27
komoditas pertanian baik segar maupun olahan secara nasional dan ekspor ke luar negeri, seperti distribusi, komsumsi, promosi dan informasi pasar; 5 Subsistem
Jasa Pendukung atau supporting System adalah kegiatan untuk menyediakan jasa bagi subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani, dan subsistem hilir, seperti
perkreditan, pendidikan dan penyuluhan, trasportasi dan kebijakan pemerintah. Hubungan antara satu subsistem dengan subsistem yang lain sangat erat
dan saling tergantung sehingga gangguan pada salah satu subsistem dapat menyebabkan terganggunya keseluruhan subsistem. Oleh karena itu, pemahaman
hubungan-hubungan ini ke belakangbackward, ke depan forward dan peranan lembaga penunjangnya bank, koperasi, peraturan pemerintah, angkutan, pasar,
dan lain-lain merupakan salah satu tujuan penting dalam kurikulum agribisnis Jadi, dalam pelaksanaan on-farm dan kaitan ke belakang dikenal dengan istilah
enam tepat yakni : 1 Tepat waktu; 2 Tepat tempat; 3 Tepat jumlah; 4 Tepat harga; 5 Tepat mutu; 6 Tepat dosis. Sedangkan untuk on-farm dan kaitanya ke
depan adalah bagaimana meningkatkan produksi usahataninya, pengolahan produk usahataninya dan proses distribusi hasil produk tersebut sampai ke
konsumen.
2.2.5 Teori Strategi
Chandler 1962 strategi adalah alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta
prioritas alokasi sumber daya. Lain halnya yang dikemukakan oleh Learned, Christensen, Andrews, Guth 1965 bahwa strategi merupakan alat untuk
menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. Berbeda pula
yang dikemukakan oleh Andrews 1980, Chaffe 1985, bahwa strategi adalah kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti stakeholders, debtholders,
managers, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan sebagainya, yang secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya yang
ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan. Sedangkan Porter 1985 menyatakan bahwa strategi adalah alat yang sangat penting untuk
28
mencapai keunggulan bersaing. Untuk itu dalam perusahaan selalu berupaya untuk mewujudkan distinctive competence dan competitive advantage.
Distinctive Competence adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan
agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. Misalnya perusahaan memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru oleh pesaingnya
atau memiliki brand image perusahaanya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Day dan Wensley 1988 identifikasi distinctive competence dalam suatu organisasi
meliputi : Keahlian tenaga kerja dan kemampuan sumber daya. Competitive Advantage
adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Menurut Porter
ada tiga strategi yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan bersaing yaitu : 1 Cost leadership; 2 differentiation, dan 3 focus. Contoh
memberikan harga jual yang lebih murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan nilaikualitas produk yang sama, differentiation terjadi melalui
pelayanan yang lebih baik, brand image, sedangkan fokus ditujukan pada segmentasi pasar yang telah ditentukan Rangkuti, 1982.
2.3 Faktor yang Berasosiasi dengan Keputusan Adopsi Petani