjaan proyek
konstruksi. oleh sebab itu perlu ada perhatian khusus dari pihak sekolah mengenai macam kompetensi yang tidak diajarkan tersebut, karena jika
beberapa kompetensi tersebut dilaksanakan di SMK tentunya akan menambah tingkat relevansi lulusan sekolah dengan proyek konstruksi.
Hal tersebut sesuai dengan yang di ungkapkan oleh Mill 1972 yang dikutip dari Suharno 1998: 22, menjelaskan cara penggunaan waktu yang
efisien untuk pengajaran teknik. Pemakaian waktu untuk pengajaran yang baik
79 untuk mempelajari keterampilan teknik adalah dengan memberikan waktu
sebanyak mungkin untuk berlatih dan sebagian kecil waktu untuk mendengarkan penjelasan dan sebagian kecil lagi untuk demonstrasi, jadi untuk mendapatkan
lulusan yang berketerampilan unggul harus memberikan banyak waktu untuk berlatih dalam pembelajarannya.