Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Pada tingkat TK atau SD menjadi tempat pertama anak-anak memperoleh pendidikan dasar, karena di tempat ini anak lebih cepat mendapat pengaruh dan lebih mudah dibentuk pribadinya. Dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa, dan gaya bahasa. Unsur-unsur tersebut berpengaruh dalam pembentukan pribadi anak. Dari sinilah tumbuh kepentingan untuk mengambil manfaat dari cerita di sekolah, pentingnya memilih cerita, dan bagaimana cara menyampaikannya pada anak. Oleh karena itu, penetapan pelajaran bercerita pada masa awal sekolah dasar adalah bagian terpenting dari pendidikan. 3 Cerita dapat membantu membentuk kepribadian anak. Karenanya, salah satu cara yang cukup efektif dalam menasihati anak adalah melalui cerita atau kisah. Hal ini cukup efektif, karena anak akan mampu menyerap dengan mudah gambaran tentang baik dan buruknya sesuatu hal melalui isi sebuah cerita. Seiring berjalannya waktu, bahkan sampai berabad-abad, cerita rakyat masih selalu melekat dalam ingatan banyak orang. Hal ini dikarenakan cerita rakyat memiliki nilai tersendiri dibandingkan dengan cerita-cerita lainnya. Ada yang bersifat pendidikan moral bagi masyarakat tertentu, nilai sejarah, ataupun mitos. Dengan demikian, cerita-cerita ini selalu dipelihara dan disampaikan dari mulut ke 3 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 4-5. mulut sebagai upaya penyampaian pesan yang terdapat di dalam masing- masing cerita. 4 Tetapi sebagian dari isi cerita ada yang mengandung unsur-unsur negatif. Hal ini kecuali jika kita menghindarkan hal yang negatif atau memperbaikinya, karena informasi yang terkandung dalam cerita akan berpengaruh pada pembentukan moral dan akal anak, dalam kepekaan rasa, imajinasi, dan bahasanya. 5 Misalnya, cerita Malin Kundang Anak Durhaka, cerita ini begitu melekat dalam ingatan banyak orang. Bahkan para guru, orang bijak, dan orangtua selalu menyelipkan cerita ini di beberapa pesan moral yang mereka sampaikan kepada murid atau anaknya agar menjadi anak yang berbakti kepada orangtua dan tidak mendapatkan murka Tuhan. Bingkai cerita rakyat ini merupakan media bagi orangtua dahulu untuk memberikan pendidikan tertentu kepada masyarakat dan generasi berikutnya, memang efektif. Dalam perumusannya dari masing-masing cerita tersebut, orangtua dahulu memberikan bahasa khusus untuk sebuah larangan, pantangan, dan hal tabu, yaitu dengan ungkapan “pamali”, agar mereka tidak mendapatkan akibat buruk sebagaimana yang terdapat dalam cerita-cerita rakyat ini. 6 Banyak hikmah dan pesan moral yang dapat diambil dan dijadikan pelajaran bagi anak, seperti kejujuran, kesalehan seseorang, mencintai sesama makhluk Tuhan. Kisah kepahlawanan, anak durhaka yang celaka, kesabaran, 4 Wahyu Media, Bentuk-bentuk Kepribadian Anak Melalui Cerita Rakyat, artikel diakses pada 02 April 2009 dari http:www.wahyumedia.com 5 Majid, Mendidik Dengan Cerita, h. 4. 6 Media, Bentuk-bentuk Kepribadian Anak Melalui Cerita Rakyat. dan pengorbanan seorang pemimpin, ketulusan cinta kasih ibu, dan kerugian orang yang sombong. Sebagaimana ditekankan penyusun, sebuah kisah merupakan daya tarik dan bisa menjadi imajinasi anak dalam mencerna cerita. Kini cerita yang sarat akan nilai-nilai moral mulai tersingkir dengan banyaknya anak yang mengidolakan tokoh-tokoh kartun seperti Doraemon, Dora, Kapten Tsubasa hingga Spongebob. Televisi mengambil alih peran orang tua dan menjadi pencerita utamanya. Di Negeri Cina, ada sebuah provinsi yang masyarakatnya masih sarat dan kental memegang nilai-nilai Islam. Padahal, mereka adalah minoritas di negaranya. 7 Berdasarkan salah satu sumber penyebabnya ternyata adalah karena kaum ibu di tempat itu seringkali menceritakan kisah atau bercerita kepada anak-anaknya setiap kali anak-anak akan beranjak tidur, para ibu dengan rutin menceritakan kisah para pejuang, tokoh-tokoh muslim pada anak-anak mereka. Hal ’kecil’ itu ternyata mampu membuat nila-nilai rabbaniah mengakar pada relung masyarakat agar selalu memegang nilai-nilai Islam. Lantas, bagaimana dengan Indonesia? alih-alih bercerita tentang rasul, sahabat, atau tokoh muslim, kita dan anak-anak mungkin tidak lagi “mengenal cerita ‘Si kancil Curi Ketimun’. Tetapi lebih paham dengan judul Si Tansil Curi Triliyun”. Buktinya sekarang, otak kancil masih merajalela. Tanpa sadar kita sering dididik untuk menjadi licik, bukan cerdik. Tambah lagi, cerita-cerita rakyat pada umumnya sangat kentara dengan nilai-nilai syirik, ujar Wuntat Wawan Sembodo, S.Ag. seorang 7 Neno Warisman, Bercerita, Sudahkah Anda Membiasakannya?, artikel diakses pada 27 Maret 2009 dari http:www.google.com . h. 2-3. pencerita asal Yogyakarta yang kerap diundang ke berbagai tempat untuk bercerita di depan anak-anak. 8 Menurut pakar dongeng Riris Sarumpaet, dongeng bermanfaat bagi orangtua sebagai pendongeng, dan tentu saja untuk anak sebagai pendengar. Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportivitas bagi anak. 9 Bahkan, di dalam al-Qur’an pun kita dapat menemukan beberapa kisah, seperti kisah para Nabi dan Rasul. Begitu pentingnya cerita sehingga Allah swt, memerintahkan kepada Rasul-Nya, Muhammad saw, untuk menceritakan tentang kisah Nabi dan Rasul terdahulu. Allah swt berfirman dalam surat Maryam ayat 41 : + , -0 Artinya: “Ceritakanlah hai Muhammad kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab Al-Qur’an ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.” Metode mendidik kepribadian anak melalui kisah akan memberi kesempatan bagi anak untuk berpikir, merasakan, merenungi kisah tersebut, sehingga seolah ia ikut berperan dalam kisah tersebut. Adanya keterkaitan emosi anak terhadap kisah akan memberi peluang bagi anak untuk meniru 8 Ibid., h. 4. 9 Kak Mal, The Power Of Story Telling Kekuatan Dongeng Terhadap Pembentukan Karakter Anak, Depok: Luxima Metro Media, h. 12. tokoh-tokoh berakhlak baik dan berusaha meninggalkan perilaku tokoh-tokoh berakhlak buruk. Sedangkan Islam mengajarkan kita mengambil ikhtibar, nasihat dan pelajaran dari kisah-kisah al-Qur’an, agar kisah-kisah tersebut menjadi penghalang dari terjerumusnya kita ke dalam kesalahan-kesalahan. Allah berfirman dalam Al-qur’an surat Yusuf ayat 111: 12 2 34 5 6 7872 9: ;  = ?A B CA D E F GH ; I J K B 2 L 72N O PQ S T UV+ 7 J2N 0WVXG Y Z[ O\] _` a bc `2 d ` D2 -0 Artinya : ”Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.”QS. Yusuf [12]: 111 Kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan nasihat yang paling penting, yang Allah berikan kepada kita, agar kita dapat mengambil pelajaran dari kehidupan umat-umat yang terdahulu. Juga agar kita mengetahui bahwa Allah adalah Maha kuasa atas segala sesuatu, dan Allah Maha Penyayang terhadap kita, sebab Dialah yang mendekatkan petunjuk dan bimbingan kepada kita dalam pola yang sangat sederhana dan sesuai dengan akal manusia. Selain itu, juga agar semua pihak mengetahui bahwa al-Qur’an menjelaskan tentang segalanya. Cerita atau kisah mempunyai kekuatan dan daya tarik tersendiri dalam menarik simpati anak, perasaannya aktif. Hal ini dapat memberi gambaran bahwa cerita atau kisah disenangi banyak orang, cerita dalam al-Quran bukan hanya sekedar memberi hiburan, tetapi untuk direnungi, karena cerita dalam al-Quran memberi pengajaran kepada manusia. Dapat dipahami bahwa cerita dapat melunakkan hati dan jiwa anak didik, cerita tidak hanya sekedar menghibur tetapi dapat juga menjadi nasehat, memberi pengaruh terhadap akhlak dan perilaku anak, dan terakhir kisah atau cerita merupakan sarana ampuh dalam pendidikan, terutama dalam pembentukan kepribadian anak. Hal ini dikarena anak mulai dapat mendengarkan cerita sejak ia dapat memahami apa yang terjadi di sekelilingnya, dan mampu mengingat apa yang disampaikan orang kepadanya. 10 Berdasarkan latar belakang dan pokok pikiran di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian secara mendalam dan sekaligus dijadikan pembahasan skripsi dengan judul “Bimbingan Pembentukan Kepribadian Anak Melalui Kisah-Kisah Islami Pada Siswa-Siswi SD Islam Sabilina Cibubur.” 10 Abdul Aziz Abdul Majid, Mendidik Dengan Cerita, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 3.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi masalah pada bimbingan pembentukan kepribadian anak melalui kisah- kisah Islami di SD Islam Sabilina Cibubur.

2. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk bimbingan melalui cerita tentang kisah-kisah Islami dalam rangka membentuk kepribadian anak?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian Secara umum tujuan penelitian adalah untuk mengetahui sejauh mana

pengaruh bimbingan pembentukan kepribadian anak melalui kisah-kisah Islami di SD Islam Sabilina Cibubur. 2. Manfaat penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat secara teoritis, yaitu memberikan sumbangan wawasan keilmuan khususnya bimbingan dan penyuluhan Islam mengenai pembentukan kepribadian anak. Dan manfaat praktis, yaitu memberikan gambaran dan informasi kepada para orang tua agar dapat memberikan waktu luang kepada anak-anaknya untuk selalu mendongengkan sebuah cerita atau kisah.

D. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana bimbingan pembentukan kepribadian anak melalui kisah-kisah Islami, dengan unsur-unsur pokok yang harus ditemukan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian yang deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh siswa-siswi SD Islam Sabilina Cibubur melalui kisah-kisah Islami misalnya pada perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada sesuatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 11 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Lexy. J. Moleong, pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data 11 Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007, cet. ke-23, h. 6.