C. Akibat Hukum Kredit Macet
Kredit macet merupakan persoalan antara bank dengan nasabahnya di bidang perkreditan. Persoalan kredit macet bukan merupakan hal baru dalam
dunia perbankan karena pemberian kredit mengandung risiko kemacetan. Dengan tidak mampunya debitur mengembalikan utang akan ada akibat-akibat
yang timbul. Adanya kredit macet akan menjadi beban bank karena kredit macet
menjadi salah satu faktor dan indikator penentu kinerja sebuah bank, oleh karena akibat yang ditimbulkan oleh kredit macet dalam perjanjian kredit yang
diberikan oleh bank adalah dilaksanakannya ketentuan atau klausul-klausul tertentu yang terdapat pada suatu perjanjian kredit apabila timbul keadaan
yang tidak diinginkan bank sebagai kreditur, seperti misalnya debitur tidak membayar sejumlah uang yang sudah diperjanjikan sebelumnya, maka hal
tersebut secara hukum menimbulkan hak pada kreditur atau pihak lain, untuk langsung melaksanakan salah satu klausul yang telah dilanggar si debitur itu.
Pihak kreditur mulanya akan memberikan teguran untuk melaksanakan kewajibannya tersebut. Apabila peringatan-peringatan itu tetap diabaikan,
bank akan langsung melaksanakan klausul yang terdapat dalam perjanjian kredit tersebut, yang dimaksud dengan kata “langsung” di sini adalah bahwa kreditur
dapat meminta pembayaran hutang kredit beserta bunganya sekaligus tanpa menunggu habisnya jangka waktu perjanjian kredit tersebut, dan apabila si debitur
tidak sanggup membayarnya, kreditur dapat langsung meminta agar debitur menjual jaminan kredit yang telah diberikannya, untuk dapat membayar hutang
kreditnya sekaligus.
Universitas Sumatera Utara
Serta yang saya ketahui juga dari proses wawancara dengan salah satu Pjs Kepala Unit di BRI Unit Laucimba akibat hukum dari kredit macet ini adalah :
Untuk pengikatan kredit pada BRI unit Laucimba yaitu : Untuk pinjaman 1 sd 24 juta belum ada dilakukan pengikatan jaminan,
untuk pinjaman 25 sd 50 juta pengikatan dengan surat kuasa membebankan hak tanggungan SKMHT, untuk pinjaman 51 sd 100 juta pengikatan dengan akta
materil atau surat kuasa menjual agunan. Kredit 25 juta sd 50 juta yang diikat dengan SKMHT setelah nasabah
menunggakmenjadi kredit macet, maka SKMHT akan ditingkatkan sertifikat hak tanggungan SHT yang pada akhirnya akan diteruskan ke Kantor Penyelamatan
Piutang dan Lelang Negara KPPLN untuk diadakan Pelelangan Agunan Nasabah. Untuk kredit 51 juta sd 100 juta yang diikat dengan akta notaril surat kuasa
menjual agunan akan ditindaklanjuti dengan cara penjualan agunan secara di bawah tangan yaitu tanpa melalui kantor KPPLN Prosedur Pelelangan
namun harus dengan persetujuan dari nasabah setelah nasabah menyatakan tidak sanggup lagi untuk memenuhi kewajibannya kepada bank.
41
D. Tindakan Penyelamatan Usaha Nasabah oleh Bank