Teori Adopsi Landasan Teori

16 pangan Food Insecurity dan kemiskinan Bandeira et al., 2005; Cornejo and McBridgje. 2002.

2.2.1 Teori Adopsi

Adopsi teknologi pertanian berbeda-beda antara beberapa ahli di negara maju maupun negara yang berkembang. Seperti yang dikemukanan oleh Feder et al. 1985 konsep adopsi teknologi pertanian ada dua level yang berbeda yaitu : level aggregate adoption dan individual adoption. Feder et al. 1985 mendefinisikan, “aggregate technology adoption dan difusi sebagai proses penyebarluasan dari teknologi baru dalam satu region .” Aggregate adoption dapat diukur pada level populasi, bukan diukur pada level individu. Sedangkan individual adoption didefinisikan sebagai “tingkat penggunaan teknologi baru pada long run equilibriumkeseimbangan jangka panjang, ketika petani memiliki informasi yang lengkap tentang teknologi baru dan itu berpotensi.” Berbeda pula yang dikemukakan oleh Roger dan Shoemaker 1971 dalam Soekartawi, memberikan definisi tentang proses pengambilan keputusan untuk melakukan adopsi inovasi , sebagai berikut: … the mental process of an innovation to a decision to adopt or to reject and to confirmation of this decision .... Dari definisi tersebut ada beberapa elemen penting yang perlu diperhatikan dalam proses adopsi inovasi, yaitu: 1 adanya sikap mental untuk melakukan adopsi inovasi, 2 adanya konfirmasi dari keputusan yang telah diambil. Memperhatikan kedua elemen tersebut dapat diartikan bahwa dalam proses adopsi inovasi diperlukan adanya komitmen yang terikat dan perlu dijaga konsistensinya yang didasarkan atas kemauan yang dimiliki oleh calon adopter atau petani. Lebih jauh, Ibrahim 2003 menyebutkan adopsi adalah proses yang terjadi sejak pertama kali seseorang mendengar hal yang baru sampai orang tersebut mengadopsinya. Petani sasaran mengambil keputusan setelah melalui beberapa tahapan dalam proses adopsi. Beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu tingkat adopsi sangat dipengaruhi tipe keputusan untuk menerima atau menolak inovasi. Dengan memperhatikan tipe keputusan tersebut adopsi inovasi, proses adopsi dapat melalui empat tahapan yaitu: 1 Tahap mengetahui knowledge; 17 2 Tahap persuasi persuasion; 3 Tahap pengambilan keputusan decision, dan 4 Tahap konfirmasi confirmation. Dalam proses adopsi inovasi diperlukan informasi yang cukup, maka calon adopter selalu mencari informasi dari sumber informasi yang relevan guna mempercepat adopsi tersebut. Adopsi inovasi terjadi karena perubahan sosial itu melalui tiga sub proses yaitu invensi, difusi dan konsekwensi. Konsekwensi diartikan sebagai perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial sebagai hasil pengadopsian atau pun penolakan suatu inovasi. Suatu inovasi itu kecil kegunaannya sebelum ia tersebar kepada orang-orang lain dan mereka menggunakannya. Jadi invensi dan difusi adalah perantara menuju tujuan akhir yakni konsekuensi dari penerimaan atau penolakan suatu inovasi ialah perubahan sosial Hanafi, 1986. Sedangkan Ban 1999 menyatakan, ”Inovasi adalah suatu gagasan, metode, atau objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir .” Sistem metrik misalnya, masih merupakan suatu inovasi bagi beberapa orang Amerika Utara Anglo-Saxon, walau sistem tersebut telah dikembangkan sekitar 200 tahun yang lalu.

2.2.2 Teori Inovasi