Serta yang saya ketahui juga dari proses wawancara dengan salah satu Pjs Kepala Unit di BRI Unit Laucimba akibat hukum dari kredit macet ini adalah :
Untuk pengikatan kredit pada BRI unit Laucimba yaitu : Untuk pinjaman 1 sd 24 juta belum ada dilakukan pengikatan jaminan,
untuk pinjaman 25 sd 50 juta pengikatan dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan SKMHT, untuk pinjaman 51 sd 100 juta pengikatan dengan akta
materil atau surat kuasa menjual agunan. Kredit 25 juta sd 50 juta yang diikat dengan SKMHT setelah nasabah
menunggakmenjadi kredit macet, maka SKMHT akan ditingkatkan sertifikat hak tanggungan SHT yang pada akhirnya akan diteruskan ke Kantor Penyelamatan
Piutang dan Lelang Negara KPPLN untuk diadakan Pelelangan Agunan Nasabah. Untuk kredit 51 juta sd 100 juta yang diikat dengan akta notaril surat kuasa
menjual agunan akan ditindaklanjuti dengan cara penjualan agunan secara di bawah tangan yaitu tanpa melalui kantor KPPLN Prosedur Pelelangan
namun harus dengan persetujuan dari nasabah setelah nasabah menyatakan tidak sanggup lagi untuk memenuhi kewajibannya kepada bank.
41
D. Tindakan Penyelamatan Usaha Nasabah oleh Bank
Menurut ketentuan Bank Indonesia Surat Edaran Nomor : 113UPK, tanggal 18 September 1978 ditinjau dari kemampuan nasabah bank sehubungan
dengan kewajiban keuangannya kepada bank dalam arti pembayaran utang pokok dan bunga atau yang disebut kolektibilitas, maka debitur bank dapat dibedakan
menjadi empat golongan yaitu lancar, kurang lancar, diragukan, dan macet.
41
Wawancara Kepada Pjs Kepala Unit BRI Laucimba Kabanjahe, Bapak Emon Hermada Tarigan pada hari Selasa tanggal 26 Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
Debitur yang sudah dikategorikan diragukan dan macet perlu perhatian khusus dari pihak bank, yang kelanjutannya dapat berupa mem-PUPN-kannya
atau mengadakan tindakan penyelamatan rescue operation. Pada dasarnya suatu jaminan kredit akan di-PUPN-kan apabila tidak ada lagi harapan bahwa debitur
akan dapat melaksanakan kewajiban dari hasil operasi perusahaan. Jadi tindakan PUPN merupakan jalan keluar terakhir untuk menyelamatkan kredit bank
sebaliknya jika menurut penilaian bank kegiatan usaha debitur masih dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan, maka pihak bank seyogianya melakukan
tindakan penyelamatan. Masalah yang dihadapi adalah bagaimana kondisi perusahaan yang
kira-kira dapat dijadikan dasar dan pertimbangan bank untuk menyelamatkan serta tindakan penyelamatan dan apa yang bermanfaat untuk diambil. Hal ini
memerlukan pengetahuan mengenai penyelamatan dan sebab-sebab kesulitan keuangan perusahaan dan kemungkinan tindakan bank yaitu seperti yang dijelaskan
di bawah ini.
42
1. Penyelamatan
Jika bank telah memutuskan untuk melakukan tindakan penyelamatan rescue, tentu saja tergantung dari kesulitan yang dihadapi oleh nasabah,
maka pilihan tindakan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
42
Thomas Suyatno, H.A. Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yuniati Ananda, Djuhaepah T. Marala, 2000 Dasar-dasar Perkreditan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 115
Universitas Sumatera Utara
a. Rescheduling penjadwalan kembali
Kebijaksanaan ini berkaitan dengan jangka waktu kredit sehingga keringanan yang dapat diberikan adalah :
1. Memperpanjang jangka waktu kredit
2. Memperpanjang jangka waktu angsuran, misalnya semula angsuran
ditetapkan setiap 3 bulan, kemudian menjadi 6 bulan 3.
Penurunan jumlah untuk setiap angsuran yang mengakibatkan perpanjangan jangka waktu kredit
b. Reconditioning persyaratan kembali
Dalam hal ini, bantuan yang diberikan adalah berupa keringanan atau perubahan persyaratan kredit, antara lain :
1 Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan utang pokok sehingga nasabah
untuk tertentu tidak perlu membayar bunga, tetapi nanti utang pokoknya dapat melebihi plafon yang disetujui. Ini berarti bahwa fasilitas kredit
perlu ditingkatkan. Di samping itu, atas bunga tersebut dihitung bunga bunga majemuk yang pada dasarnya akan lebih memanfaatkan nasabah.
Cara ini ditempuh dalam hal prospek usaha nasabah baik. 2
Penundaan pembayaran bunga, yaitu bunga tetap dihitung, tetapi penagihan atau pembebanannya kepada nasabah tidak dilaksanakan sampai nasabah
mempunyai kesanggupan. Atas bunga yang terutang tersebut tidak dikenakan bunga dan tidak menambah plafon kredit.
Universitas Sumatera Utara
3 Penurunan suku bunga, yaitu dalam hal nasabah dinilai masih mampu
membayar bunga pada waktunya, tetapi suku bunga yang dikenakan terlalu tinggi untuk tingkat aktivitas dan hasil usaha pada waktu itu.
Cara ini ditempuh jika hasil operasi nasabah memang menunjukkan surpluslaba dan likuiditas memungkinkan untuk membayar bunga.
4 Pembebasan bunga, yaitu dalam hal nasabah memang dinilai tidak
sanggup membayar bunga karena usaha nasabah hanya mencapai tingkat kembali pokok break event. Pembebasan bunga ini dapat untuk
sementara, selamanya, ataupun seluruh utang bunga. 5
Pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang dengan syarat yang lebih ringan.
c. Restructuring persyaratan kembali
Jika kesulitan usaha nasabah disebabkan oleh faktor modal, maka penyelamatannya adalah dengan meninjau kembali situasi dan kondisi permodalan, baik modal
dalam arti dana untuk keperluan modal kerja maupun modal berupa barang-barang modal mesin, peralatan, dan sebagainya. Tindakan yang dapat
diambil dalam rangka restructuring adalah : 1
Tambahan Kredit InjectionNursery Operation Apabila nasabah kekurangan modal kerja, maka perlu dipertimbangkan
penanaman modal kerja, demikian juga dalam hal investasi, baik perluasan maupun tambahan investasi.
Universitas Sumatera Utara
2 Tambahan Equity
Apabila tambahan kredit memberatkan nasabah, sehubungan dengan pembayaran bunganya, maka perlu dipertimbangkan tambahan modal
sendiri yang berupa : a
Tambahan modal dari pihak bank dengan cara : 1
Penambahanpenyetoran uang fresh money, 2
Konversi utang nasabah, baik utang berupa, utang pokok atau keduanya.
b Tambahan dari pemilik
Kalau bentuk perusahaan adalah PT, maka tambahan modal ini dapat berasal dari pemegang saham maupun pemegang saham baru atau
kedua-duanya d.
Kombinasi Tindakan penyelamatan dapat juga merupakan kombinasi, misalnya
reschehulding dengan reconditioning, rescheduling dengan restructuring, dan reconditioning dengan restructuring, serta gabungan dari rescheduling,
reconditioning dan restructuring. 2.
Sebab-sebab Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Kemungkinan Tindakan Bank Kesulitan keuangan perusahaan tercermin dari keadaan likuiditas, rentabilitas,
dan atau solvabilitas yang penyebabnya dapat berupa hal-hal yang bersifat teknis perusahaan maupun kejadian di luar kemampuan perusahaan
faktor eksternforse majeure, yaitu sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Faktor Intern
1 Aspek pemasaran
2 Aspek pengaturan keuangan
3 Aspek dana
4 Aspek teknis
5 Aspek manajemen
b. Faktor Ekstern
1 Kebijakan pemerintah
2 Perkembangan teknologi
3 Bencana alam
ad.a. Faktor intern a.
Aspek pemasaran Aspek pemasaran merupakan aspek penyebab kesulitan yang sering
sulit diatasi. Ada suatu ungkapan yang mengatakan “menjual lebih sulit daripada membuat”. Jadi kurang lakunya produk yang dihasilkan dapat
disebabkan karena kondisi luar perusahaan, misalnya kejenuhan, kondisi umum resesi tenaga beli memang menurun.
Suatu produk dikatakan jenuh di pasar apabila total barang yang sama sejenis yang masuk pasar melebihi kebutuhanpermintaan akan
barang tersebut. Di samping itu tidak terjualnya produk dapat pula disebabkan faktor intern, misalnya :
Universitas Sumatera Utara
1. Mutu, model, dan desain barang rendah yang tidak disukai
2. Pelayanan perusahaan kurang, delivery tidak pada waktunya,
dan tidak ada jasa servis setelah penjualan after sales servise. Tindakan bank yang barangkali dapat dipertimbangkan adalah :
1. Jika kesulitan pemasaran akibat kejenuhan, maka pertama-tama yang
harus diteliti terlebih dahulu adalah kemungkinan pengalihan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri. Penelitian ini dapat dilakukan
dengan bantuan konsultan. Apabila pengalihan pasar ini sudah tidak mungkin, maka seyogyanya bank segera meyelamatkan kreditnya.
Baik secara PUPN maupun cara lainnya. Ini berarti bahwa tindakan penyelamatan tidak perlu.
2. Jika barang tidak dapat terjual karena kondisi umum resesi,
sedangkan pasar sebetulnya tidak jenuh dan prospek masih ada, maka dipertimbangkan untuk mengadakan rescheduling.
3. Jika kesulitan pemasaran disebabkan mutu, model, desain, dan
servis, maka perlu dibicarakan dengan nasabah kemungkinan untuk memperbaiki kekurangan kekurangan tersebut untuk selanjutnya
dapat dipertimbangkan rescheduling dan kalau perlu tambahan kredit, apabila penelitian tersebut memberikan gambaran yang
positif, dengan catatan pemasaran masih baik. b.
Aspek Pengaturan Keuangan Kebijaksanaan yang kurang serasi dalam mengatur alat likuid
perusahaan dan permodalan, khususnya modal pihak ketiga dapat menimbulkan kesulitan yang dapat mengganggu likuiditas ataupun
rentabilitas, misalnya sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Perusahaan terlalu banyak memakai modal dari luar modal asing
sehingga jumlah biaya bunga yang harus dibayar terlalu besar, yang akhirnya akan menekan rentabilitas dan likuiditas perusahaan.
Oleh karena itu, pihak perusahaan perlu mengatur suatu perbandingan yang wajar antara dana luar dan dana sendiri DER, yang berarti
struktur permodalan perlu disehatkan. Langkah pertama dalam menanggulangi masalah ini adalah menambah modal disetor dan
mengembalikan sebagian dana luar tersebut. Berapa besarnya penambahan dana sendiri hendaknya dihitung sedemikian rupa
sehingga dihasilkan suatu penurunan biaya bunga sampai pada tingkat sekurang-kurangnya perusahaan mencapai titik kembali pokok.
Jika penambahan dana sendiri tidak mungkin, maka bank seyogyanya memberikan keringanan mengenai bunga.
2. Ketimpangan antara jangka waktu dana luar yang diterima dan
lamanya penggunanaan dapat pula merupakan sumber kesulitan. Suatu jangka pendek jika digunakan untuk keperluan jangka pendek,
seperti pembiayaan aktiva tetap akan mengakibatkan perusahaan selalu dalam keadaan tidak tenang karena dihadapkan pada masalah
pencarian dan mengembalikan utang gali lobang tutup lobang. Di samping itu bunganya sering terlalu tinggi. Untuk mengatasi
kesulitan ini dapat dipertimbangkan pengkonversian kredit jangka pendek menjadi kredit jangka panjang moratorium, yaitu dalam hal
dananya dari bank. Akan tetapi, bank yang bersangkutan, maka bank dapat membantu dengan memberikan kredit untuk melunasinya.
Universitas Sumatera Utara
3. Perusahaan terlalu mengandalkan investasi tetap seperti gedung,
pabrik, tanah dan sebagainya over invesment, yang sebenarnya tidak perlu untuk tingkat optimum aktivitas perusahaan. Keadaan ini
mengakibatkan tingginya biaya penghapusan sehingga menekan rentabilitas dan juga mengganggu likuiditas karena dana tertanam
pada aktiva yang tidak diperlukan. Untuk mengatasi keadaan ini bank dapat menyarankan agar nasabah menjual sebagian aktiva tetap
yang diperlukan tersebut. 4.
Kebijakan penjualan atau pemberian kredit nasabah bank kepada nasabahnya berupa piutang dagang yang tidak sesuai dengan
kebutuhan dana likuid uang, misalnya jangka waktu piutang yang terlalu lama turn over piutang terlalu lambat akan mengakibatkan
likuiditas dengan segala macam kesulitan yang ditimbulkannya. Keadaan ini untuk sementara dapat diatasi dengan cara rescheduling
atau bahkan menambah kredit, sedangkan untuk jangka panjang kebijakan penjualan perusahaan diganti dan diperbaiki.
c. Aspek Dana
Kesulitan keuangan mungkin disebabkan kekurangan dana untuk skala perusahaan tersebut, baik dana maupun keperluan modal kerja maupun
untuk tambahan investasi. Hal ini perlu diteliti lebih dahulu. Jika skala perusahaan terlalu kecil untuk dapat berusaha dalam batas-batas
yang wajar, maka diperlukan tambahan investasi. Akan tetapi dalam hal perusahaan belum beroperasi sesuai kepastian under capacity,
maka yang diperlukan adalah tambahan dana untuk modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
d. Aspek teknis
Hal-hal yang menyebabkan kesulitan perusahaan di dalam kaitan dengan teknis ini dapat merupakan kondisi intern, misalnya :
1. Desain, model, dan sebagainya yang tidak, menarik lagi
2. Ketuaan mesin
Di samping itu ada pula sebab-sebab ekstern, misalnya : 1.
Perkembangan teknologi, seperti penciptaan mesin mesin baru sehingga operasi perusahaan tidak efisien lagi dan produknya sudah ketinggalan.
2. Kesulitan bahan baku
Dalam hubungan dengan kondisi intern, perlu diteliti prospek pemasaran sekitarnya hambatan-hambatan atau kekurangan-kekurangan tersebut
dapat diatasi. Ini berarti perlu pula diketahui kekuatan saingan, apakah dapat meng-cover pasar atau memang masih tersisa
market space. Jika diperkirakan setelah hambatan hambatan tersebut bisa diatasi dan pasaran tersedia, maka tindakan bank tentu ikut
menyelamatkan usaha nasabah, baik dengan cara rescheduling kredit atau kalau perlu dengan tambahan kredit modal kerja dan kredit
investasi untuk mengganti mesin yang sudah tua, tentunya dengan persyaratan self financing yang lazim. Sebaliknya jika sekiranya
dengan penyelamatan tersebut keadaan pasar sulit untuk direbut kembali, maka seyogyanya kredit bank yang lebih dahulu
diselamatkan. Pada dasarnya dipertimbangkan tersebut juga berlaku untuk kesulitan-kesulitan yang disebabkan faktor ekstern.
Universitas Sumatera Utara
e. Aspek manajemen
Kesulitan yang diakibatkan oleh organisasi dan manajemen, antara lain berupa :
1 Konflik diantara pimpinan
2 Tenaga yang kurang terampil dan kurang berpengalaman
3 Itikad yang tidak baik, seperti manipulasi dan korupsi
4 Tidak efisien, pemborosan bahan, kelebihan tenaga kerja, dan
sebagainya Dalam menghadapi masalah masalah tersebut, pihak bank hendaknya
dapat memberi saranmenengahi, bagaimana cara mengatasinya, baik dengan apa yang disebut corporate financial service maupun dengan bantuan
management consultant dari luar.
ad.b. Faktor Ekstern Penyebab kesulitan sering ditimbulkan oleh hal-hal di luar
kemampuan perusahaan untuk mencegahnya, sehingga satu-satunya cara adalah dengan mengadakan penyesuaian dan berusaha mengatasi akibatnya.
Beberapa faktor yang dapat dikemukakan dalam hal-hal ini adalah sebagai berikut :
a. Kebijakan Pemerintah
1. Devaluasi atau menurunnya rupiah dapat mengakibatkan kenaikan
harga, terutama pada perusahaan-perusahaan yang banyak menggunakan barang impor sebagai bahan bakubahan penolong. Hal ini menyebabkan
perusahan kekurangan modal kerja. Oleh karena itu, pertolongan bank juga ditujukan untuk pemenuhan modal kerja tersebut sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan keperluan. Akan tetapi, untuk perusahaan yang sedang dibangun dengan menggunakan sebagian besar barang impor,
keadaan ini menaikkan biaya proyek sehingga yang diperlukan adalah tambahan kredit investasi cost overrun.
2. Revaluasi atau menaiknya nilai rupiah akan mengakibatkan
penerimaan rupiah mendapatkan membelimembuat barang yang akan diekspor, dengan demikian akan kekurangan likuiditas dan
pada akhirnya memperkecil volume usaha. Dalam hubungan ini, bank seyogyanya memberikan bantuan likuiditas dalam bentuk
modal kerja tambahan. Jika perusahaan yang terkena akibat revaluasi juga mendapat kredit investasi, maka ada kemungkinan
kemampuan repaynment yang sudah dijadwalkan tidak ada dipenuhi. Tergantung dari tingkat penurunan kemampuan tersebut, kebijaksanaan
bank dalam kaitan ini dapat berupa : peninjauan kembali jadwal angsuran, dan atau perpanjangan waktu kredit.
3. Kenaikan harga BBM akan mendorong biaya produksi, baik
langsung maupun tidak langsung. Pada dasarnya perusahaan akan berusaha melakukan penyesuaian harga jual. Akan tetapi biasanya
tidak dapat segera selalu ada time lag. Di samping itu tidak jarang perusahaan tetap berjalan dengan kondisi lama, artinya dapat
melakukan penyesuaian. Tergantung dari besar kecilnya dampak kenaikan BBM ini, maka tindakan penyelamatan adalah perlu dan
disarankan untuk dipertimbangkan, baik dalam bentuk perpanjangan jangka waktu maupun tambahan kredit modal kerja.
Universitas Sumatera Utara
4. Peraturan pemerintah dalam rangka peremajaan alat-alat produksi
scrapping akan mengakibatkan kebutuhan dana untuk melakukan penggantian. Bank perlu mempertimbangkan pemberian kredit investasi
baru. b.
Perkembangan Teknologi Seperti sudah disinggung aspek teknis, perusahaan dapat
mengalami kesulitan yang berpokok pangkal pada ketentuan alat produksi yang digunakan. Hal ini dapat mengakibatkan produk yang
dipasarkan tidak sesuai lagi, ongkos produksi meningkat, pemborosan bahan baku, dan sebagainya.
Tergantung dari daya penyesuaian perusahaanadaptasi dengan perusahaan terknologi tersebut dan penguasaan pasar, maka satu-satunya
tindakan adalah mengganti alat produksi yang digunakan dengan alat produksi yaang baru sehingga diperlukan kredit investasi dan bahkan
dana untuk modal kerja. c.
Bencana Alam Untuk rehabilitasi perusahaan dari kerusakan karena bencana
alam membutuhkan dana jangka panjang. Dalam mempertimbangkan jumlah kredit investasi yang diperlukan agar diperhitungkan pula
kemungkinan ganti rugi dari pihak asuransi.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PERAN ASURANSI KREDIT DALAM MENGATASI KREDIT MACET