energi cahaya radiasi dan sebagian besar masalah ini telah dipecahkan dalam instrument spektrofotometrik modern. Underwood. R . A, 1996
2.8 Instrumentasi Spektrofotometri
Sebuah spektrofotometer adalah instrumentasi untuk mengukur transmitan atau absorbansi suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Pengukuran
terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula dilakukan. Instrumentasi semacam ini dapat dikelompokkan secara manual atau
merekam atau sebagai berkas tunggal atau berkas rangkap. Dalam praktik, instrumen berkas – tunggal biasanya dijalankan secara manual, dan instrumentasi
berkas rangkap umumnya mencirikan perekaman automatik terhadap spektra absorbsi, namun dimungkinkan untuk merekam suatu spektrum dengan
instrumentasi berkas tunggal. Underwood. R . A, 1996
2.8.1 Sumber energi Cahaya
Sumber energi radiasi yang biasa untuk daerah tampak dari spektrum itu maupun daerah ultraviolet dekat dan inframerah dekat adalah sebuah lampu
pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram. Pada Kondisi operasi biasa, keluaran lampu wolfram ini memadai dari sekitar 325 atau 350 nm hingga sekitar
3 μm. Energi yang dipancarkan oleh kawat yang dipanaskan itu beraneka sekali menurut panjang gelombangnya. Distribusi energi merupakan fungsi temperatur
kawat, yang selanjutnya bergantung pada voltase yang disuplai kepada lampu. Kenaikan temperatur operasi menaikkan energi total dan menggeser puncak
kepanjang gelombang yang lebih pendek. Dibawah kira – kira 350 nm keluaran lampu wolfram itu – tak memadai
untuk spektrofotometer dan haruslah digunakan sumber yang berbeda. Paling
Universitas Sumatera Utara
lazim adalah lampu tabung discas discharge tube hidrogen atau deuterium yang digunakan kira –kira 175 ke 375 atau 400 nm. Bila suatu discas antara dua
elektroda mengeksitasi pancaran cahaya oleh suatu sampel gas seperti hidrogen, akan diperoleh suatu karakteristik spektrum garis yang taksinambung dari gas itu,
asal saja tekanannya relatif rendah. Dengan dinaikkannya tekanan hidrogen, garis – garis itu melebar dan akhirnya tumpang tindih sampai dipancarkan spektrum
yang berkesinambungan pada tekanan yang relatif tinggi. Tekanan yang diperlukan dalam tabung discas hidrogen lebih rendah daripada dengan gas – gas
tertentu lainnya tabung itu juga bekerja dengan lebih dingin. Underwood. R . A, 1996
2.8.2 Monokromator
Monokromator adalah piranti optis untuk mengisolasi suatu berkas radiasi dari suatu sumber berkesinambungan, Berkas mana mempunyai kemurnian
spektral yang tinggi dengan panjang gelombang apa saja yang diinginkan. Komponen – komponen yang hakiki dari sebuah monokromator adalah suatu
sistem celah dan suatu unsur dispersif. Radiasi dari sumber difokuskan kecelah masuk, kemudian disejajarkan oleh sebuah lensa atau cermin sehingga suatu
berkas sejajar jatuh ke unsur pendispersi yang berupa prisma atau suatu kisi difraksi. Dengan memutar prisma atau kisi secara mekanis aneka porsi spektrum
yang dihasilkan oleh unsur dispersi dipusatkan pada celah keluar, dari situ , lewat jalan optis lebih jauh, porsi – porsi itu menjumpai sampel.
Kemurnian spektral dari radiasi yang keluar dari dalam monokromator itu bergantung pada daya dispersi dari prisma dan lebar celah keluar. Tanpa berfikir
panjang orang mungkin menduga bahwa kemonokromatikan dapat dihampiri
Universitas Sumatera Utara
sedekat yang diinginkan dengan semata –mata mengurangi lebar celah secukupnya namun tak demikian halnya. Akhirnya celah itu akan begitu sempit
sehingga efek – efek difraktif sampai kepinggir-pinggirnya hanya menciptakan kehilangan daya radiasi tanpa pertambahan kemurnian spektral. Sebenarnya
sebelum batas ini didekati dalam spektrofotometer yang khas, celah yang disempitkan itu tidak cukup melewatkan energi untuk mengaktifkan detektor.
Dengan monokromator prisma, lebar celah tertentu tidak menghasilkan derajat kemonokroatikan yang sama sepanjang spektrum itu. Ketergantungan
panjang gelombang dalam dispersi suatu prisma adalah sedemikian rupa sehingga panjang gelombang dalam spektrum itu tidak seragam penebarannya dan dapat
mengakibatkan ganguan kesalahan dalam analisis. Dispersi besar untuk panjang gelombang yang lebih pendek, dan karenanya celah yang lebih lebar disini akan
mencapai derajat kemurnian spektral yang sama seperti celah yang sempit pada panjang gelombang yang lebih panjang. Underwood. R . A, 1996
2.8.3 Sel Kuvet