penawaran resiko yang harus diterima,
29
yang mana keputusannya harus dibuat oleh spesialis-spesialis seperti insinyur, ahli statistik, dokter, ahli cuaca, dan ahli
ekonomi.
30
C. Prinsip-prinsip dalam Perjanjian Asuransi
Bagi rata rata pemegang polis, kontrak asuransi tampak panjang dan rumit. Kerumitan itu terutama disebabkan oleh susunan kalimatnya yang khas mengikuti
bahasa yang lazim dalam bidang hukum. Secara praktis kunci untuk memahami suatu polis adalah melakukan analisis mengenai perjanjian pertanggungan
yang lazim, pembatasan-pembatasannya, pengecualian-pengecualiannya, dan syarat-syaratnya. Pada umumnya analisis itu akan mengungkapkan bahwa polis
asuransi tidaklah membingungkan seperti dugaan semula.
Dalam menjalankan program kerjanya tentunya perusahaan asuransi memiliki prinsip-prinsip yang akan dijadikannya sebagai program kerja,
yakni sebagai berikut : 1.
Prinsip kepentingan yang dapat diasuransikan insurable interest Dalam Pasal 250 KUH Dagang disebutkan bahwa :
“apabila seseorang yang telah mengadakan suatu pertanggungan untuk diri sendiri atau apabila seseorang, yang untuknya telah diadakan
suatu pertanggungan, pada saat diadakannya pertanggungan itu tidak mempunyai suatu kepentingan terhadap barang yang dipertanggungkan itu,
maka penanggung tidaklah diwajibkan memberi ganti rugi.”
Jadi di sini harus dapat dibuktikan bahwa tertanggung memiliki kepentingan terhadap objek asuransi, atau dengan kata lain kepentingan itu
harus benar-benar ada. Bila tertanggung tidak mempunyai tidak mempunyai kepentingan atas benda yang diasuransikan, maka penanggung tidak diwajibkan
membayar klaim kepentingan ganti kerugian.
31
29
http:google.underwritingpolis-premi.html, diakses pada tanggal 22 Oktober 2012
30
Hukum Asuransi dan Polis. http:legalbanking.wordpress.commateri-hukumdasar-dasar- hukum-asuransipolis. Diakses pada tanggal 25 Juni 2012
31
Prinsip Asuransi, http:www.kesimpulan.com200905prinsip-asuransi.html, diakses pada tanggal 25 Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
Menurut ketentuan Pasal 599 KUHD, dianggap tidak mempunyai kepentingan adalah orang yang mengasuransikan benda yang oleh
undang-undang dilarang diperdagangkan, dan kapal yang menyangkut barang yang dilarang tersebut. Apabila diasuransikan juga maka asuransi
tersebut batal. Di dalam Pasal 268 KUH Dagang dikatakan bahwa suatu
pertanggungan dapat mengenai segala kepentingan yang dapat dinilaikan dengan uang, dapat diancam oleh sesuatu bahaya, dan tidak dikecualikan
oleh undang-undang. 2.
Prinsip Itikad Baik good faith Prinsip itikad baik dalam KUH Perdata terdapat dalam Pasal 1338
ayat 3. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa “suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Prinsip itikad baik secara khusus diatur
di dalam pasal 251, KUHD. “setiap keterangan yang keliru atau tidak benar, ataupun setiap tidak
memberitahukan hal-hal yang diketahui oleh tertanggung, betatapan itikad baik padanya, tidak demikian sifatnya, sehingga seandainya telah
mengetahui keadaan yang sebenarnya, perjanjian itu tidak akan ditutup atau tidak ditutup dengan syarat-syarat yang sama, mengakibatkan batalnya
pertanggungan”.
Dalam Pasal 251 ini dituntut adanya itikad baik dari tertanggung untuk
memberitahukan secara benar mengenai objek asuransi. Semua pemberitahuan yang salah, atau tidak benar, atau penyembunyian keadaan yang diketahui
oleh tertanggung tentang objek asuransi mengakibatkan asuransi itu menjadi halal.
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan lain tentang prinsip itikad baikutmost good faith menurut buku H Zainudin Ali M.A adalah dimana dalam hal perjanjian
asuransi unsur saling percaya antara penanggung dan tertanggung itu sangat penting. Penanggung percaya bahwa tertanggung akan memberikan segala
keterangannya dengan benar. Di lain pihak tertanggung juga percaya kalau terjadi peristiwa penanggung akan membayar ganti rugi. Saling percaya ini
dasarnya adalah itikad baik prinsip itikad baik ini harus dilaksanakan dalam setiap perjanjian pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata termasuk perjanjian
asuransi. 3.
Prinsip keseimbangan indeminity principle Asas keseimbangan merupakan asas penting karena resiko yang
dialihkan kepada penanggung diimbangi dengan jumlah premi yang dibayar oleh tertanggung. Meskipun dapat diperjanjikan dengan resiko
yang ditanggung oleh penanggung, tidak berarti bahwa asas keseimbangan diabaikan. Kedua belah pihak yang mengadakan asuransi tetap harus
berprestasi secara timbal balik. Prestasi yang timbal balik ini merupakan ciri yang membedakan asuransi dengan perjanjian untung-untungan.
Asas keseimbangan mempunyai arti penting apabila terjadi enevemen yang menimbulkan kerugian. Kerugian yang harus diganti itu merupakan
kerugian yang sungguh-sungguh diderita oleh tertanggung. Diatur dalam pasal-pasal 252, 253 dan dipertegas dalam pasal 278 KUHD.
Universitas Sumatera Utara
4. Prinsip subrogasi
Menurut pasal 284 KUH Dagang : “seorang penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang dipertanggungkan, menggantikan
sitertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-orang ketiga berhubung dengan penerbitan kerugian tersebut, dan sitertanggung itu
adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak penanggung terhadap orang orang ketiga itu.”
Penggantian kedudukan semacam ini di dalam hukum perdata disebut subrogasi. Supaya ada subrogasi dalam asuransi diperlukan 2 dua
syarat yaitu :
32
a. Tertanggung mempunyai hak terhadap penanggung dan terhadap pihak
ketiga; b.
Adanya hak tersebut karena timbul kerugian sebagai akibat perbuatan pihak ketiga
Dalam hukum asuransi, apabila tertanggung telah mendapatkan hak pengganti kerugian dari penanggung, dia tidak boleh lagi mendapatkan hak
dari pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian itu. Hak kepada pihak ketiga itu beralih kepada penanggung yang telah memenuhi ganti kerugian
kepada tertanggung. Ketentuan ini bertujuan untuk mencegah jangan sampai terjadi bahwa tertanggung memperoleh ganti kerugian berlipat ganda,
yang bertentangan dengan asas keseimbangan atau memperkaya diri tanpa hak. Adapun tujuan dari subrogasi ini adalah :
32
Prinsip Asuransi, http:www.kesimpulan.com200905prinsip-asuransi.html, diakses pada tanggal 25 Juni 2012
Universitas Sumatera Utara
a. Untuk mencegah tertanggung memperoleh ganti kerugian melebihi hak
yang sesunguhnya; b.
Untuk mencegah pihak ketiga membebaskan diri dari kewajibannya membayar ganti kerugian.
5. Prinsip sebab akibat
Tidak setiap kerugian loss akibat enevemen harus mendapat ganti kerugian. Perlu diperhatikan lebih dahulu apakah enevemen yang ditanggung
oleh penanggung dan dicantumkan dalam polis. Antara enevemen yang terjadi dengan kerugian yang timbul ada hubungan klausal sebab-akibat.
Enevemen adalah sebab dan kerugian adalah akibat. Penanggung berkewajiban untuk mengganti kerugian kepada tertanggung apabila peristiwa yang menjadi
sebab timbulnya kerugian itu disebutkan dalam polis. 6.
Prinsip kontribusi Pada pasal 278 KUH Dagang disebutkan bahwa : “apabila dalam satu
satunya polis, meskipun pada hari-hari yang berlainan, oleh berbagai penanggung telah diadakan penanggungan yang melebihi harga, maka mereka
itu bersama sama, menurut keseimbangan daripada jumlah-jumlah untuk mana mereka telah menandatangani polis tadi, memikul hanya harga yang
sebenarnya yang dipertanggungkan.” Maksud dari isi pasal ini yakni apabila suatu polis ditandatangani
oleh berberapa penanggung, maka masing-masing penanggung itu hanya menanggung sesuai dengan imbangan dari yang sudah mereka tanda tangani
dalam polis.
Universitas Sumatera Utara
7. Prinsip follow the fortunes
Prinsip ini menghendaki bahwa tindakan penanggung ulang tidak boleh mempertimbangkan secara tersendiri terhadap objek asuransi,
akibatnya segala sesuatu termasuk peraturan dan perjanjian yang berlaku bagi penanggung pertama berlaku juga bagi penanggung ulang.
Prinsip ini hanya berlaku terhadap reasuransi. Penanggung ulang harus mengikuti suka duka penanggung pertama.
D. Pengertian dan Jenis-jenis Asuransi Kredit