Pelaksanaan Bimbingan Kisah TEMUAN DAN ANALISA DATA
                                                                                kejujuran Bahasa
Indonesia •  Brainstorming
tentang Nabi Nuh as
•  Hook  activity  ”raksasa  dan timun mas”
•  Menonton kisah Nabi Nuh
•  Siswa  menceritakan kembali  kisah  Nabi
Nuh  as  dalam  bentuk tulisan
IPS •  Meyakini bahwa Allah dan
Rasul-Nya senantiasa menginginkan hamba dan
umat-Nya bersemangat dalam bekerja yang baik
dan halal. •  Memakai  hadist  dan
al-Qur’an •  Meyakini  hadist  dan
al-Qur’an
III IPS
• Story telling mengenai kehidupan kehidupan petani
• Menjelaskan pentingnya semangat kerja
• Siswa melakukan role play
“Pak  Tani  ku Sayang  Pak  Tani  ku
Malang” • Siswa
memetik hikmah dari hasil  role
play • Guru  mengajak  siswa
berdiskusi  mengenai ciri-ciri
orang semangat bekerja
• Guru menjelaskan
bahwa  setiap  umat muslim
diwajibkan memilki
sikap semangat
dalam bekerja
berdasarkan hadist
Rasulullah SAW
IV PKN
•  Mengenal nilai kejujuran • Menjelaskan arti
kejujuran • Menyebutkan manfaat
jujur dan kerugian bila tidak jujur.
Bahasa Indonesia
•  Bermain pantun •  Siswa membaca
pantun secara berbalasan dengan
lafal dan intonasi yang tepat
hubungannya
dengan membaca al- Qur’an sesuai tajwid
V B.Indonesia
•  Bercerita tentang kisah Rasulullah
• Guru membacakan cerita tentang kisah
perjalanan Rasulullah • Uji keterampilan dasar
tentang menanggapi cerita secara lisan dan
mengidentifikasi unsur cerita tokoh, watak,
tema, latar dan amanat secara tertulis.
• Guru bercerita tentang sejarah Nabi
Muhammad SAW • Siswa menceritakan
kembali
Tabel 3: Mata Pelajaran kisah-kisah Islami
Berikut penjelasan dari tabel di atas: 1.
Bahasa Indonesia Dalam  rangka  pemberian  bantuan  dalam  bentuk  bimbingan
melalui  kisah,  dapat  disajikan  dalam  mata  pelajaran-mata  pelajaran tertentu, misalnya Bahasa Indonesia.
Dalam  pelajaran  bahasa  Indonesia  ini,  guru  menyajikan  mata pelajarannya  dalam  bentuk  kisah,  apakah  itu  kisah-kisah  Islami,
maupun umum.
Dalam kisah-kisah
Islami, sekolah
ini mengelompokkan sesuai dengan tingkatan kelas mereka  yang tentunya
sesuai dengan kurikulum sekolah tersebut. Misalnya  di  kelas  1,  kisah  Nabi  Nuh.  Guru  menyajikan  kisah
Nabi Nuh yang diawali dengan menyanyikan lagu kisah nabi Nuh, kemudian  menjelaskan  aturan  dalam  menonton  kisah  tersebut,
setelah menonton siswa dirangsang agar bisa mengambil pelajaran dari kisah tersebut dengan cara menuliskan kembali kisah tersebut,
dan  mengerjakan  worksheet.  Bimbingan  dengan  kisah  ini diharapkan  kepribadian  anak  dapat  terbentuk  dengan  terilhamin
dari  kisah  tersebut.  Diantara  sikap  yang  bisa  diambil  dari  kisah tersebut adalah:
a Sabar
diharapkan  anak  bisa  mencontoh  keteladanan  Nabi  Nuh  dalam bersikap  sabar  menghadapi  kaumnya  yang  ingkar  terhadap
ajaran yang dibawanya. b
Teguh pendirian Bagaimanapun  Nabi Nuh  dihina  dan  dicaci  oleh  kaumnya,  tapi
Nuh  tetap  teguh  dalam  pendiriannya  dan  istiqomah  dalam menjalankan  amanah  yang  diembankan  kepadanya.  Dan  siswa
diharapkan  dapat  mencontoh  sikap  tersebut  dan  diterapkan dalam kehidupan mereka masing-masing.
2. PKN
Bentuk bimbingan melalui kisah yang terdapat di sekolah ini dapat kita  lihat  dari  tabel  di  atas.  Adapun  materi  yang  disampaikan  dalam
pelajaran  agak  sedikit  berbeda  dari  materi  biasanya,  karena  dalam setiap pelajaran seperti yang dapat kita lihat dari beberapa contoh mata
pelajaran Bahasa  Indonesia, IPS, dan PKN  yang  seharusnya disajikan
dengan  materi-materi  yang  menyangkut  tentang  pelajaran  tersebut tetapi para pengajar memanfaatkannya dengan berkisah.
3. IPS
Materi  dalam  pelajaran  IPS  ini  adalah  materi  tentang  kehidupan sosial kemasyarakatan. Nilai-nilai kebaikan  yang ada dalam kehidupan
masyarakat  patut  untuk  diteladani  oleh  murid.  Misalnya  story  telling mengenai  kehidupan  petani.  Dalam  cerita  ini  ada  dua  perspektif  yang
dikedepankan, dan siswa melakukan role play “pak tani ku sayang, pak tani ku malang”.
Setelah  cerita  tersebut,  siswa  diajak  untuk  memetik  hikmah  dari hasil  role  play,  kemudian  guru  mengajak  siswa  berdiskusi  mengenai
ciri-ciri  orang  yang  semangat  bekerja,  dan  menjelaskan  bahwa  setiap umat  muslim  di  wajibkan  memiliki  sikap  semangat  dalam  bekerja
berdasarkan hadits Rasulullah SAW. 4.
Matematika Materi  yang  diberikan  dalam  mata  pelajaran  berbentuk  cerita
yang  mengandung  hikmah,  cerita  ini  diantaranya;  story  telling  “singa yang cerdik”. Dalam prosesnya guru dan siswa berdiskusi tentang cerita
“singa  yang  cerdik”  lalu  mengambil  kesimpulan  bagaimana  cara mengukur  berat  yang  baik,  kemudian  secara  langsung  mengukur berat
benda-benda  yang  ada  disekitarnya  dengan  menggunakan  satuan  berat yang  tidak  baku  lalu  menuliskan  hasil  pengukurannya  kedalam
worksheet yang telah disediakan.
5. Sains
Materi  ini  menampilkan  tentang  cerita-cerita  tentang  alam, diantaranya “tentang rahasia siang dan malam”. Melalui cerita ini guru
mengajarkan tentang mengenal kebesaran Allah melalui berbagai benda langit ciptaa-Nya dengan pengamatan.
Guru  mengajak  muridnya  untuk  menyebutkan  berbagai  macam benda langit, kemudian menggambarkannya  yang pada intinya mereka
tahu tentang alam raya sebagai ciptaan Allah yang berimplikasi kepada kepribadian, misalnya tidak sombong, dan suka membantu.
Tabel  di  atas  dapat  disebut  juga  sebagai  kompetensi  dasar  dari pembelajaran melalui metode cerita yaitu:
1. Anak dapat memahami cerita tradisional
2. Ketika  berbicara  anak  dapat  menyimpulkan  kembali  cerita  yang
telah diceritakan oleh guru 3.
Ketika  menulis  anak  dapat  menuliskan  kembali  cerita  yang diceritakan oleh guru
4. Ketika membaca anak dapat mengambil inti dari cerita tersebut.
Tujuan dari penyajian itu disebut juga sebagai kompetensi dasar yaitu  kemampuan  yang  harus  dicapai  oleh  anak.  Sedangkan
indikatornya adalah langkah-langkah untuk mencapai kompetensi dasar. Misalkan kompetensi dasarnya adalah anak dapat menceritakan kembali
cerita yang diceritakan oleh guru, indikatornya untuk anak mengerti itu
maka  anak  harus  dapat  menyebutkan  tokoh  yang  berwatak  baik  dan buruk,  setting  latar,  dan  memerankan  tokoh.  Jadi  indikator  itu  adalah
alat untuk mencapai kompetensi dasar. Berkisah, bercerita, maupun mendongeng sangatlah disukai oleh
anak-anak  maupun  orang  dewasa,  karena  termasuk  media  pendidikan yang  dapat
mentransfer nilai-nilai
kehidupan yang
terbukti kehebatannya.  Banyak  ilmu  yang  dapat  diserap  ketika  kita
mendengarkan  kisah sebagaimana  yang disampaikan oleh  Bapak Agus Fatah sebagai berikut:
“Rasulullah  itu  wi,  pendongeng atau pengkisah  yang baik, ada kisah Rasulullah yang sangat baik itu yang sering Rasulullah ceritakan
kepada sahabat, dan Sahabat Nabi itu memang senang. Prinsipnya gini wi,  secara  psikologisnya  dwi  pernah  dengar  manusia  itu  makhluk
sosial,  manusia  itu  makhluk  ekonomi.  Kalau  tinjauan  dari psikologisnya  pendongeng  itu  manusia  adalah  makhluk  Homopabula
itu artinya makhluk yang senang mendongeng dan didongengi
.
48
Kisah  para  Nabi,  Rasul,  Sahabat,  dan  orang-orang  shaleh  yang diterapkan  di  sekolah  ini  dapat  dijadikan  salah  satu  metode  dalam
pembentukan akhlak pada anak, karena lewat kisah anak lebih mengerti dengan  pesan  moral  ataupun  kebaikan  yang  tertanam  pada  kisah  itu.
Maka di sekolah  ini salah satu penanaman akhlak anak adalah melalui kisah. Sebagaimana  yang disampaikan oleh Bapak Agus Fatah sebagai
berikut: “Bapak  meminta  semua  guru  mendongeng  untuk  anak-anak,
mengisahkan  kisah  para  Nabi  kepada  anak-anak.  Intinya  kita
48
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Fatah. Cibubur, 17 april 2009.
mengajarkan  kebaikan,  akhlak  dengan  berbagai  cara  salah  satu caranya dengan mengisahkan kisah para Nabi dan orang shaleh.
49
” Story  telling
yang  akan  disampaikan  kepada  anak-anak  yang mendengarkannya  harus  mengandung  3  unsur  yaitu  leadership,
entrepreneur, dan  nilai-nilai  Islami  karena  Sabilina  menyongsong  3
nilai  tersebut  dalam  pembentukan  akhlak  sehingga  ini  akan  menjadi pembentukan  kepribadian  anak  yang  bersifat  baik  pada  diri  yang
diambil dari cerita atau kisah  yang dapat diteladani. Maka setiap cerita atau kisah  yang akan disampaikan harus mengandung 3 unsur tersebut.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Ibu Dety sebagai berikut: “Sabilinakan  menyongsong 3  ya  leadership,  enterpreuner,  sama
nilai-nilai Islam. Ketiga itu harus masuk kalau kita story telling dan itu tantangan teman-teman yang story telling, itu saya tantangin kalau bisa
masukan ketiga nilai itu tapi kalau tidak minimal dua nilai-nilai Islam karena kita bermain disitu.
50
” Ketertarikan  anak-anak  dalam  mendengarkan  sebuah  cerita  atau
kisah tergantung pada pembawaan pendongeng karena jika pembawaan pendongeng
kurang atau
tidak menarik
anak tidak
mau mendengarkannya.  Begitu  juga  sebaliknya  jika  pendongeng  membuka
cerita atau
kisahnya dengan
menarik anak
akan antusias
mendengarkannya.  Sebagaimana  yang  disampaikan  oleh  Ibu  Dety sebagai berikut:
“Kalau  gurunya  bawanya  datar  misalkan  gini  pada  suatu  hari ada  seorang  anak  bernama  ini  pergi  ke  gunung  kalau  itu  bawainnya
49
Ibid.,
50
Wawancara pribadi dengan Ibu Dety Anggraeni. Cibubur, 17 April 2009.
datar,  tapi  okelah  pada  saat  menit-menit  pertama  dia  respon  dia mendengarkan.  Tapi  kalau  membawakannya  seperti  itu  terus  anak
lama-lama  heeee….tidak  tertarik  lagi  dia  akan  lebih  tertarik  ngobrol sama  temannya,  tapi  kalau  dari  awal  sudah  memakai  karakter  yang
berbeda  atau  lebih  ekspresif  itu  sampai  bahkan  kalau  kita  sudahi  itu anak-anak  lanjut  lagi  dong  bu,  okey  tapi  kita  lanjut  besok
yaYaaaa…jadi  dia  tergantung  gurunya  yang  bawa  kalau  monoton  ya mereka tidak akan merespon sampai akhir.
51
” Dongeng,  cerita,  ataupun  kisah  dapat  memberikan  dampak  yang
kuat  bagi  perubahan  pada  diri  anak  misalnya  membuat  anak  lebih percaya  diri  atau,  membangun  perilaku  mereka  supaya  berbuat  baik,
semua itu tergantung pada tujuan kita dalam bercerita.  Seperti contoh yang disampaikan oleh Bapak Agus Fatah sebagai berikut:
“Mau  apa  dulu  targetnya  kalau  mengatasi  anak  yang  tidak  PD supaya  dia  PD  bapak  libatkan  dia  dalam  cerita,  pengalaman  bapak  1
tahun di TK waktu itu ada anak namanya Willy, Willy anaknya pemalu kata  bapaknya  ‘pa  Agus  tolong  saya  titip  anak  saya  jadikan  dia  anak
yang ekpressif nggak apa-apa  sampai 7 tahun di SD eh 7 tahun  di TK maksudnya  usianya  sampai  7  tahun  nggak  apa-apa.  Apa  yang  bapak
lakukan pertama karena targetnya membuat anak ini percaya diri maka Willy  namanya  bapak  pake,  Wil  bapak  pinjam  namamu  ya  Wil  untuk
menjadi tokoh dalam dongeng ini ya?Iya ok. Kemudian hari berikutnya bapak  dongeng  lagi  bapak  ajak  lagi  Wil  kamu  mau  ikutan  nggak
Wil?Rame-rame  Will  kalau  sendirian  nggak  beranikan?Tapi  hari  itu dia  cuma  jadi  pohon  teman-temannya  juga  ikutan,  besoknya  bapak
kurangi lagi orangnya, terus dikurangi, kurangi, sampai akhirnya Willy nggak bapak kasih peran karena bapak yakin dia udah PD, anak-anak
juga udah bosan pa Willy terus pa gitukan. Akhirnya Willy tidak bapak kasih  peran  sampai  akhirnya  dia  nagih  pa  aku  ko  nggak  ikutan
pa?Gantian ya Will.
52
”
51
Ibid.,
52
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Fatah. Cibubur, 17 April 2009.
Kebaikan yang terkandung di dalam kisah lebih mudah diterima anak dibandingkan kita harus mengajarkan pengertian tentang kebaikan
pada anak. Sebagaimana yang disampaikan oleh Bapak Agus Fatah: “Bapak  lihat  anak-anak  lebih  mudah  menerima  kebaikan
dengan  di  ceritakan  daripada  di  ajarkan  hadistnya.  Misalkan  hadist heeeee…Annazha fatuw minal iman itu adakan hadistnya, nah itu boleh
tapi  sebaiknya  tidak  disampaikan  menjadi  hafalan  menjadi  kata-kata saja lebih baik ada tingkatnya.
53
” Kelebihan  pada  dongeng,  cerita,  dan  kisah  selain  lebih  efektif
penyampaiannya, anak  juga dapat meniru tokoh-tokoh cerita  yang  kita sampaikan.  Nilai-nilai  yang  terkandung  di  dalamnya  lebih  mudah
diterima anak,  sehingga anak tidak merasa digurui. Sebagaimana  yang disampaikan oleh Ibu Dety sebagai berikut:
“Kalau  menyampaikan  sebuah  cerita-cerita  1.  Anak  tidak merasa  digurui  ya,  tidak  merasa  di  ceramahin,  juga  tidak  merasa
didikte  gitu  tapi  akhirnya  anak  mengaca  dari  tokoh-tokoh  cerita  yang kita sampaikan, itu-itu mungkin kelebihannya itu juga salah satunya.
54
” Dari kisah-kisah para Nabi, banyak keuntungan yang kita dapat,
karena  selain  mengajarkan  kebaikan  pada  anak  kita  juga  dapat mengenalkan  anak  ke  dunia  buku.  Inspirasi  yang  didapat  dari  sebuah
kisah,  cerita,  ataupun  dongeng  sangat  berpengaruh  pada  diri  anak karena  lewat  kisah-kisah  atau  cerita-cerita  yang  ia  dengar  selama  ini
dapat  menginspirasi  anak  untuk  berbuat  baik.  Adapun  contoh  kisah nyata yang terjadi di Al-Azhar 13 yang dapat menginspirasi anak untuk
53
Ibid.,
+
Wawancara pribadi dengan Ibu Dety Anggraeni. Cibubur, 7 April 2009.
berperan  menjadi  tokoh  jagoan.  Sebagaimana  yang  disampaikan  oleh Bapak Agus Fatah sebagai berikut:
“kisah  para  Nabi,  dongeng-dongeng  itu  wi  di  samping mengajarkan  kebaikan  juga  mengenalkan  anak  ke  dunia  buku  jadi
keuntungan  yang  didapatkan  besar,  pengaruhnya  besar.  Tapi heeee…anak-anak  bisa  mau  melakukan  kebaikan  karena  terinspirasi
oleh  kisah  itu  seperti  ‘eh..itukan  nggak  boleh  kata  Nabi  hmmmm..gitu kan  ada  ceritanya.  Yang  jelas  buat  Pa  Agus  sendiri  kisah-kisah  para
Nabi  dan  orang-orang  shaleh  itu  menginspirasi  kita  untuk  membuat kebaikan.  Dan  Imam  Ghazali  pun  mengatakan  ‘didiklah  anak-anakmu
dengan  Al-qur’an,  Al-hadist,  dan  kisah-kisah  para  orang  shaleh,  dan syair-syair  supaya  anakmu  punya  semangat  berjuang.  Kalau  menurut
bapak  heeee…setidaknya  kisah  syair  yang  Pa  Agus  ceritakan  itu menjadi
makanan batin
anak-anak, kekayaan
anak-anak heeeee….dalam  diri  dia  kemudian  juga  kebaikan  buat  dirinya  itu  bisa
tertarik pada saat ketika dia down kisah apa yang pernah dia denggar yang  membuat dia  bisa bertahan. Seperti  contoh  kisah nyatanya  wi  di
rawamangun  di  SD  Al-Azhar  13  itu  ada  anak  diculik  sama  penjahat. Rupanya  anak  ini  waktu  kecil  sering  didongengi,  sering  membaca
cerita-cerita  detektif  buku  lagikan.  Ketika  dia  diculik  wi  apa  yang  dia lakukan?penculiknya minta tebusan 10 juta sama orang tuanya. Sianak
kecil  ini  wi  karena  dia  sering  membaca  buku  dari  dongeng-dongeng dan  dari  apapun  yang  dia  baca  lalu  dia  terinspirasi  ‘kayanya  aku
sebaiknya  berperan  sebagai  ini  lalu  dia  berperan  dan  menikmati penculikan  itu  dan  akhirnya  dia  lolos  dari  penculikan  itu  karena  dia
berperan  seperti  tokoh  dalam  salah  satu  buku  kalau  sekarang  Harry Potter  atau  apa  gitu  dan  kalau  dulu  lima  sekawan  dia  selamat.
Besoknya  dikoran  Rebpublika  dikomentari  oleh  Ka  Seto.  Bahwa mendongeng, mengisahkan segala tentang kebaikan, mengajarkan anak
supaya membaca gitukan. Besar pengaruhnya.”
55
Adapun dari hasil penelitian  yang pernah dilakukan oleh Koran Indopos  yang  menyatakan  bahwa  pengaruh  cerita  atau  kisah  sangatlah
besar  dalam  membentuk  kepribadian  anak.  Sebagaimana  yang disampaikan oleh Bapak Agus Fatah sebagai berikut:
“Penelitian itu pernah dilakukan oleh maja oleh Koran support ia  Koran  support  kalau  nggak  salah,  penelitian  itu  wi  dilakukan  di
55
Wawancara pribadi dengan Bapak Agus Fatah. Cibubur 17 April 2009.
Surabaya dan Jakarta. Penelitian itu kesimpulannya adalah 73 anak- anak  yang  sekarang  udah  dewasa  itu  diteliti,  orang-orang  seperti  dwi
dilakukan penelitian ada  ratusan  responden  mengatakan bahwa  waktu saya kecil donggeng itu berpenggaruh besar ke saya 73. 73 mereka
percaya sama dongeng bisa membuat perilaku anak-anak berubah jadi dongeng itu mempengaruhi. Di Surabaya 79 jadi pengaruhnya besar
sekali.”
56