Etos Kerja LANDASAN TEORI

kehendak atau kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan cita-cita. Nilai kerja dalam Islam dapat diketahui dari tujuan hidupnya, seperti halnya dengan sholat yang mana sebagai alat atau sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah yang pada akhirnya mendapatkan kebahagiaan di akhirat nanti. Kebahagiaan hidup di akhirat adalah kebahagiaan sejati, kekal untuk lebih dari kehidupan dunia, sementara kehidupan di dunia dinyatakan sebagai permainan, perhiasan ladang yang dapat membuat lalai terhadap kehidupan di akhirat. Manusia sebelum mencapai akhirat harus melewati dunia sebagai tempat hidup manusia untuk sebagai tempat untuk mencari kebahagiaan di akhirat. Ahli-ahli Tasawuf mengatakan untuk mencapai kebahagiaan di akhirat, manusia harus mempunyai bekal di dunia dan dimanapun manusia menginginkan kebahagiaan. Manusia berbeda-beda dalam mengukur kebahagiaan, ada yang mengukur banyaknya harta, kedudukan, jabatan, wanita, pengetahuan dan lain-lain. Yang kenyataannya keadaan-keadaan lahiriah tersebut tidak pernah memuaskan jiwa manusia, bahkan justru dapat menyengsarakannya. Jadi dianjurkan di dunia tapi tidak melupakan kehidupan akhirat. Seperti dalam surat Al-Qashash ayat 77:                                Artinya: Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari keni”matan duniawi dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.Q.S. Al-Qashash: 77 20 Pandangan Islam mengenai etos kerja, dimulai dari usaha mengungkap sedalam-dalamnya sebagaimana sabda nabi yang mengatakan bahwa nilai setiap bentuk kerja itu tergantug pada niat-niat yang dipunyai pelakunya. Jika tujuannya tinggi mencari keridhaan Allah maka ia pun akan mendapatkan nilai kerja yang tinggi pula. 2. Ciri Etos Kerja Muslim a. Memiliki Jiwa Kepemimpinan leadership Seorang yang mempunyai jiwa pemimpin yang mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain, agar orang lain tersebut dapat berbuat sesuai dengan keinginanya. Seorang pemimpin adalah seorang yang mempunyai personalitas yang tinggi. Dia larut dalam keyakinannya tetapi tidak segan untuk menerima kritik, bahkan mengikuti apa yang terbaik. 21

b. Selalu berhitung

Sebagaimana Rosulullah bersabda dengan ungkapannya yang paling indah. “ Bekerjalah untuk duniamu, seakan-akan enkau akan hidup selama-lamanya dan beribadahlah untuk akhirat seakan-akan engkau akan mati besok. ” 22 Sebagai contoh dalam melakukan sholat selalu berhitung maksudnya adalah dalam mengerjakan sholat secara tepat waktu dan konsisten. 20 Kerajaan Saudi Arabia: Khadim al Haramain asy Syarifain, Al- Qur’an dan Terjemah, Surat Al-Qashah ayar 77; 20 hal. 623. 21 Tasmara, Etos Kerja, hal.29. 22 Ibid, hal. 31. Di dalam bekerja dan berusaha, akan tampaklah jejak seorang muslim yang selalu teguh pendirian, tepat janji dan berhitung dengan waktu.

c. Menghargai waktu

Konsekuensi logisnya dia menjadikan waktu sebagai wadah produktivitas. Ada semacam bisikan dalam jiwanya jangan lewatkan barang sedetik pun kehidupan ini tanpa memberi arti. 23 d. Dia tidak pernah puas berbuat kebaikan positive improvements Tipe personil kepolisian akan tampak dari semangat juangnya, yang tak mengenal lelah, tidak ada kamus menyerah, pantang surut apalagi terbelenggu kemalasan. Dengan semangat ini, personil kepolisian selalu berusaha untuk mengambil posisi dan memainkan perannya yang dinamis dan kreatif. Bagi mereka bukan karena badan tegak dan pangkat yang ada pada diri mereka mampu membunuh musuh sebanyak-banyaknya, tetapi keberanian yang paling hakiki, ia mampu menundukan dirinya sendiri.dengan banyak berbuat baik. e. Hidup berhemat dan efisien Berhemat disini bukan ingin menumpuk kekayaan, sehingga melahirkan sifat kikir individualistis. Tetapi berhemat dikarenakan ada satu reserve, bahwa tidak selamanya waktu itu berjalan lurus, ada up and down, sehingga berhemat berarti mengestimasikan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. 24 23 Ibid, hal. 32. 24 Ibid, hal. 34. f. Memiliki jiwa wiraswata entrepreneurship Seorang anggota polisi disini mampu mendapatkan penghasilan diluar gaji pokonya untuk membantu kesejahteraan keluarganya. Sesungguhnya sangat bijak apabila kita mampu menyimak dan menghayati dengan penuh rasa tanggung jawab akan sabda Rosulullah yang mengatakan; Innaloha yuhibul mukminalmuhtarif sesungguhnya Allah sangat cinta kepada seorang nukmin yang berpenghasilan. 25 g. Memilki insting bertanding bersaing Maksud insting bertanding di sini adalah sebagai seorang yang ingin menjadi the winner dalam setiap pertandingan dia selalu melakukan latihan, menjaga seluruh kondisi yang dimiliki serta sangat kritis untuk menghitung aset dirinya. Karena lebih baik dia mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan untuk bangkit daripada dia bertarung tanpa mengetahui potensi diri, karena hal itu sama saja dengan seorang yang bertindak nekad, spekulatif. 26 h. Keinginan untuk mandiri independent Seorang anggota polisi di dalam dirinya terbentuk keinginan untuk mandiri karena sesungguhnya daya inovasi dan kreativitas hanyalah terdapat pada jiwa yang merdeka, sedangkan jiwa yang terjajah akan terpuruk dalam penjara nafsunya sendiri sehingga dia tidak pernah mampu mengaktualisasikan aset, kemampuan serta potensi Ilahiyahnya yang sungguh sangat besar nilanya. Anggota polisi terbentuk pada saat dia 25 Tasmara, Etos Kerja, hal. 36. 26 Ibid, hal. 37. memasuki dunia baru contohnya pada saat dia daftar menjadi anggota kepolisian. 27 i. Haus untuk memiliki sifat keilmuan Setiap pribadi muslim diajarkan untuk mampu membaca environment dari mulai yang mikro dirinya sendiri sampai pada yang makro universe dan bahkan memasuki ruang yang lebih hakiki yaitu metafisik, falsafah keilmuan dengan menepatkan dirinya pada posisi sebagai subjek yang mampu berpikir radikal radix artinya=akar, yaitu mempertanyakan, menyaksikan dan kemudian mengambil kesimpulan untuk memperkuat argumentasi keimanannya. 28 Seorang anggota polisi pada saat mereka mendaftarkan diri menjadi calon anggota polisi mereka diberi bekal ilmu, polisi pun haus akan ilmu yang belum mereka belum dapat, dan bertanya-tanya apa yang mereka tidak ketahui. j. Berwawasan makro universal Dengan memiliki wawasan yang makro atau besar, seseorang muslim menjadi manusia yang bijaksana. Mampu mempertimbangan yang tepat, serta setiap keputusannya lebih mendekati kepada tingkat presisi ketepatan yang terarah dan benar. 29 Wawasan yang luas sangat berpengaruh terhadap etos kerja kepolisian, karena seorang polisi adalah panutan masyarakat yang mana wawasan melebih masyarakat. 27 Tasmara, Etos Kerja, hal. 39-40. 28 Ibid, hal. 41. 29 Ibid, hal. 48. k. Memperhatikan kesehatan dan gizi Etos kerja pribadi muslim adalah etos yang sangat erat kaitannya dengan cara dirinya memelihara kebugaran dan kesegaran jasmani. Salah satu persyaratan untuk menjadi sehat adalah cara dan ciri dirinya untuk memilih dan menjadikan konsumsi makanan yang sehat, begitu juga dengan anggota kepolisian dalam memperhatikan kesehatan dan gizi perlu diperhatikan asupan makanan yang bergizi. 30 l. Ulet, pantang menyerah Seorang anggota polisi keuletan merupakan modal awal yang sangat besar didalam menghadapi segala macam tantangan atau tekanan pressure. Panutan masyarakat seperti anggota polisi memiliki jiwa pantang menyerah dalam menghadapi setiap masalah yang ada. m. Berorientasi pada produktivitas Para polisi diarahkan untuk menumbuhkan sikap yang konsekuen dalam bentuk perilaku yang selalu mengarah pada cara kerja yang efisien. n. Memperkaya jaringan silaturrahmi Silaturahmi adalah bentuk sambung rasa yang dinamis dapat memberikan dampak yang sangat luas. Sebagaimana kita mengenal Rasullullah “barang siapa yang ingin panjang umur dan banyak rezeki, sambungkanlah silaturahmi.” Silaturahmi adalah lampu penerang dalam tatanan pergaulan kehidupan yang apabila dilakukan dengan penuh tanggung jawab maka 30 Tasmara, Etos Kerja, hal. 52. dalam perkembangan selanjutnya dapat mengangkat martabat dirinya dihadapan manusia. 31 2. Faktor Penghambat Etos Kerja a. KharafatTakhayul Mengetahui adanya Allah sebagai pencipta langit dan bumi, tetapi pada saat yang sama, mereka tidak konsekuen menjalankan perintah Allah, bahkan mencari medium sebagai perantara untuk memenuhi harapan doa mereka sendiri terkabul dengan cara mempersekutukan Allah. Maka, jimat-jimat sebagai alat untuk menjembatani keinginannya dengan Tuhan menjadi bertambah kabur karena dalam titik tertentu jimat itu pun menjadi Tuhan penolong bagi dirinya. 32 b. Tak akan lari gunung dikejar, alon-alon asal kelakon Maksud peribahasa disini adalah peribahasa alon-alon asal kelakon memberikan suatu nuansa bahwa apabila seseorang bekerja dengan benar, mengikuti prosedur maka akan menghasilkan pekerjaan yang baik. Hampir sejalan dengan falsafah ini adalah sebuah ungkapan yang mengatakan :tak akan lari gunung dikejar. Ungkapan ini memberi suatu pengertian agar dalam melaksanakan sebuah tugas, pekerjaan atau kiprah tertentu, kita harus mampu bersabar, telaten, dan optimis. 33 Jika dalam diri polisi ada sifat kurang sabaran, kurang telaten dan mempunyai sifat pesimis akan menghambat etos kerja pada dirinya. 31 Ibid, hal. 61. 32 Ibid, hal. 126. 33 Ibid, hal. 128. c. Gampangan, take it easy, bagaimana nanti sajalah Maksudnya adalah dalam bekerja terlalu mengangap enteng apa yang menjadi tugasnya sehingga terbengkalai, bagaimana sajalah maksud disini tidak disiplin sehingga menghambat etos kerja. d. Nrimo-fatalistis Konotasi sabar, pasrah dan nrimo itu dalam arti tidak hanya jalan di tempat tapi berusaha menggapai apa yang kita harapan sehingga terwujud suatu impian kita. Terlalu pasrah kurang baik karena menghambat terbentuknya etos kerja. e. Mangan ora mangan pokoke kumpul Maksud disini adalah keakraban, saling membantu diantara sesama keluarga, tetapi jangan sampai salah tafsir seakan-akan mengorbankan nilai bekerja hanya karena alasan merasa jauh dari keluarga atau menjadikan diri kita menjadi malas mencari nafkah karena sudah merasa mendapatkan jaminan belas kasihan. 34 f. Salah persepsi, bahwa kerja kasar itu hina Harus kita buang jauh-jauh, suatu pandangan yang salah bahwa bekerja kasar itu hina atau kurang intelek. Persepsi seperti ini kemudian melahirkan suatu penyakit yang mendorong seseorang menjadi manusia yang gengsian, rapuh, dan kehilangan daya juang. Jangan sampai terkesan bahwa hanya dengan memakai dasi, lantas gengsi kita naik dan mendapatkan kemulian. Ketahuilah bahwa pada akhirnya, seseorang dinilai oleh prestasinya, bukan oleh gengsi yang bersifat artifisial yang 34 Tasmara, Etos Kerja, hal. 130. tampak luar belaka. Apalah artinya memakai dasi tetapi kantong kosong, ini juga faktor penghambat karena mereka terlalu melihat ke atas sehingga mereka lupa diri karena sesungguhnya semua kerjaan itu baik asal di jalan Allah tidak menyimpang dengan ajaran agama. 35 g. Jimat atau maskot Hampir di seluruh dunia, keyakinan akan suatu benda yang membawa tuah kesaktian atau memberi rezeki, perlindungan, ketentraman, diyakini oleh banyak orang lain, jimat atau maskot, tidak lebih dari pada lambang keraguan seseorang menghadapi realitas hidup tanpa adanya confidence keyakinan diri. 36 Etos kerja memang membutuhkan semangat juang. Tetapi adalah aneh apabila semangat itu tumbuh dari keyakinan atau kemantapan jiwa hanya merasa dilindungi atau dijamin oleh jimat baik berupa boneka, batu cincin, atau benda-benda antik dan keramat ini merupakan faktor penghambat terbentuk etos kerja. Contoh seorang personil polisi yakin adanya sang pencipta yaitu Allah tetapi mereka terkadang percaya pada hal gaib seperti jimat sebagai perantara untuk mendapatkan kerja yang lebih baik itu salah besar salat harus dijadikan sebagai sarana untuk pembersih jiwa. 35 Tasmara, Etos Kerja, hal. 131. 36 Ibid, h. 132. 31

BAB III GAMBARAN UMUM POLRES JAKARTA PUSAT

DAN KEGIATAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM

A. Polres Polisi Resort Jakarta Pusat

1. Sejarah berdirinya Polres Jakarta Pusat adalah lembaga kepolisian yang menaungi delapan polsek sekitarnya diantaranya Polsek Gambir, Polsek Sawah Besar, Polsek Tanah Abang, Polsek Senen, Polsek Kemayoran, Polsek Cempaka Putih, Polsek Johar Baru dan Polsek Menteng. Berdirinya Polres Jakarta Pusat pada tanggal 01 Juli 1967. 1 Polres Jakarta Pusat termasuk kantor kepolisian yang sudah cukup lama sudah 43 tahun Polres Jakarta Pusat itu berdiri, dari segi bangunan sudah terlihat tua. 2. Visi dan Misi Sama halnya dengan lembaga lain yang memiliki visi, misi dan tujuan dalam menjalankan tugasnya, maka Polres Jakarta Pusat pun memiliki visi, misi dan tujuan dalam menjalankan tugasnya. Adapun visi, misi dan tujuannya antara lain: a. Visi Polres Setiap langkah dalam pelaksanaan tugasnya selalu bersama dengan masyarakat, untuk mewujudkan polri yang dipercaya masyarakat. 2 1 Wawancara pribadi dengan AKP H. Gatot Subroto, Kasubag Pers Polres Jakarta Pusat, Jakarta, 17 Juni 2010. 2 Yossy Runtukahu, Warta Pusaka, Jakarta: April, 2010 , h. 1 b. Misi Polres 1. Memberikan perlindungan, pengayoman, bimbingan dan pelayanan secara tepat dan profesional terhadap setiap kepentingan masyarakat. 2. Memberi kultur polri yang humanis, terwujud dari tindakan anggota terletak pada ucapan, sikap, perilaku dan perbuatan. 3. Meningkatkan kemampuan keterampilan personil melalui pendidikan dan latihan sehingga bisa menyelesaikan setiap permasalahan yang timbul di tengah masyarakat. 4. Meningkatkan kuantitas patroli untuk mempersempit dan mengurangi peluang bagi pelaku kriminalitas melakukan kejahatan. 5. Mengutamakan tindakan persuasif dalam menghadapi unjuk rasa. 6. Menggalakkan perang terhadap narkoba, baik melalui penegakkan hukum maupun melalui pembinaan masyarakat dengan memberdayakan semua potensi masyarakat. 7. Merumuskan arah dan prioritas sasaran BINPOTMAS di Polres Metropolitan, taktik dan strategi BITPOTMAS di Polres Metropolitan Jakarta Pusat dan seluruh jajarannya serta mampu mengembangkan teknik, taktik, strategi BINPOTMAS yang sesuai dengan kondisi daerah dan mampu menyusun rencana BINPOTMAS untuk menjadi acuan bagi polsek jajaran Polres Metropolitan Jakarta Pusat. 8. Menangani setiap perkara dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi atau identifikasi kajahatan melalui ilmu pengetahuan scientifics criminals investigation. 3

3. Program-Program

Dengan memperhatikan sasaran secara sesama dapat kita lihat program-programnya adalah: a. Menjujung kamtibnas keamanan dan ketertiban masyarakat dan wilayahnya yang dinaungi oleh Komisariat Besar Kepolisian. b. Delapan Polsek yang berada di bawah polres jakarta pusat 1. Polsek Gambir 2. Polsek Sawah Besar 3. Polsek Tanah Abang 4. Polsek Senen 5. Polsek Kemayoran 6. Polsek Cempak Putih 7. Polsek Johar Baru 8. Polsek Menteng 4

4. Struktur Organisasi

Dapat dilihat di lampiran

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang terdapat di Polres Jakarta Pusat berupa: a. Kendaraan roda dua berjumlah 198 unit. b. Kendaraan roda empat berjumlah 139 unit. 3 Yossy, Warta, h.1. 4 Ibid, h. 5.