Murphy 1992, menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah Brand, dalam Educational Leadership 1993 menyatakan bahwa “hampir Cheng dan Wong, 1996 berdasarkan hasil penelitiannya di Zhejiang, Supriadi 1998: 178, mengungkapkan bahwa mutu pendidikan

2. Kekurangan guru di daerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru. 3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi berusaha mengembangkan profesinya itu, perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan kepentingan pribadinya semakin merosot. 2 Untuk memperkaya SDM berkualitas yang mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan guru dan tenaga kependidikan yang professional yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan tersebut perlu dibina, dikembangkan,dan diberikan penghargaan, yang layak sesuai dengan tuntutan visi, misi, dan tugas yang diembannya. Hal ini penting, terutama jika dikaitkan dengan berbagai kajian dan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa guru memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan keberhasilan pendidikan dan meningkatkan kualitas pembelajaran, serta membentuk kompetensi peserta didik. Berbagai kajian dan hasil penelitian tersebut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut : .

1. Murphy 1992, menyatakan bahwa keberhasilan pembaharuan sekolah

sangat ditentukan oleh gurunya, karena guru adalah pimpinan 2 Abas, Penyelenggara Pendidikan Profesi Guru, Tarbiyah News Edisi I,TahunI November 2008, hal 36. pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran. Karena itu, guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri serta tidak bergantung pada inisiatif kepala sekolah dan supervisor.

2. Brand, dalam Educational Leadership 1993 menyatakan bahwa “hampir

semua usaha reformasi pendidikan seperti pembahruan kurikulum dan penerapan metode pembelajaran,semuanya bergantung kepada guru. Tanpa penguasaan materi dan strategis pembelajaran, serta tanpa dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh segala upaya peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hasil yang maksimal.

3. Cheng dan Wong, 1996 berdasarkan hasil penelitiannya di Zhejiang,

Cina, melaporkan empat karakteristik sekolah dasar yang unggul berprestasi yaitu : 1 adanya dukungan pendidikan yang konsisten dari masyarakat, 2 tingginya derajat profesionalisme di kalangan guru, 3 adanya tradisi jaminan kualitas quality assurance dari sekolah, dan 4 adanya harapan yang tinggi dari ssiwa untuk berprestasi.

4. Supriadi 1998: 178, mengungkapkan bahwa mutu pendidikan yang

dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru, yaitu 34 pada negara sedang berkembang dan 36 pada negara industry.

5. Jalal dan Mustafa 2001, menyimpulkan bahwa komponen guru sangat

mempengaruhi kualitas pengajaran melalui 1 penyediaan waktu yang lebih banyak pada peserta didik, 2 interaksi dengan peserta didik yang lebih intensif sering 3 tingginya tanggung jawab mengajar dari guru. Karena itu baik buruknya sekolah sangat bergantung pada peran dan fungsi guru. Sehubungan dengan hasil-hasil penelitian tersebut, setidaknya terdapat tujuh indikator yang menunjukkan lemahnya kinerja guru dalam melaksanakan tugas utamanya mengajar teaching, yaitu : a rendahnya pemahaman tentang strategi pembelajaran, b kurangnya kemahiran dalam mengelola kelas, c rendahnya kemampuan melakukan dan memanfaatkan penelitian tindakan kela classroom action research, d rendahnya motivasi berprestasi, e kurangnya disiplin, f rendahnya komitmen profesi, g serta rendahnya kemampuan manajemen waktu. Permasalahan guru di Indonesia seperti dipaparkan di atas langsung atau tidak langsung berkaitan dengan professionalisme guru yang masih belum memadai, sehingga perlu diselesaikan secara komperhensif menyangkut semua aspek terkait, yaitu kesejahteraan, kualitas, pembinaan, perlindungan profesi dan adminsitrasinya.Dalam hal ini, diterangkan bahwa profesionalisme guru di Indonesia masih sangat rendah, dan secara makro merupakan penyebab rendahnya mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.Menurut Balitbang Depdiknas tahun2002- 2003, guru-guru yang layak mengajaruntuk tingkat SD, baik negeri maupun swastaternyata hanya 28,94, guru SMP negeri54,12 swasta 60,99, guru SMA negeri65,29 swasta 64,73, guru SMK negeri55,91 swasta 58,26 3 studinya . Berdasarkan catatan HumanDevelopment Index HDI, fakta lainmenunjukkan bahwa mutu guru di Indonesiamasih jauh dari memadai untuk melakukanperubahan yang sifatnya mendasar sepertikurikulum berbasis kompetensi KBK. Daridata statistik HDI terdapat 60 guru SD, 40SLTP, SMA 43, SMK 34 dianggap belumlayak untuk mengajar di jenjang masing-masing.Selain itu, 17,2 guru atau setaradengan 69.477 guru mengajar bukan bidang 4 Terdapat dua kategori kompetensi yang harus dimiliki guru, yaitu : 1 kompetensi professional yaitu kemahiran merancang, melaksanakan, dan menilai tugas sebagai guru yang meliputi penguasaan ilmu pendidikan dan teknologi pendidikan, dan 2 kompetensi personal, yang meliputi etika, moral, pengabdian, kemampuan sosial dan spiritual. Semuanya itu perlu dimiliki oleh guru yang perlu diwijudkan dalam bentuk standard an sertifikassi kompetensi guru. Kompetensi pertama seharusnya dapat ditumbuhkan dan ditingkatkan melalui proses pendidikan akademik dan profesi suatu lembaga pendidikan. Sedangkan kompetensi kedua merupapakan kristalisasi pengalaman dan pergaualan seorang guru yang terbentuk 3 Hesti Murwanti “Jurnal Pendidikan Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Guru di SMK Negeri Se-Surakarta” 4 Ibid 3 dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah tempat mereka melaksanakan tugas. Untuk menjadi professional, seoraang guru dituntut memiliki minimal lima hal, yaitu : 1. Mempunyai komitemen pada peserta didik dan proses belajarnya 2. Menguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkannya serta mengajarnya kepada peserta didik 3. Bertanggung jawab memantau hasil belajar peserta didik melalui berbagai cara evaluasi 4. Mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilaksanakannya dan belajar dari pengalamannya 5. Seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya Peningkatan kemampuan professional guru bukan sekedar diarahkan kepada pembinaan yang lebih bersifat aspek-aspek administrative kepegawaian, tetapi harus lebih kepada peningkatan kemampuan keprofesionalannya dan komitmen sebagai seorang pendidik. Menurut Glickman 1991 guru profesional memiliki dua ciri, yaitu tingkat kemampuan yang tinggi dan komitmen yang tinggi.Oleh sebab itu, pembinaan profesionalisme guru harus diarahkan pada dua hal tersebut. Dalam rangka peningkatan kemampuan profesionalisme guru, perlu dilakukan sertifikasi dan uji kompetensi secara berkala agar kinerjanya terus meningkat dan tetap memnuhi syarat professional. Profil kelayakan guru akan ditekankan pada aspek-aspek kemampuan membelajarkan siswa, dimulai dari menganalisis, merencanakan atau merancang, mengembangkan, mengimplementasikan, dan menilai pembelajaran yang berbasis pada penerapan teknologi pendidikan. Sehubungan dengan itu, pemerintah sedang melaksanakan terobosan dalam meningkatkan kualitas profesionalisme guru tersebut, antara lain melalui standar kompetensi dan sertifikasi guru. Sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik yang kedua bagi guru dalam jabatan. Lembaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan yang selanjutnya disebut LPTKadalah Perguruan Tinggi yang ditunjuk untuk pelaksanaan proses sertifikasi. 5 Sertifikasi guru ini diharapkan mampu meningkatkan mutu dan kualitas guru sebagai tenaga kependidikan baik dari segi kompetensi guru dan juga profesionalitas guru di Indonesia secara umum. Untuk mendapatkan sertifikasi ini, guru harus mengikuti sejumlah pendidikan dan pelatihan DIKLAT yang telah dibuat oleh pemerintah yang tertuang dalam UU No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen dan juga Undang-Undang lain dan sejumlah Peraturan Pemerintah yang mengatur 5 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik I ndonesia No 62 Tahun 2013 Tentang Sertifikassi Guru Dalam Jabatan Dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru. tentang sertifikasi guru di Indonesia. Dengan adanya program sertifikasi dalam jabatan ini juga diharapkan akan meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan analisa di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian tentang program sertifikasi guru dan pengaruhnya bagi kinerja guru dan juga peningkatan kualitas pendidikan di wilayah penelitian yang dipilih. Lokasi penelitian yang dipilih adalah di sebuah sekolah SMA Negeri I Tigapanah, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo. Untuk itu, peneliti mengangkat judul penelitian “ Pengaruh Pemberian Tunjangan Sertifikasi Terhadap Tingkat Kinerja Guru.” I.2. Fokus Penelitian Penelitian ini mempunyai fokus masalah yang menjadi batasan peneliti dalam melakukan penelitian.Peneliti hanya memfokuskan penelitiannya pada pengaruh pemberian tunjangan sertifikasi terhadap peningkatan kinerja guru di SMA Negeri I Tigapanah, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Karo.

I.3. Rumusan Masalah