Identitas Responden PENYAJIAN DATA

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini akan akan dipaparkan hasil-hasil penelitian yang berupa data primer yang diperoleh peneliti langsung dari lapangan lokasi penelitian. Data primer ini diperoleh melalui metode penyebaran kuesioner yang dilakukan peneliti kepada guru-guru dan staff pengajar di lokasi penelitian sekolah SMA Negeri I Tigapanah yang sudah menerima tunjangan sertifikasidan juga yang belum menerima tunjangan sertifikasi. Guru atu staff pengajar di SMA Negeri I Tigapanah yang sudah menerima tunjangan sertifikasi terdiri dari 35 orang responden dan sebanyak 35 orang responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi sbanyak 35 orang. Adapun penyajian data ini berisikn tentang data identitas responden beserta data variabel penelitian. Penyajian data mengenai identitas responden adalah untuk mengetahui spesifik atau cirri khusus yang dimiliki oleh masing-masing responden, seperti usia, jenis kelamin, pendidikan dan hal lainnya. Sedangkan penyajian data tentang variabel penelitian digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Adapun teknik penyajian data yang akan digunakan peneliti adalah teknik penyajian data dengan menggunkan tabel frekuensi.

IV.1. Identitas Responden

IV.1.1 Identitas Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi

Data identitas responden yang akan disajikan mencakup jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, jumlah jam kerja, intensitas lama bekerja, besaran gaji pokok dan tahun penerimaan tunjangan sertifikasi. Berdasarkan hasil data yang diperoleh peneliti di lapangan, maka respon dari responden dapat diuraikan sebagai berikut : Tabel 4.1 : Identitas Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat frekuensi jumlah perbedaan antara responden yang berjenis kelamin leki-laki dan responden yang berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 responden adalah berejnis kelamin laki-laki. Sedangkan responden yang berjenis kelamin perempuan adalah sebanyak 19 orang atau sekitar 54,3. Dapat disimpulkan bahwa dari total responden sebanyak 35 orang paling banyak didominasi oleh responden yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.2 : Identitas Responden Berdasarkan Usia Responden Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi Persen laki-laki 16 45,7 Perempuan 19 54,3 Total 36 100.0 Usia Frekuensi Persen 40-45 tahun 6 17.1 46-50 tahun 13 37.1 51-55 tahun 14 40.0 56-60 tahun 2 5.7 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Tabel di atas menunjukkan perbandingan usia responden yang sudah menerima tunjangan sertifikasi. Dapat dilihat bahwa sebanyak 6 orang responden atau sekitar 17,1 responden memiliki kisaran usia antara 40 - 45 tahun. Untuk responden yang memiliki kisaran usia antara 46-50 tahun berjumlah sebanyak 13 orang atau sekitar 37,1. Untuk responden yang berusia antara 51 - 55 tahun adalah sebanyak 14 orang responden atau sekitar 40,0. Sedangkan responden yang memiliki kisaran usia antara 56 - 60 tahun adalah sebanyak 2 orang atau hanya sekitar 5,7. Kesimpulan yang dapat ditarik dari pernyataan di atas adalah jumlah responden dengan jumlah paling banyak adalah responden yang memiliki kisaran usia antara 46- 55 tahun. Tabel 4.3 : Identitas Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen Magister 1 2.9 Sarjana 31 88.6 Diploma 3 8.6 Total 35 100.0 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari total 35 orang responden sebanyak 1 orang responden atau hanya sekitar 2,9 responden memiliki pendidikan terakhir Magister atau S2. Sedangkan untuk responden yang memiliki pendidikan terakhir sarjana atau S1 berjumlah sebanyak 31 orang atau sekitar 88,6, dan untuk responden yang memiliki pendidikan terakhir diploma atau D3 berjumlah sebnyak 3 orang atau sekitar 8,6 dari total keseluruhan responden penerima tunjangan sertifikasi. Dapat disimpulkan bahwa responden pada umumnya memiliki pendidikan terakhir sarjana atau S1 dengan total jumlah adalah sekitar 88,6. Tabel 4.4.: Identitas Responden Berdasarkan Intensitas Lama Bekerja Responden. Intensitas Lama Berkerja Frekuensi Persen 16-20 tahun 9 25.7 21-25 Tahun 9 25.7 26-30 Tahun 15 42.9 31-35 Tahun 2 5.7 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Sebanyak 9 orang responden atau sekitar 25,7 responden sudah bekerja selama 16 – 20 tahun, sebanyak 9 orang responden lainnya sudah bekerja selama 9 tahun juga. Selanjutnya sebanyak 15 orang responden atau sekitar 42,9 responden sudah bekerja selama 26 – 30 tahun, dan sisanya sebanyak 2 orang responden atau sekitar 5,7 responden sudah bekerja selama 31 – 35 tahun. Tabel 4.5 : Identitas Responden Berdasarkan Jumlah Jam Kerja Jumlah Jam Kerja Frekuensi Persen 24 Jam 18 51.4 26 Jam 9 25.7 28 Jam 3 8.6 34 Jam 3 8.6 38 jam 2 5.7 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh guru yang akan menerima tunjangan sertifikasi adalah memiliki jumlah jam kerja sebanyak minimal 24 jam kerja dalam satu minggu. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa seluruh responden penerima tunjangan sertifikasi telah memiliki jumlah jam kerja sebanyak 24 jam dalam satu minggu. Sebanyak 18 orang responden atau sekitar 51,4 responden memiliki jumlah jam kerja sebanyak 24 jam dalam satu minggu. Sebanyak 9 orang responden atau sekitar 25,7 memiliki jumlah jam kerja sebanyak 26 jam dalam satu minggu. Selanjutnya sebanyak 3 orang responden atau sekitar 8,6 responden memiliki jumlah jam kerja sebanyak 28 jam dalam satu minggu. Jumlah ini sama dengan responden yang memiliki jumlah jam kerja sebanyak 34 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk responden yang memiliki jumlah jam kerja sebanyak 38 jam dalam satu minggu ada sebanyak 2 orang responden aatu sekitar 5,7. Tabel 4.6. : Identitas Responden Berdasarkan Tahun Penerimaan Tunjangan Sertifikasi. Tahun Penerimaan Sertifikasi Frekuensi Persen Tahun 2008 12 34.3 Tahun 2009 5 14.3 Tahun 2010 4 11.4 Tahun 2011 7 20.0 Tahun 2012 5 14.3 Tahun 2013 2 5.7 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tentang tahun penerimaan tunjangan sertifikasi responden di SMA Negeri I TIgapanah. Sebanyak 12 orang responden atau sekitar 34,3 responden menerima tunjangan sertifikasi pada tahun 2008, sebanyak 5 orang responden lainnya atau sekitar 14,3 menerima tunjangan sertifikasi pada tahun 2009, sebanyak 4 orang responden atau sekitar 11,4 menerima tunjangan sertifikasi pada tahun 2010. Pada tahun 2011 ada sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 responden yang menerima tunjangan sertifikasi dan pada tahun 2012 ada sebanyak 5 orang responden atau sekitar 14,3 responden yang mulai menerima tunjangan sertifikasi, dan sisanya sebanyak 2 orang responden atau sekitar 5,7 responden menerima tunjangan sertifikasi pada tahun 2013. Tabel 4.7 : Identitas Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Jumlah dan Besaran Gaji Pokok Responden. Besaran dan Jumlah Gaji Pokok Frekuensi Persen Rp.3.000.000,00 - Rp.4.000.000,00 15 42.9 Rp.4.000.000,00 - Rp.5.000.000,00 20 57.1 Total 35 100.0 Sumber : Kuesiner 2015 Besaran sertifikasi yang diterima oleh guru yang sudah lulus uji sertifikasi guru daalm jangka waktu satu tahu adalah sebesar jumlah gaji pokok pegawai dalam satu bulan di kali dengan 12. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat kisaran gaji pokok guru penerima tunjangan sertifikasi di SMA Negeri I Tigapanah. Sebanayak 15 orang responden atau sekitar 42,9 responden memiliki besaran gaji pokok berkisar antara Rp.3.000.000,00 – Rp.4.000.000,00. Sedangkan sisanya adalah responden yang memiliki besar gaji pokok berkisar antara Rp.4.000.000,00 s.d. Rp.5.000.000,00.

IV.1.2. Identitas Responden Yang Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi.

Analisis data yang akan saya gunakan dalam penelitian saya adalah membandingkan rata rata antara dua kelompok responden yang berbeda, yaitu rata- rata tingkat kinerja yang dimiliki oleh responden yang sudah menerima tunjangan sertifikasi dan responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi. Oleh karena itu, peneliti akan menyebar kuesioner kepada dua kelompok responden dengan profesi yang sama. Setelah menjabarkan identitas responden yang adalah penerima tunjangan sertifikasi, selanjutnya peneliti akan mendeskripsikan identitas responden yang bukan atau responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi. Tabel 4.8 : Identitas Responden yang Belum Menerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden. Jenis Kelamin Frekuensi Persen Laki-laki 12 34.3 Perempuan 23 65.7 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki dan responden yang berjenis kelamin perempuan. Sebanyak 12 orang responden atau sekitar 34,3 responden adalah berejnis kelamin laki-laki, dan sebanyak 23 orang responden atau sekitar 65,7 responden adalah responden yang berjenis kelamin perempuan. Tabel 4.9 : Identitas Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Usia Responden. Usia Frekuensi Persen 35 – 40 Tahun 5 14.3 41 – 45 Tahun 5 14.3 46 – 50 Tahun 24 68.6 51 – 55 Tahun 1 2.9 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat mengenai perbedaan usia reponden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi. Sebanyak 5 orang responden atau sekitar 14,3 responden berusia antara 35 s.d. 40 tahun, dan sebanyak 5 orang responden atau sekitar 14,3 responden berusia antara 41 s.d. 45 tahun. Selanjutnya sebanyak 24 orang responden atau sekitar 68,6 orang responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi yang berusia antara 46-50 tahun. Sisanya adalah responden yang berusia antara 51 – 55 tahun yang berjumlah hanya satu orang atau hanya sekitar 2,9 dari total responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi. Tabel 4.10 : Identitas Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Jumlah Jam Kerja Responden. Jumlah Jam Kerja Frekuensi Persen 18 Jam 4 11.4 20 Jam 5 14.3 22 Jam 7 20.0 24 Jam 19 54.3 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berbeda dengan responden yang adalah penerima tunjangan sertifikasi, responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi tidak memiliki jam kerja di atas 24 jam dalam satu minggu. Sebanyak 4 orang responden atau sekitar 11,4 responden memiliki jumlah jam kerja sebanyak 18 jam dalam satu minggu. Selanjutnya sebanyak 5 orang responden atau sekitar 14,3 responden hanya memiliki jumlah jam kerja sebanyak 20 jam dalam satu minggu. Sisanya adalah responden yang memiliki jumlah jam kerja hanya sebanyak 22 jam dalam satu minggu yang jumlahnya adalah sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 dari total responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi dan sebanyak 19 orang responden atau sekitar 54,3 responden memiliki jumlah jam kerja sebanyak 24 jam dalam satu minggu. Tabel 4.11.: Identitas Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Intensitas Lama Bekerja Responden. Lama Bekerja Frekuensi Persen 10 - 15 Tahun 11 31.4 16 - 20 Tahun 16 45.7 21 - 25 Tahun 8 22.9 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel frekuensi di atas dapat dilihat bagaimana kisaran intensitas lama bekerja responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi. Sebanyak 11 orang responden atau sekitar 31,4 responden telah bekerja selama 10 s.d. 15 tahun dan sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 responden telah bekerja selama 16 – 20 tahun. Sisanya adalah sebanyak 8 orang responden atau sekitar 22,9 dan telah bekerja selama 21 – 225 tahun. Tabel 4.12 : Identitas Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persen Sarjana 28 80.0 Diploma 7 20.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat pendidikan terakhir responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi. Sebanyak 28 orang responden atau sekitar 80,0 responden memiliki pendidikan terakhir Sarjana atau S1dan sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 responden memiliki pendidikan terakhir Diploma atau D3. IV. 2. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pertanyaan Kuesioner Pengaruh Pemberian Tunjangan Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru. Untuk mengukur kinerja responden baik responden yang sudah menerima tunjangan sertifikasi maupun responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi, peniliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan teknik penyebaran angket kepada kedua kelompok responden.Kuesioner yang disebar oleh peneliti memiliki pernyataan dan pertanyaan yang harus dijawab oleh semua responden sesuai dengan keadaan yang sebenrnya dan yang dialami oleh responden. Kuesioner memiliki lima alternatif jawaban yang masing-masing telah diberi skor Berdasarkan jawaban responden yang diperoleh oleh peneliti melalui teknik pengumpulan data penyebaran kuesioner, maka diperoleh data sebagai berikut : IV.2.1. Distrubusi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Tentang Pernyataan Penguasaan Kemampuan Pedagogik. Kemampuan Pedagogik Frekuensi Persen Sering Sekali 16 45.7 Sering 16 45.7 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 3 8.6 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015. Kemampuan pedagogik merupakan suatu ketrampilan ataupun kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektualnya.Implikasi dari kemampuan pedagogik ini tentunya dapat terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai prinsip-prinsip belajar, mulai dari teori belajarnya hingga penguasaan bahan ajar. Dengan penguasaan kemampuan pedagogik, maka kompetensi dan profesionalitas guru juga akan meningkat. Dengan meningkatnya kemampuan pedagogik dan juga profesionalitas guru, maka diharapkan tingkat kinerja guru juga akan meningkat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bagaimana kemampuan responden yang adalah penerima tunjangan sertifikasi guru. Sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 responden memilih alternatif jawaban sering sekali, selanjutnya sebanyak 16orang responden atau sekitar 45,7 responden memilih alternatif jawaban sering. Sedangkan untuk laternatif jawaban kadang-kadang dipilih oleh sebanyak 3 orang responden atau sekitar 8,6. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penerima tunjangan sertifikasi guru telah memahami dan menguasi kemampuan pedagogik. Tabel 4.14.: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasrkan Pernyataan Kemampuan Guru dalam Menyusun dan Melaksanakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP. Penyususnan dan Pelaksanaan RPP Frekuensi Persen Sering Sekali 12 34.3 Sering 19 54.3 Ragu-ragu 4 11.4 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi personal yang harus dimiliki oleh guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembeljaran. Perancangan pembelajaran ini sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu identifikasi kebutuhan, perumusan kompeteni dasar, dan penyususnan program pembelajaran.Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP harus mampu mencakup komponen kegiatan belajar dan proses pelaksanaan program.Komponen program mencakup kompetensi dasar, materi standar, metode dan teknik, media dan sumber belajar, waktu belajar dan daya dukung lainnya. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bagaimana kemampuan responden yang adalah penerima tunjangan sertifikasi dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dalam kemampuan untuk melaksanakan program yang telah disusun tersebut. Sebanyak 12 orang responden atau sekitar 34,3 responden memilih alternatif jawaban sering sekali dan sebnayak 19 orang responden atau sekitar 54,3 responden memilih alternative jawaban sering. Sedangkan responden yang memilih alternative jawaban ragu-ragu ada sebanyak 4 orang atau sekitar 11,4. Tabel 4.15.: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Pelaksanaan Kode Etik Guru. Pelaksanaan Kode Etik Guru Frekuensi Persen Sering Sekali 13 37.1 Sering 18 51.4 Ragu-ragu 4 11.4 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Kode etik guru merupakan seperangkat norma – norma yang haus diindahkan, diamalkan dan dipatuhi serta ditaati oelh setiap guru dalam pelaksanaan tugas dan pergaulan hidup sehari-hari dalam masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagaimana melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, tentang apa yang tidak boleh diperbuatatau dilaksanakan, tidak saja dalam melaksanakan tuugs profesi, tetapi juga dalam pergaulan hidup sehari-hari dalam masyarakat.Sudah sepantasnya semua guru melaksanakan dan mempedomani kode etik guru dalam tugasnya sebagai tenaga pengajar. Kode etik guru ditetapkan oleh organisasi profesi guru yang berlaku dan mengikat para anggotanya.. Berdasarkan tabel frekuensi di atas dapat dilihat bagaimana ketaatan responden terhadap peraturan pelaksanan kode etik guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Sebanayk 13 orang responden atau sekitar 37,1 responden mengaku sering sekali atau selalu menerapkan kode etik guru dalam melaksanakan tugas profesinya.Sebanyak 18 orang responden atau sekitar 51,4 responden memilih jawaban sering,dan yang terakhir adalah responden yang memilih laternatif jawaban ragu-ragu adalah sebanyak 4 orang atau sekitar 11,4. Tabel 4.16 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis. Pelaksanaan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis Frequency Percent Sering Sekali 10 28.6 Sering 21 60.0 Ragu-ragu 2 5.7 Kadang-kadang 2 5.7 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Pembelajaran yang mendidik dan dialogis adalah suatu bentuk proses pembelajaran dimana pada saat melaksanakan proses belajar mengajar terjadi dialog dan komunikasi yang baik dan berkesinambungan antara guru sebagai pemberi informasi pelajaran dengan peserta didik sebagai pihak yang menerima informasi dan pelajaran yang disampaikan. Guru juga memberikan pembelajaran yang mendidik melalui dialog dan komunikasi langsung sehingga semua peserta didik mempunyai kesempatan yang sama untuk berdialog dengan gurunya. Dari tabel dikethaui bahwa sebanyak 01 orang responden atau sekitar 28,6 responden mengaku sering sekali atau selalu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Selanjutnya sebanyak 21 orang responden atau sekitar 60,0 responden mengaku cukup sering melakukan hal tersebut. Sedangkan sebanyak 2 orang responden atau sekitar 5,7 memilih alternatif jawaban ragu-ragu dan sebanyak 4 orang responden memilih alternatif jawaban kadang-kadang. Tabel 4.17 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Responden yang Melaksanakan Pre Test Sebelum Memulai Pelajaran. Pelaksanaan Pre Tes Frekuensi Persen Sering Sekali 2 5.7 Sering 24 68.6 Ragu-ragu 3 8.6 Kadang-kadang 6 17.1 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Dengan dilakukannya pre tes sebelum memulai pelajaran akan membantu untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab.Selain itu, dengan dilakukannya pre tes maka akan dapat diketahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topic dalam proses pembelajaran. Berdasarkan tabel dapat dilihat seberapa banyak dan seberapa sering responden melakukan pre tes sebelum memulai proses pembelajaran. Sebanayak 2 orang responden atau sekitar 5,7 responden mengaku sering sekali atau selalu melaksanakan pre tes sebelum memulai pembelajaran. Selanjutnya sebanyak 24 orang responden atau sekitar 68,6 responden mengaku sering melaksanakan pre tes kepada peserta didiknya, dan sebanyak 3orang responden atau sekitar 8,6 responden memilih ragu-ragu, dan sebanyak 6 orang respsonden lainnya memilih alternative jawaban kadang-kadang.. Tabel 4.18: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Responden Yang Melaksanakan Post Tes Sebelum Mengakhiri Pembelajaran. Pelaksanaan Pos Tes Frekuensi Persen Sering Sekali 2 5.7 Sering 19 54.3 Ragu-ragu 6 17.1 Kadang-kadang 8 22.9 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Dilaksanakannya post tes bertujuan untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok.Selain itu dapat juga digunakan sebagai acuan untuk mengetahu peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial, dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan belajar dari peserta didik. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 2 orang responden atau sekitar 5,7 mengaku sering sekali melakukan post tes terhadap peserta didiknya. Selanjutnya sebanyak 19 orang responden atau sekitar 54,3 memilih alternatif jawaban sering dalam melaksanakan pos test terhadap peserta didiknya, dan sebanyak 6 orang responden atau sekitar 17,1 responden memilih alternative jawaban ragu-ragu untuk melakukan post tes terhadap peserta didiknya, dan 8 orang respondennya atau sekitar 22,9 responden memilih alternative jawaban kadang- kadang. Tabel 4.19 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Tentang Pernyataan Respondcen Yang Kehadirannya Selalu Tepat Waktu. Kehadiran yang Tepat Waktu Frekuensi Persen Sering Sekali 26 74.3 Sering 9 25.7 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Kehadiran yang tepat waktu merupakan sebuah tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap pegawai ataupun karyawan dalam semua jenis profesi.Kahidaran yang selalu tepat waktu merupakan wujud tanggung jawab dan ketaatan terhadap peraturan dan disiplin waktu.Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bagaimana tingkat ketaatan responden terhadap disiplin waktu. Sebanyak 29 orang responden atau sekitar 80,9 memngaku selalu hadir tepat waktu dengan memilih alternatif jawaban sering sekali. Dan sebanyak 7 orang responden ayau sekitar 19,4 mengaku sering hadir tepat waktu di sekolah dengan memilih alternatif jawaban sering. Tabel 4.20.: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Kemampuan Responden Dalam Memanfaatkan Sarana dan Prasarana Belajar dengan Efektif. Kemampuan Memanfaatkan Sarana dan Prasarana Belajar Frekuensi Persen Sering Sekali 3 8.6 Sering 21 60.0 Ragu-ragu 7 20.0 Kadang-kadang 4 11.4 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif diperluakan sumber daya amanusia yang mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan semua sarana dan prasarana belajar yang telah disediakan seca efektif. Beradsarkan tabel dapat dilihat bagaimana kemampuan responden dalam memanfaatkan sarana dan prasarana belajar dengan efektif. Sebanyak 3 ornag responden atau sekitar 8,6 responden memilih alternative jawaban sering sekali, dan sebanyak 21 orang responden atau sekitar 60,0 responden memilih alternative jawaban sering, Sedangkan untuk alternative jawaban ragu-ragu ada sebanyak 7orang responden atau sekitar 20,0 responden dan untuk alternative jawaban kadang-kadang ada sebanyak 4 orang responden atau sekitar 11,4. Tabel 4.21 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Kemampuan Responden dalam Memanfaatkan Teknologi Pembelajaran. Kemampuan Memanfaatkan Teknologi Pembelajaran Frekuensi Persen Sering Sekali 7 20.0 Sering 21 60.0 Ragu-ragu 2 5.7 Kadang-kadang 5 14.3 Tiadk Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran e-learning dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan pembelajaran. Dengan melibatkan teknologi dalam kegiatan pembelajaran maka akan lebih mudah untuk mengakses dan mendapatkan informasi dan juga mengenai tambahan materi yang diberikan oleh guru kepada peserta didiknya. Bedasarkan tabel di atas dapat dilihat bagaimana kemampuan ressponden dalam memanfatkan kemajuan teknologi dalam pembelajaran. Sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 responden memilih alternative jawaban sering sekali, sebanyak 21 orang responden atau sekitar 60,0 memilih alternative jawaban sering, sebanyak 2 orang responden atau sekitar 5,7 memilih alternative jawaban ragu-ragu dan sebanyak 5 orang responden atau sekitar 14,3 responden memilih alternative jawaban kadang-kadang. Tabel 4.22.: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Tentang Pernyataan Responden yang Melakukan Evaluasi Terhadap Hasil Belajar dan Penilaian Kelas. Kemampuan Melakukan Evaluasi Hasil Belajar dan Penilaian Kelas Frekuensi Persen Sering Sekali 13 37.1 Sering 16 45.7 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 6 17.1 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Evaluasi hasil belajar dan penilaian kelas dapat dilakukan dengan cara melaksanakan ragam kegitan ulangan kepada peserta didik seperti ulangan umum untuk setiap semesternya , tes kemampuan dasar, dan juga penilaian akhir tahun yang dilakukan oleh guru. Dari tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 13 orang responden atau sekitar 37,1 responden memilih jawaban sering sekali, sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 responden memilih alternative jawaban sering dan sebanyak 6 orang responden atau sekitar 17,1 memilih alternative jawaban kadang- kadang. Tabel 4.23: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Pelakasanaan Kegiatan Remedial dan Pengayaan. Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan Frekuensi Persen Sering Sekali 16 45.7 Sering 15 42.9 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 4 11.4 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Program remedial dan pengayaan merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan harian. Program ini juga mengidentifikasi materi yang perlu diulang , peserta didik yang wajib mengikuti remedial dan materi pengayaan harus mampu menyelesaikan kemampuan ini untuk dapat melanjut ke materi selanjutnya. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bagaimana responden melakukan kegiatan remedial dan juga pengayaan materi terhadap peserta didik mereka. Sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 responden menyatakan sering sekali atau selalu melakukan kegiatan remedial dan pengayaan materi, sedangkan 15orang atau sekitar 42,9 responden lainnya menyatakan sering melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Sedangkan 4 orang atau hanya sekitar 11,4 responden lainnya menyatakan hanya kadang-kadang untuk melakukan kegiatan remedial dan pengayaan. Tabel 4.24 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Kemampuan Responden dalam Menerapkan Teori Elaborasi dalam Mengorganisasikan Materi Pelajaran. Penerapan Teori Elaborasi Frekuensi Persen Sering Sekali 3 8.6 Sering 17 48.6 Ragu-ragu 9 25.7 Kadang-kadang 6 17.1 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Teori elaborasi merupakan cara mengorganisasikan pemebelajaran pada tingkat struktur isinya, yang berkaitan dengan cara memilih, menata dan menunjukkan saling hubungan materi pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengintegrasikan pengetahuan baru tentang pembelajaran dan component display theory CDT, teori ini hanya berhubungan dengan domain kognitif, tetapi telah mencakup komponen strategi motivasi. Berdasarkan tabel dapat dilihata bagaimana kemampuan responden dalam menerapkan teori elaborasi dalam kegiatan pembelajaran. Sebanyak 3 orang responden atau sekitar 8,6 responden memilih laternatif jawaban sering sekali, sebanyak 17 orang responden atau sekitar 48,6 responden memilih alternative jawaban sering. Untuk alternative jawaban ragu-ragu ada sebanyak 9 orang responden atau sekitar 25,7, dan untuk alternative jawaban kadang-kadang ada sebanyak 6 orang responden atau sekitar 17,1 responden. Tabel 4.25 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Penerima Sertifikasi Tentang Pernyataan Kemampuan Responden dalam Mendayagunakan Sumber dan Media Pembelajaran. Sumber : Kuesioner 2015 Seorang guru yang baik dan memiliki kemampuan dan kualitas sumber daya manusia yang baik harus mampu memnafaatkan dan mendayagunakan semua sumber dan media pembelajaran yang dapat mendukung dan dapat melengkapi informasi tentang materi juga hal lainnya yang berkaitan dengan pendidikan. Sumber pembelajaran yang dimaksud antara lain yaitu seperti perpustakaan, media massa, dan sumber sumber yang ada dimasyarakat. Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebanyak 11 orang responden atau sekitar 31,4 memilih alternative jawaban sering sekali, dan sebanyak 19 orang responden atau sekitar 54,3 memilih alternative jawaban sering. Sedangkan untuk alternative jawaban kadang-kadang ada sebanyak 5 orang atau sekitar 14,3 responden. Tabel 4.26: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Kemampuan Menguasai Mekanisme Penilaian. Kemampuan Mendayagunakan Sumber dan Media Pembelajaran Frekuensi Persen Sering Sekali 11 31.4 Sering 19 54.3 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 5 14.3 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 sumber :Kuesioner 2015. Setiap guru wajib mengetahui bagaimana mekanisme penilaian kelas yang harus dilakukan sehingga dapat memberi pertanggung jawaban dan memberikan perlakuan yang baik dan perlakuan khusus yang dapat meningkatkan kualitas belajar dari peserta didiknya.Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat seberapa besar responden yang memiliki kemampuan untuk menguasai mekanisme penilaian kelas. Sebanyak 18 orang responden atau sekitar 51,4 reposnden mengaku sering sekali atau sangat mampu melakuakan penilaian kelas, sedangkan sebanyak 17 orang responden lainnya atau sekitar 48,6 mengaku sering atau hanya mampu melakukan penilaian kelas. Dapat disimpulkan bahwa responden cukup paham dan menguasai tentang bagaimana mekanisme penialain kelas itu seharusnya dilakukan. Tabel 4.27 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Kemampuan Bergaul Responden dengan Rekan Sejawatnya. Kemampuan Menguasai Mekanisme Penilaian Frekuensi Persen Sering Sekali 18 51.4 Sering 17 48.6 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Kemampuan Bergaul Dengan Rekan Sejawat Frekuensi Persen Sering Sekali 26 74.3 Sering 9 25.7 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Seorang guru yang baik dan dapat dikatakan memiliki sumber daya manusia yang baik dan kompeten harus mampu bergaul dan berkomunikasi dengan baik dengan semua orang, terutama dengan rekan sejawatnya karena itu merupakan bentuk kompetensi sosial yang harus dipenuhi oleh setiap guru. Melalui pergaulan dan komunikasi yang baik maka akan dapat menambah pengetahuan adat istiadat, budaya dan tradisi, demokrasi, tentang estetika, kesadaran sosial, dan juga tentang harkat dan martabat seorang manusia. Berdasarkan tabel dapat diketahui bagaimana kemampuan bergaul dan berkomunikasi yang dimiliki oleh setiap responden penerima tunjangan sertifikasi. Sebanyak 26 orang atau sekitar 74,3 responden mengaku sering sekali bergaul dengan rekan sejawatnya, dan sebanyak 9 orang responden atau sekitar 25,7 mengaku sering bergaul dan berkomunikasi dengan rekan sejawatnya. Tabel 4.28 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Tentang Kemampuan Responden Memahami dan Menerima Kekurangan dan Kelebihan Peserta Didiknya. Sumber : Kuesioner 2015 Seorang guru yang baik dan professional harus mampu menerima segala kekurangan dan kelebihan setiap peserta didiknya.Seorang guru juga harus mampu memberi motivasi kepada peserta didiknya yang mempunyai kemampuan kurang maksimal, selain itu seorang guru juga harus mampu menjadi pemberi inspirasi kepada setiap peserta didiknya, karena hal tersebut berkaitan dengan tugas dan fungsi guru bahwa guru bukan hanya sebagai tenaga pengajar. Sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 memilih alternative jawaban sering sekali, sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 mengaku sering mampu menerima kelebihan dan kekurangan peserta didiknya, sedangkan sebanyak 5 orang responden atau sekitar 14,3 memilih alternative jawaban ragu-ragu dan sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 responden adalah memilih alternative jawaban kadang-kadang. Kemampuan Memahami dan Menerima Kekuarangan dan Kelebihan Peserta Didiknya Frekuensi Persen Sering Sekali 7 20.0 Sering 16 45.7 Ragu-ragu 5 14.3 Kadang-kadang 7 20.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Tabel 4.29: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Kemampuan Responden Hidup dalam Masyarakat. Kemampuan Hidup Dalam Masyarakat Frekuensi Persen Sering Sekali 24 68.6 Sering 11 31.4 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Salah satu kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang guru professional adalah memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dan mampu hidup rukun dalam masyarakat. Hal ini merupakan bentuk kompetensi sosial yang memberikan gambaran bahwa individu tersebut memiliki kebutuhan sosial dimana ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan dari individu lainnya. Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 24 orang responden atau sekitar 68,8 memilih alternative jawaban sering sekali dan menyatakan bahwa mereka sangat mampu hidup bersosialisasi dengan masyarakat. Sedangkan sebanyak 11 orang responden atau sekitar 31,4 responden memilih alternative jawaban sering dan mampu hidup bersosial di kehidupan masyarakat. Tabel 4.30 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Partisipasai Responden dalam Organisasi Profesi. Partisipasi Dalam Organisasi Profesi Frekuensi Percent Sering Sekali 6 17.1 Sering 17 48.6 Ragu-ragu 7 20.0 Kadang-kadang 5 14.3 Tidak pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Sama halnya dengan profesi lain, guru juga mempunyai organisasi profesi yang menjadi tempat berkembangnya isnpirasi dan pemikiran guru-guru yang menjadi peserta dari organisasi tersebut.Beberapa contoh organisasi guru yang ada di Indonesia antara lain, Persatuan Guru Republik Indonesia PGRI, Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia ISPI dan banyak lainnya. Dari tabel diketahui bahwa sebanyak 6 orang responden memilih alternative jawaban sering sekali, 17 orang responden memilih alternative jawaban sering, sebanyak 7 orang responden memilih alternative jawaban ragu-ragu dan sebanyak 5 orang responden memilih alternative jawaban kadang-kadang terkait keterlibatan mereka di dalam organisasi profesi keguruan yang ada di Indonesia. IV.2.2 Distribusi Jawaban Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan dan Pertanyaan Kuesioner. Tabel 4.31.: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Tentang Pernyataan Kemampuan dan Kompetensi Pedagogik. Kemampuan Pedagogik Frekuensi Persen Sering Sekali 0.0 Sering 15 42.9 Ragu-ragu 9 25.7 Kadang-kadang 11 31.4 Tidak pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Untuk responden yang bukan penerima tunjangan sertifikasi diperoleh data mengenai kemampuan kompetensi pedagogiknya adalah sebagai berikut : sebanyak 15 orang responden atau sekitar 42,9 responden memilih alternative jawaban sering, sebanyak 9 orang responden atau sekitar 25,7 responden memilih alternative jawaban ragu-ragu, dan sebanyak 11 orang responden atau sekitar 31,4 memilih alternative jawaban kadang-kadang. Tabel 4.32 : Distribusi Jawaban Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Tentang Pernyataan Kemampuan Menyusun dan Melaksanakan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran RPP Penyusunan dan Pelaksanaan RPP Frekuensi Persen Sering Sekali 2 5.7 Sering 16 45.7 Ragu-ragu 9 25.7 Kadang-kadang 8 22.9 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner Tabel di atas menunjukkan bagaimana kemampuan responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi dalam menyusun dan melaksanakan rancangan pelaksanaan pembelajaran RPP. Sebanyak 2 orang responden atau sekitar 5,7 responden memilih alternative jawaban sering sekali dan sebanyak 16 orang responden atau sekitar 45,7 responden memilih alternative jawaban sering. Selanjurnya, sebanyak 9 orang responden atau sekitar 25,7 menyatakan ragu-ragu dan sebanyak 8 orang responden atau sekitar 22,9 responden memilih jawaban kadang-kadang. Tabel 4.33 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Bukan Penerima Tunjangan Sertifikasi Berdasarkan Pernyataan Pelaksanaan Kode Etik Guru. Pelaksanaan Kode Etik Guru Frekuensi Persen Sering Sekali 7 20.0 Sering 26 74.3 Ragu-ragu 2 5.7 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasakan tabel di atas diketahui bagaimana pemahaman responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi tentang kode etik guru yang harus ditaati oleh semua guru yang terlibat dalam organisasi profesi guru di Indonesia. Sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 memilih alternative jawaban sering sekali, dan sebanyak 26 orang responden atau sekitar 74,3 memilih alternative jawaban sering. Selanjutnya, sebanyak 2 orang responden atau hanya sekitar 5,7 responden memilih alternative jawaban ragu-ragu. Tabel 4.24 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Responden yang Melaksankan Kegiatan Pembelajaran yang Mendidik dan Dialogis. Sumber : Kuesioner 2015 Tabel di atas menunjukkan seberapa banyak responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi yang mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mendidik dan dialogis kepada peserta didiknya. Sebanyak 4 orang responden atau sekitar 11,4 responden memilih alternative jawaban sering sekali, sebanyak 17 orang responden atau sekitar 48,6 responden memilih alternative jawaban sering, dan sebanyak 6 orang responden atau sekitar 17,1 responden menyatakan ragu ragu, dan sebanyak 8 orang responden lainnya atau sekitar 22,9 memilih alternative jawaban kadang-kadang. Kegiatan pembelajaran Yang Mendidik dan Dialogis Frekuensi Persen Sering Sekali 4 11.4 Sering 17 48.6 Ragu-ragu 6 17.1 Kadang-kadang 8 22.9 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Tabel 4.35: Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Berdasarkan Pernyataan Pelaksanaan Pre Tes Sebelum Memulai Pembelajaran. Pelaksanaan Pre Tes Frekuensi Persen Sering Sekali 0.0 Sering 13 37.1 Ragu-ragu 4 11.4 Kadang-kadang 13 37.1 Tidak Pernah 5 14.3 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebanyak 13 orang responden atau sekitar 37,1 responden memilih jawaban sering, dan sebanyak 4 orang responden atau sekitar 11,4 responden memilih alternative jawaban ragu-ragu. Selanjutnya sebanyak 13 orang responden atau sekitar 37,1 responden memilih alternative jawaban kadang-kadang, dan sebanyak 5 orang responden lainnya atau sekitar 14,3 responden memilih alternative jawaban tidak pernah melaksanakan pre tes atau tes kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Tabel 4.36 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Pelaksanaan Post Tes Sebelum Mengakhiri Kegiatan Pembelajaran. Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel daiketahui bahwa sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 responden memilih alternative jawaban sering, sebanyak 13 orang responden menyatakan ragu-ragu, sebanyak 12 orang responden atau sekitar 37,1 responden memilih alternative jawaban kadang-kadang, dan sebanyak 3 orang responden lainnya atau sekitar 8,6 memilih alternative jawaban tidak pernah melaksanakan post test sebelum mengakhiri kegiatan pembelajaran. Tabel 4.37 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Kehadiran Responden yang Tepat Waktu. Kehadiran Yang Tepat Waktu Frekuensi Persen Sering Sekali 18 51.4 Sering 17 48.6 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 0.0 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Pelaksanaan Pos Tes Frekuensi Persen Sering Sekali 0.0 Sering 7 20.0 Ragu-ragu 13 37.1 Kadang-kadang 12 34.3 Tidak Pernah 3 8.6 Total 35 100.0 Sama halnya dengan responden yang tealh menerima tunjangan sertifikasi, responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi juga mempunyai tingkat kehadiran yang cukup disiplin dan tepat waktu. Sebanyak 18 orang responden atau sekitar 51,4 responden menyatakan bahwaa selalu hadir tepat waktu dan 17 orang lainnya atau sekitar 48,6 mengaku sering hadir tepat waktu. Tabel 4.38 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Pelaksanaan Program Remedial dan Program Pengayaan. Pelaksanaan Program Kegiatan Remedial dan Program Pengayaan Frekuensi Persen Sering Sekali 8 22.9 Sering 12 34.3 Ragu-ragu 5 14.3 Kadang-kadang 10 28.6 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat seberapa banyak responden yang belum menerima tunjangan sertifikasi yang melaksanakan program remedial dan pengayaan dalam proses pembelajaran. Sebanyak 8 orang responden atau sekitar 22,9 menyatakann sering sekali, sebanyak 12 orang responden lainnya atau sekitar 34,3 responden mengaku sering melaksanakan program remedial dan pengayaan materi. Selanjutnya, sebanyak 5 orang responden memilih ragu-ragu 10 orang responden atau sekitar 28,6 responden memilih kadang-kadang. Tabel 4.39 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Kemampuan Menerapkan Teori Elaborasi dalam Mengorgansiasikan Pembelajaran. Penerapan Teori Elaborasi Frekuensi Persen Sering Sekali 7 20.0 Sering 14 40.0 Ragu-ragu 7 20.0 Kadang-kadang 6 17.1 Tidak Pernah 1 2.9 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan data di atas dapat diketaahui bahwa sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 responden sering sekali melaksanakan teori elaborasi, sebanyak 14 orang responden atau sekitar 40,0 memilih alternative jawaban sering, dan sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 mengaku ragu-ragu dan 6 orang responden lainnya atau sekitar 17,1 responden mengaku hanya terkadang melaksanakan peenrapan teori elaborasi.Sedangkan sisa responden sebanyak 1 orang atau sekitar 2,9 mengaku tidak pernah melaksanakan penerapan teori elaborasi. Tabel 4.40 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Menguasai Mekanisme Penilaian. Penguasaan Mekanisme Penelaian Frequency Percent Sering Sekali 7 20.0 Sering 25 71.4 Ragu-ragu 0.0 Kadang-kadang 3 8.6 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber : Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihata bagaimana frekuensi responden yang menguasai dan menerapkan mekanisme penilaian kelas. Sebanyak 7 orang responden atau sekitar 20,0 memilih sering sekali, sebanyak 25orang responden atau sekitar 71,4 memilih jawaban sering dan hanya 3 orang responden atau sekitar 8,6 responden memilih alternative kadang-kadang dalam menguasai dan menerapkan mekanisme penilaian di dalam kelas. Tabel 4.41 : Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tentang Pernyataan Kemampuan Responden Dalam Merekonstruksi Pogram Pembelajaran Kemampuan Merekonstruksi Program Pembelajaran Frekuensi Persen Sering Sekali 0.0 Sering 14 40.0 Ragu-ragu 13 37.1 Kadang-kadang 8 22.9 Tidak Pernah 0.0 Total 35 100.0 Sumber :Kuesioner 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat sebanyak 114 orang responden atau sekitar 40,0 responden menyatakan sering merekonstruksi program pembelajaran, sebanyak 13 orang respsonden atau sekitar 37,1 mengaku ragu-ragu. Sedangkan sebanyak 8 orang responden lainnya atau sekitar 22,9 mengaku hanya kadang- kadang melaksanakan kegiatan merekonstruksi kegiatan pembelajaran.

BAB V ANALISIS DATA