Evaluasi Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Sesuai Psak Pasal 16 & 17 Serta Hubungannya Dengan Efisiensi Pada PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

(1)

SKRIPSI

EVALUASI PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP AKTIVA TETAP SESUAI PSAK PASAL 16 & 17 SERTA HUBUNGANNYA DENGAN

EFISIENSI PADA PT.PERKEBUNAN NUSANTARA II TANJUNG MORAWA

OLEH :

ANCILLA T 070503021

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyataka bahwa skripsi yang berjudul: Evaluasi

Perlakuan Akuntansi Terhadap Aktiva Tetap Sesuai Psak Pasal 16 & 17 Serta Hubungannya Dengan Efisiensi Pada PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa. Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain

dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas,

benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya

bersedia menerima sanksi yang ditetapkan universitas.

Medan, 19 Mei 2011 Yang membuat pernyataan

Ancilla Christy Tarigan Nim: 070503021


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih

dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai, membimbing, dan memberikan

kemampuan serta kekuatan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan

skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjanan Ekonomi pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera.

Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis belumlah

cukup untuk menyempurnakan skripsi ini oleh sebab itu penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi

ini lebih lanjut.

Atas bimbingan, bantuan serta nasehat dan doa yang telah penulis terima

selama penyusunan skripsi ini dan juga selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara, maka dengan segala kerendahan hati

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku sekretaris

Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera


(4)

3. Bapak Drs.Idhar Yahya, MBA, AK selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Dra. Mutia Ismail MM, Ak selaku Dosen Pembanding I dan Bapak

Drs. Syahelmi, MSi, Ak selaku dosen Pembanding II yang telah

memberikan saran dan nasehat dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Pimpinan dan karyawan PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung

Morawa Kebun Bandar Klippa. Terutama kepada Bapak Drs.Berani

Surbakti selaku Kepala Bagian Akuntansi beserta staf dan Bapak Drs.

Benhard Bangun selaku Manager Kebun Bandar Klippa yang begitu

banyak memberikan bantuan dan pengarahan serta kemudahan dalam

memperoleh berbagai data bagi keperluan penelitian penulis.

6. Orang Tua yang terkasih, Drs.SentosaTarigan, MSP dan Dra. Lucya

Tati Sembiring SE., kakak Chicha Febry Zwarina T SE, abang Julius G

dan Jeremy OG, yang telah memberikan kasih sayang dan dukungan

dalam segala hal bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Damai Sejahtera senantiasa menyertai kita.Amin.

Medan, 19 Mei 2011 Penulis

Ancilla Christy Tarigan Nim:070503021


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap perusahaan PT. Perkebunana Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa telah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17 dan telah efisien.

Jenis data yang digunakan adalah data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa dan data sekunder yakni data- data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan-tulisan berupa publikas dari objek penelitian serta bahan hasil perkuliahan yang berkaitan dengan akuntansi aktiva tetap. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif.

Hasil penelitian ini adalah bahwa perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap yang di miliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa telah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17 dan telah efisien.

Kata kunci : Aktivatetap, penggolongan aktiva tetap, Perolehan aktiva tetap, Penyusutan aktiva tetap, Penyajian aktiva tetap di neraca, Efisiensi.


(6)

ABSTRACT

This research aims to identify and evaluate whether the accounting treatment of fixed assets PT.Perkebunan Nusantara II TanjungMorawaKebun Bandar Klippa Company in accordance with PSAK No.16 and 17 and has been efficient.

The type of data usedare primary data that is obtained directly from PT.Perkebunan Nusantara II TanjungMorawakebun Bandar Klippa and secondary data is obtained by the books, the writings of the publication of the research object from lecturer that related to fixed asset accounting.Research methods used in this research is descriptive and comparative methods.

The results of this study is that the accounting treatment of fixed assets owned by PT.Perkebunan Nusantara II TanjungMorawaKebun Bandar Klippa in accordance with PSAK no.16 and 17 and has efficient.

Key word : Fixed Assets, Classification of fixed assets, Acquisition of fixed assets, Depreciation of fixed assets, Fixed assets on the balance sheet presentation, Efficiency.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN………..i

KATA PENGANTAR………... ii

ABSTRAK………...iv

ABSTRACT………....v

DAFTAR ISI………...vi

DAFTAR TABEL………....viii

DAFTAR GAMBAR………..ix

DAFTAR LAMPIRAN……….…..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 6

1.Pengertian Aktiva Tetap ... 6

2.Penggolongan Aktiva Tetap ... 7

3.Akuntansi Aktiva Tetap... 11

a. Perolehan Aktiva Tetap... 11

b. Penilaian Kembali Aktiva Tetap ... 17


(8)

d. Penyusutan Aktiva Tetap ... 21

e. Penghentian Aktiva Tetap dan Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan... 27

f. Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva Tetap Yang ditinjau dari segi Efisiensi... 31

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 32

C.Kerangka Konseptual ... 34

BAB II METODE PENELITIAN A. Sifat Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data ... 36

C. Teknik pengumpulan Data ... 36

D. Metode Penganalisaan Data... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan ... 38

B. Hasil Penelitian ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 69

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1 4.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 32

2 4.2 Areal statement Tahun 2011 50

3 4.3 Daftar No. Rekening Ak.Tetap 52

4 4.4 Metode Penyusutan Unit Produksi 63

5 4.5 Perbandingan Jumlah Realisasi Hasil Produksi Tanaman Kelapa sawit dengan jumlah RKAP Perusahaan untuk Tahun 2009

66

6 4.6 Perbandingan Jumlah Realisasi Hasil Produksi Tanaman Kelapa sawit dengan jumlah RKAP Perusahaan untuk Tahun 2010


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

1 2.1 Kerangka Konseptual 34


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Lampiran 1 Jadwal Penelitian 75

2 Lampiran 2 Daftar Kode No.Rekening Kebun 76

3 Lampiran 3 Daftar Potensi Produksi Kelapa Sawit 77

4 Lampiran 4 Neraca Percobaan PT.Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa

Tahun 2009

78

5 Lampiran 5 Neraca Percobaan PT.Perkebunan Nusantara

II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa

Tahun 2010


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi apakah perlakuan akuntansi aktiva tetap perusahaan PT. Perkebunana Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa telah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17 dan telah efisien.

Jenis data yang digunakan adalah data primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa dan data sekunder yakni data- data yang diperoleh dari buku-buku, tulisan-tulisan berupa publikas dari objek penelitian serta bahan hasil perkuliahan yang berkaitan dengan akuntansi aktiva tetap. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif.

Hasil penelitian ini adalah bahwa perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap yang di miliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa telah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17 dan telah efisien.

Kata kunci : Aktivatetap, penggolongan aktiva tetap, Perolehan aktiva tetap, Penyusutan aktiva tetap, Penyajian aktiva tetap di neraca, Efisiensi.


(13)

ABSTRACT

This research aims to identify and evaluate whether the accounting treatment of fixed assets PT.Perkebunan Nusantara II TanjungMorawaKebun Bandar Klippa Company in accordance with PSAK No.16 and 17 and has been efficient.

The type of data usedare primary data that is obtained directly from PT.Perkebunan Nusantara II TanjungMorawakebun Bandar Klippa and secondary data is obtained by the books, the writings of the publication of the research object from lecturer that related to fixed asset accounting.Research methods used in this research is descriptive and comparative methods.

The results of this study is that the accounting treatment of fixed assets owned by PT.Perkebunan Nusantara II TanjungMorawaKebun Bandar Klippa in accordance with PSAK no.16 and 17 and has efficient.

Key word : Fixed Assets, Classification of fixed assets, Acquisition of fixed assets, Depreciation of fixed assets, Fixed assets on the balance sheet presentation, Efficiency.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Perusahaan sebagai suatu bentuk dari organisasi, merupakan suatu

kelompok orang yang bekerja secara terpimpin dan terkendali dalam

memanfaatkan sumber daya yang sifatnya terbatas baik dari segi kualitas maupun

kuantitas dalam rangka pencapaian tujuan melalui kegiatan operasi. Pencapaian

tujuan terebut akan sangat dipengaruhi oleh cara pengelolaan sumber dayanya.

Oleh karena itu, pihak manajemen perusahaan harus membuat

kebijakan-kebijakan yang tepat dalam pengaturan dan pengawasannya.

Salah satu sumber daya yang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan

dalam menjalankan kegiatan operasionalnya adalah aktiva, baik aktiva tetap

berupa lahan/tanah, bangunan, mesin, dan peralatan lainnya maupun aktiva lancar

berupa kas, piutang, dan surat-surat berharga lainnya. Jika dengan aktiva lancar

perusahaan memperoleh aktiva tetapnya, maka aktiva tetaplah yang kemudian

berperan penting di dalam menghasilkan output berupa barang dan jasa serta

penerimaan kas melalui penjualan produksi yang merupakan salah satu sumber

dana utama bagi pelaksanaan kegiatan perusahaan selanjutnya. Aktiva tetap

merupakan salah satu aset terpenting yang dimiliki oleh perusahaan yang

digunakan untuk mendukung kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh

pendapatan (Hadri , 2008).

Secara umum aktiva tetap memiliki nilai yang relatif besar, digunakan


(15)

dalam memberikan manfaat bagi perusahaan, (kecuali tanah) dan disajikan

sebagai salah satu pos neraca serta turut berpengaruh dalam laporan laba rugi

perusahaan melalui pos biaya penyusutan dan biaya-biaya yang dikeluarkan

sehubungan dengan penggunaannya. Aktiva tetap dapat diperoleh dengan

berbagai cara, antara lain : pembelian tunai, pembelian secara angsuran,

pertukaran dengan aktiva lain, penerbitan sekuritas, membangun sendiri, donasi

atau penemuan dan sewa guna usaha modal. Aktiva tetap yang dimiliki oleh

setiap perusahaan mungkin akan berbeda jenisnya, tergantung pada ukuran

perusahaan dan bidang usaha dari masing-masing perusahaan seperti halnya

peranan penting aktiva tetap tanaman menghasilkan pada perusahaan perkebunan.

Saat ini, kegiatan usaha perkebunan di Indonesia mengalami perkembangan yang

terus berkesinambungan dari waktu ke waktu, dimana keberadaan infrastruktur

pendukung yang memadai menjadi kunci dibalik perkembangannya tersebut.

Mengingat pentingnya peranan aktiva tetap tanaman menghasilkan dalam

mencapai tujuan pada perusahaan perkebunan maka salah satu bentuk

infrastruktur pendukung yang diperlukan adalah ketentuan-ketentuan yang terkait

dengan akuntansi yang diatur di dalam PSAK Pasal 16 dan 17 terhadap aktiva

tetap tanaman menghasilkan yang meliputi harga perolehan, metode penyusutan

aktiva tetap terhadap tanaman menghasilkan dan penyajiannya dalam laporan

keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Di dalam

laporan keuangan, aktiva tetap tanaman menghasilkan ( TM) disajikan sebagai


(16)

biaya- biaya yang dikeluarkan sampai tanaman tersebut dapat menghasilkan,

setelah dikurangi akumulasi deplesi.

Kesalahan dalam pengalokasian biaya diantara berbagai pos aktiva baik

secara langsung maupun tidak langsung pada akhirnya akan mempengaruhi

pengukuran laba-rugi suatu perusahaan untuk serangkaian periode akuntansi.

Umumnya aktiva yang disusutkan merupakan bagian yang signifikan dari jumlah

(total) aktiva secara keseluruhan. Oleh karenanya, penyusutan suatu aktiva yang

disusutkan dapat berpengaruh signifikan pula dalam menentukan dan menyajikan

posisi keuangan (neraca) dan laporan laba rugi. PT.Perkebunan Nusantara II

(Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang

bergerak di bidang perkebunan dengan 5 komoditi unggulan yakni kelapa sawit,

tembakau, tebu, coklat dan karet.

Kelapa sawit, sebagai salah satu komoditi unggul yang dimiliki oleh

PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) merupakan jenis tanaman keras yang

diusahakan pada areal seluas 61.577 ha, dengan kontribusi terbesar dalam hal

pemasukan pendapatan melalui kegiatan pengolahan biji kelapa sawit menjadi

CPO (Crude Palm Oil). PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) memiliki peranan

penting di dalam perekonomian melalui kegiatan ekspor yang sangat berarti dalam

meningkatkan cadangan devisa negara, disamping juga turut memenuhi kebutuhan

dalam negeri. Selain memiliki aktiva tetap berupa bangunan, mesin dan peralatan

lainnya, PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Bandar

Klippa juga memiliki aset tanaman yang juga digolongkan sebagai aktiva tetap,


(17)

tanaman belum menghasilkan (TBM) dan Aktiva tetap tanaman menghasilkan

(TM).

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa aktiva tetap tanaman memiliki peranan

yang sangat penting di dalam perusahaan perkebunan.Oleh karena itu perlakuan

akuntansinya perlu diterapkan dengan benar yang berpedoman pada Standar

Akuntansi Keuangan.Agar kegiatan perusahaan dapat berjalan dengan baik, maka

aktiva tetap juga harus berada dalam keadaan baik pula.Aktiva tetap disini adalah

aktiva tetap Tanaman Menghasilkan (TM) Kelapa Sawit.Perbedaan penelitian ini

dengan beberapa penelitian terdahulu yakni terletak pada objek dan lokasi

penelitian.

Berdasarkan uraian diatas,maka penulis termotivasi untuk membahas masalah

yang berkaitan dengan akuntansi aktiva tetap yang dilakukan oleh perusahaan dan

membandingkannya dengan teori-teori dan Standar Akuntansi Keuangan yang

ada.Untuk itu penulis memilih judul : Evaluasi Perlakuan Akuntansi Terhadap

Aktiva Tetap Sesuai PSAK Pasal 16 dan 17 serta Hubungannya dengan Efisiensi

pada PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Bandar

Klippa.

B. Perumusan Masalah

Dari pemaparan latar belakang masalah yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Apakah perlakuan akuntansi terhadap Aktiva Tetap Tanaman yang Belum


(18)

diterapkan oleh PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun

Bandar Klippa sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17 dan sudah efisien ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui dan mengevaluasi apakah perlakuan akuntansi

aktiva tetap perusahaan PT.Perkebunan Nusantara II

(Persero)Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa telah sesuai dengan

PSAK pasal 16 dan 17 dan telah efisien.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang akuntansi aktiva

tetap pada perusahaan.

2. Untuk menjadi bahan masukan bagi manajemen perusahaan dalam

menilai kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan selama ini

3. Sebagai referensi bagi mahasiswa Fakultas Ekonomi USU


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Pengertian Aktiva Tetap

Menghasilkan output berupa barang dan jasa serta penerimaan kas

melalui penjualan produksi merupakan peran penting daripada aktiva tetap. Aktiva

tetap yang digunakan setiap perusahaan tidaklah seragam oleh karena jenis bidang

usahanya yang juga berbeda. Standar Akuntansi Keuangan mendefinisikan bahwa

aktiva adalah sumber daya yang dikuasai perusahaan sebagai akibat dari peristiwa

di masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan

diperoleh perusahaan (SAK, 2004).

Sedangkan aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang

diperoleh dalam bentuk siap pakai baik melalui pembelian maupun dibangun

lebih dahulu yang digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan serta tidak

dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan

mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (Surat Edaran Bapepam,

2002).Dimana aktiva tetap adalah aset berwujud (SAK, 2007) yang:

a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang

dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan

administratif


(20)

Dari kutipan diatas penulis memperoleh pemahaman bahwa aktiva tetap

adalahhak milik perusahaan yang digunakan secara terus-menerus demi

menunjang kegiatan operasional perusahaan yang masa manfaatnya lebih dari satu

tahun. Selain defenisi diatas, ada juga ahli yang menjelaskan aktiva tetap melalui

ciri-ciri yang melekat padanya.

Aktiva operasi tidak lancar berwujud akan memiliki ciri-ciri yang khas,

aktiva tersebut akan mempunyai peranan dalam pengadaan jasa produktif selama

umur ekonomisnya, umur ekonomis atau masa manfaatnya akan lebih dari dari

satu tahun, substansi fisik dari aktiva ini akan sangat membedakannya dengan

aktiva operasi yang tidak berwujud seperti goodwill, paten dan hak cipta, serta

tujuan kepemilikan aktiva ini yang dimaksudkan untuk tujuan produktif dan

bukan dimaksudkan untuk diperjualbelikan dalam kegiatan normal perusahaan

(Santoso, 2009).

2. Penggolongan Aktiva Tetap

Aktiva tetap yang dimiliki oleh setiap perusahaan mungkin akan berbeda

jenisnya, tergantung pada ukuran perusahaan dan bidang usaha dari

masing-masing perusahaan. Aktiva tetap bukan hanya berbentuk bangunan atau

mesin.Pada perusahaan perkebunan tanaman termasuk salah satu aset perusahaan

karena tanaman merupakan sumber daya yang dikuasai perusahaan sebagai akibat

dari peristiwa di masa lalu yang memberikan manfaat ekonomi bagi perusahaan

selama lebih dari satu periode akuntansi.Penggolongan aktiva tetap berdasarkan

umur, perlakuan aktiva tetap (disusutkan atau tidak disusutkan) dan jenis


(21)

1) Berdasarkan umur aktiva tetap dibedakan atas aktiva tetap yang

umurnya tidak terbatas dan aktiva tetap yang umurnya terbatas, yaitu sebagai

berikut:

a) Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas

Aktiva tetap ini tidak perlu dilakukan penyusutan terhadap harga

perolehan, karena pada dasarnya nilai dari aktiva ini tidak akan

menurun sekalipun umurnya bertambah, misalnya : tanah.

b) Aktiva tetap yang umurnya terbatas

Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa

manfaatnya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis. Misalnya :

tanaman coklat, apabila sudah habis masa manfaatnya maka bisa

diganti lagi dengan tanaman coklat. Untuk aktiva ini dilakukan

penyusutan terhadap harga perolehannya.

2) Berdasarkan perlakuan aktiva tetap dibedakan berdasarkan

disusutkan atas tidak disusutkan.

a) Aktiva tetap yang disusutkan, setiap periodenya karena

diasumsikan aktiva tersebut akan mengalami penurunan

kemampuan untuk memberikan jasanya. Misalnya : kendaraan,

mesin, peralatan

b) Aktiva tetap yang tidak disusutkan, setiap periodenya karena

diasumsikan aktiva tersebut tidak mengalami penurunan


(22)

3) Berdasarkan jenisnya aktiva tetap dibedakan atas

tanah, bangunan,peralatan, mesin-mesin, perkakas, perabot dan

kendraan.

a) Tanah adalah lahan tempat perusahaan untuk melakukan

kegiatan usaha, misalnya sebagai tempat bangunan, parkir, dan

lain-lain. Tanah memiliki umur tidak terbatas, tanah tidak

mengalami proses keausan, kerusakan sehingga tidak perlu

dilakukan penyusutan. Berbeda dengan hak atas tanah, dimana

hak atas tanah harus disusutkan karena hak atas tanah ini

memiliki masa pakai. Diatas tanah terdapat kekayaan alam

seperti minyak bumi, maka pencatatannya juga harus dibuat

terpisah

b) Bangunan, adalah harta yang dimiliki perusahaan yang

biasanya digunakan sebagai kantor, pabrik, toko dan lain-lain

c) Peralatan, adalah harta perusahaan yang meliputi alat-alat

perlengkapan yang digunakan dalam operasi perusahaan yang

meliputi alat-alat perlengkapan seperti peralatan kantor, pabrik,

peralatan laboratorium dan lain-lain

d) Mesin-mesin, adalah aktiva tetap perusahaan berupa alat-alat

yang digunakan untuk menjalankan operasi perusahaan berupa

proses produksi maupun yang digunakan untuk kelancaran

usaha sehari-hari seperti: mesin pabrik, pembangkit tenaga


(23)

e) Perkakas, adalah aktiva tetap perusahaan berupa alat-alat kecil

yang digunakan untuk kegiatan produksi yang ada pada

umumnya mempunyai nilai relatif kecil dan umur pendek,

misalnya : martil, obeng, alat pelubang dan lain-lain

f) Perabot, adalah aktiva tetap perusahaan yang biasanya terdapat

dibagian kantor meliputi : meja, kursi, dan lain-lain

g) Kendaraan, yaitu alat transportasi yang dipergunakan

perusahaan untuk membantu kegiatan usahanya yaitu : truk,

pick up, bus, gerobak dan lain-lain.

Aktiva tetap tanaman perkebunan digolongkan atas tanaman menghasilkan

dan tanaman belum menghasilkan (Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar

Modal ,2002) :

a. Tanaman Menghasilkan, tanaman ini adalah tanaman keras (tanaman yang

memerlukan waktu pemeliharaan lebih dari satu tahun sebelum dapat dipanen

secara komersial pertama kali) yang dapat dipanen lebih dari satu kali yang

telah menghasilkan secara komersial . Tanaman kelapa sawit dapat mulai

dipanen pada usia 3 tahun. Rincian potensi produksi kelapa sawit dapat di

lihat pada lampiran 3.

b. Tanaman Belum Menghasilkan,

Yang termasuk ke dalam tanaman belum menghasilkan dapat berupa

semua jenis tanaman yang dapat dipanen lebih dari satu kali. Bakal tanaman atau


(24)

persemaian juga termasuk ke dalam golongan tanamam belum menghasilkan

(TBM) ketika bibit tersebut sudah digunakan oleh perusahaan sendiri untuk

menghasilkan secara komersial.

3.Akuntansi Aktiva Tetap a. PerolehanAktiva Tetap

Aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan operasional setiap perusahaan

tidaklah diperoleh dengan cara dan biaya yang sama. Prinsip dasar yang

digunakan dalam pencatatan perolehan aktiva operasi tidak lancar tersebut

lazimnya menggunakan harga perolehan. Harga perolehan adalah suatu jumlah

yang meliputi harga belinya (purchasing price) dan Pajak Pertambahan Nilai

(PPN) Masukan yang tidak boleh direstitusikan (non-refundable)ditambah dengan

seluruh biaya – biaya yang dikeluarkan yang dapat diatribusikan secara lansung

dalam membawa aktiva tersebut mulai aktiva dipesan sampai dengan siap

digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya, misalnya: biaya pengangkutan,

biaya asuransi, biaya instalasi, biaya sewa, biaya profesional termasuk biaya uji

coba produksi (trial production) ( Santoso, 2009).

Demikian juga halnya dengan aktiva tetap tanaman menghasilkan (TM) yang

dimiliki oleh perusahaan perkebunan. Biaya perolehan aktiva tetap tanaman

menghasilkan adalah semua biaya- biaya yang dikeluarkan sampai tanaman

tersebut dapat menghasilkan (Surat Edaran Ketua Bapepam,2002). Adapun

biaya-biaya tersebut antara lain :


(25)

b. biaya pembibitan dan penanaman yakni proses pengelolaan bibit tanaman

agar siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.

c. biaya pemeliharaan berupa pemeliharaan tanaman melalui proses

pertumbuhan dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk.

d. biaya pemungutan hasil yakni proses pengambilan atau panen atas produksi

tanaman untuk dijual atau dibibitkan kembali.

Untuk Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang termasuk ke dalam biaya

perolehannya antara lain terdiri dari biaya persiapan lahan, penanaman,

pemupukan dan pemeliharaan. Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas

yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk

memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat

diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai

dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. (Standar Akuntansi

Keuangan,2007)

Ada beberapa cara untuk memperoleh aktiva tetap (Harahap, 1995) ,yaitu :

1) Pembelian kontan

Nilai perolehan aktiva yang didapatmelalui transakasi pembelian tunai diukur

dengan jumlah uang yang dibayarkan. Aktiva tersebut kemudian dicatat sebesar

uang yang dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya-biaya lain

sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga yang

diberikan, baik karena pembelian dalam partai besar maupun karena pembayaran


(26)

nilai cost.Jika potongan harga ini tidak dimanfaatkan perusahaan maka harus

dilaporkan sebagai Discount Lost atau Interest Expense.

Jika beberapa aktiva dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump sum)

maka harus dipisahkan nilai masing aktiva. Harga perolehan dari

masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan

mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar

masing-masing aktiva yang bersangkutan ( SAK, 2004 ). Angka perbandingan

yang dapat dipakai dalam menentukan nilai masing-masing ialah:

1) Harga pasar yang wajar, jika harga ini tidak ada, maka:

2) Harga penilaian menurut lenbaga penilaian yang objective (independent

appraisal company).

Jika aktiva bekas dibeli maka harus dicatat sebesar harga beli ditambah

biaya-biaya reparasi dan perbaikan sehingga bisa dipakai, tidak perlu

diperhatikan nilai buku (book value) dari pihak yang menjual.

2) Pembelian secara kontrak jangka panjang

Saat ini perolehan real estate atau aktiva lainnya sering dilakukan dengan

kredit jangka panjang. Kewajiban pembeli kemudian akan dinyatakan melalui

Notes, Surat berharga, Bukti utang hipotik dan lain-lain. Pembelian semacam ini

biasanya dibayar dalam beberapa kali angsuran dengan syaratpenambahan bunga.

Pembebanan bunga dapat dilakukan atas dua kemungkinan yakni secara flat dan

berdasarkan sisa utang.


(27)

Jika aktiva tetap diperoleh dengan menggunakan saham/ obligasi , maka

nilai perolehan aktiva tersebut harus diukur berdasarkan harga pasar dari ekuitas

yang di serahkan dalam transaksi atau harga pasar aktiva yang didapat ( mana

yang paling jelas diukur).

4) Diterima dari sumbangan atau ditemukan sendiri

Aktiva ini akan dicatat sesuai dengan harga pasar yang wajar atau

berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh perusahaan/pihak penilai yang

independen (Appraisal Company), dan dikredit modal donasi (Donated Capital).

Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran

atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi” (SAK,

2002 ).

5) Dibangun sendiri

Biaya perolehan suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri ditentukan

menggunakan prinsip yang sama seperti suatu aktiva yang diperoleh. Jika suatu

perusahaan membuat aktiva serupa untuk dijual dalam keadaan usaha normal,

biaya perolehan aktiva biasanya sama dengan biaya memproduksi aktiva

untukdijual. Karenanya, setiap laba internal dieliminasi dalam menetapkan biaya

tersebut.

Demikian pula biaya dari jumlah yang abnormal dari bahanbaku yang tak

terpakai, tenaga kerja, atau sumber daya lain yang terjadi dalam memproduksi

suatu aktiva yang dikonstruksi sendiri tidak dimasukkan dalam biaya perolehan

aktiva. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.26 tentang Akuntansi Bunga


(28)

bunga dapat diakui sebagai suatu komponen biaya aktiva tetap ( SAK, 2004).

Adapun alasan yang menjadi pendorong perusahaan untuk membangun atau

membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan dalam kegiatan operasinya antara

lain : untuk menekan biaya konstruksi dengan memanfaatkan fasilitas yang

menganggur dan keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik.

Dalam persoalan aktiva yang dibangun sendiri ini ada tiga permasalahan.

a. Biaya overhead yang dibebankan

Seperti yang telah diketahui biaya suatu produk terdiri dari:

1) Bahan langsung

2) Upah langsung

3) Biaya tidak langsung (overhead cost)

Untuk menetapkanbiaya overhead yang akan dibebankan terhadap produk yang

dibangun sendiri maka dapat digunakan metode IncrementalCost dan metode

proportional.

b. Laba Rugi dari Pembangunan Sendiri

Apabila biaya pembangunan itu lebih rendah ketika bangunan diborongkan maka

perlu dipertanyakan mengapa biaya itu lebih tinggi. Jika biaya itu lebih tinggi

disebabkan hal-hal yang tidak efisien atau karena kelalaian maka harus dicatat

sebagai rugi. Jadi harga pokoknya dicatat sebesar berapa biaya yang

sesungguhnya dikeluarkan untuk pembangunan tersebut dengan metode diatas.

c. Biaya Bunga Dalam Masa Pembangunan

Jika dalam pembangunan itu digunakan dana atau kredit dari luar perusahaan


(29)

bunga. Bunga yang dihitung dari penggunaan modal sendiri atau imputed interest

tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok aktiva tetap.

Bunga yang boleh dibebankan terhadap harga pokok menurut Financial

Accounting Standart Board (FASB) statement No.34 adalah:

1) Bunga dari pinajaman benar-benar dibayarkan dan pinjaman itu

memang benar-benar merupaka keharusan.

2) Bunga yang dibebabnkan hanya selama periode pembangunan berjalan

3) Tarif bunga adalah Interest Cost”.

6) Diperoleh secara pertukaran

Suatu aktiva dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa

yang memiliki masa manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan

memiliki suatu nilai wajar yang serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam

pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam keadaan tersebut,

karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap, tidak ada

keuntungan atau kerugian dalam transaksi.

Sebaliknya, biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari

aktiva yang dilepaskan. Tetapi, nilai wajar aktiva yang diterima dapat

menyediakan bukti dari suatu pengurangan (impairment) aktiva yang dilepaskan.

Dalam keadaan ini aktiva yang dilepaskan diturun-nilai buku-kan (write down)

dan nilai turun nilai buku (write down) ini ditetapkan untuk aktiva baru.

Contoh dari pertukaran aktiva serupa termasuk pertukaran pesawat

terbang, hotel, bengkel dan property real estate lainnya. Jika aktiva lain seperti


(30)

bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa ( SAK

,2004). Bila perolehan aktiva operasi tidak lancar dilakukan dengan cara

pembelian tunai (cash purchases), maka pengukuran harga perolehan akan mudah

dilakukan, yaitu berapapun jumlah uang tunai yang dibayarkan dalam rangka

perolehan suatu aktiva sampai aktiva tersebut mencapai kondisi kerja yang sesuai

dengan yang diharapkan (sampai aktiva tersebut siap pakai sesuai dengan tujuan

perolehannya ) maka jumlah itulah yang akan menjadi harga perolehan.

Tetapi akan lebih sulit dalam pengukuran harga perolehan bila cara prolehannya

tidak dengan cara tunai (Santoso,2009). Ada dua cara untuk memperoleh aset

tanaman yakni melalui pembelian bibit dan pembelian pokok yang siap untuk

ditanam. Pada PT.Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa, Kebun

Bandar Klippa, aset tanamannya diperoleh melalui pembelian bibit.

b. Penilaian Kembali Aktiva Tetap

Nilai dari suatu aktiva tetap akan diketahui melalui harga perolehannya yakni

biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva sampai aktiva tersebut siap

untuk difungsikan. Terhadap aktiva tetap tersebut kemudian akan dilakukan

revaluasi atau penilaian kembali ketika pemiliknya merasa bahwa harga perolehan

aktiva tersebut tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar oleh karena adanya

perkembangan moneter. Penilaian kembali atau revaluasi aktiva tetap pada

umunya tidak diperkenankan, karena Standar Akuntansi Keuangan menganut

penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga pertukaran.

Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan


(31)

penyimpangan dari konsep harga perolehan didalam penyajian aktiva tetap serta

pengaruh penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan perusahaan.

Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku (nilai tercatat) aktiva tetap

dibukukan dalam akun modal dengan nama selisih penilaian kembali aktiva tetap

(SAK,2004).

Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat

diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada

tanggal revaluasian dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi

penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan

dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat

tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan

nilai wajar pada tanggal neraca ( SAK, 2007). Terhadap aset tanaman

menghasilkan, revaluasi akan dilakukan karena adanya kemungkinan

berkurangnya jumlah TBS (Tandan Buah Segar) yang bisa dihasilkan dari satu

pohon kelapa sawit.

Revaluasi atau penilaian kembali dapat dilakukan terhadap seluruh aktiva

tetap (revaluasi total) ataupun atas sebagian aktiva (revaluasi parsial) berdasarkan

nilai wajar aktiva tetap pada saat penilaian dilakukan yang ditetapkan oleh

perusahaan penilai atau penilai yang diakui oleh pemerintah. Dua kemungkinan

hasil dari kegiatan penilaian kembali, yaitu penilaian lebih rendah (devaluation)

dan penilaian lebih tinggi (appreciation). Penilaian lebih rendah terjadi ketika


(32)

Dan apabila hal ini terjadi maka akan mempengaruhi perkiraan aktiva dan

akumulasi penyusutan. Jika nilai revaluasi lebih tinggi dari nilai cost maka akan

memperngaruhi perkiraan aktiva tetap dan dampaknya akan menambah perkiraan

modal. Ada beberapa keadaan yang membenarkan terjadinya penyimpangan dari

prinsip harga perolehan yakni karena adanya perubahan harga perolehan aktiva

tetap dalam laporan keuangan yang tidak lagi mencerminkan nilai yang wajar

serta adanya perubahan taksiran umur aktiva tetap oleh sebab kesalahan

penaksiran. Terhadap kesalahan penaksiran umur aktiva tetap maka tindakan

perbaikan yang dapat dilakukan yakni dengan cara melakukan perubahan terhadap

perhitungan penyusutan untuk sisa umur aktiva tetap sehingga dapat

diseimbangkan kesalahan-kesalahan yang terjadi (Kartini, 2006).

c. Pengeluaran Aktiva Tetap

Ketika aktiva tetap digunakan dalam rutinitas operasi perusahaan maka

suatu saat aktiva tetap tersebut pasti akan mengalami masalah, sehingga

memerlukan perbaikan. Untuk Tanaman Belum Menghasilkan dan Tanaman

Menghasilkan biaya perbaikan yang dimaksud ialah biaya pemeliharaan, misalnya

biaya pemupukan, dan perlindungan tanaman.Didalam akuntansi ada dua

perlakuan terhadap biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan aktiva tetap. Ada 2

pedoman yang umumnya dipakai untuk menentukan status biaya perbaikan aktiva

tetap, apakah diperhitungkan kedalam aktiva tetap atau hanya diperhitungkan

sebagai biaya berjalan (Mulya,2008).

Suatu biaya akan diperhitungkan sebagai aktiva tetap biasanya apabila


(33)

dengan nilai bukunya serta memberi dampak terhadap pertambahan masa manfaat

aktiva tetap tanpa melihat besar kecilnya biaya perbaikan. Suatu biaya akan

dimasukan ke dalam biaya operasional biasanya apabila biaya perbaikan aktiva

tetap tersebut jumlahnya relative kecil jika dibandingkan dengan nilai bukunya

dan tidak menambah masa manfaat aktiva tetap. Pengeluaran setelah perolehan

awal suatu aktiva tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang

kemungkinan besar memberi manfaat keekonomian di masa yang akan datang

dalam bentuk peningkatan kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar

kinerja, harus ditambahkan pada jumlah tercatat aktiva yang bersangkutan

(Standar Akuntansi Keuangan, 2004).

Secara umumpengeluaran itu ada dua macam yakni pengeluaran biaya (revenue

Expenditures) dan pengeluaran modal (Capital Expenditures). Ada beberapa

pedoman dalam penentuan pengeluaran sebagai pengeluaran biaya atau sebagai

pengeluaran modal yakni sebagai berikut (Harahap,1995):

1. Segi Keuntungan

Jika pengeluaran itu memberikan keuntungan selama lebihdari 1 tahun dalam arti

pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagai

Revenue Expenditure. 2. Kebiasaan

Jika pengeluaran itu meupakan pengeluaran yang sifatnya lazim dan rutin

dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai Revenue

Expendituressedangkan jika pengeluaran itu sifatnya tidak lazim maka dianggap sebagai Capital Expenditure.


(34)

3. Jumlah

Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting biasanya

dianggap sebagai Capital Expenditure sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil

dianggap sebagai Revenue Expenditure.

Ada beberapa contoh pengeluaran yakni penambahan atau perluasan aktiva

yang ada.Penggantian aktiva dengan aktiva lainnya yang lebih baik.Penyusunan

kembali dan pemasangan kembali. Serta reparasi yakni pengeluaran yang

mempertahankan aktiva berada dalam kondisi untuk operasi (Kieso et al.,2002)

d. Penyusutan Aktiva Tetap

Seiring dengan kegiatan operasional perusahaan maka aktiva tetap

berwujud secara barangsur-angsur kemampuannya untuk memberikan manfaat

ekonomi akan berkurang. Untuk itu perlu diambil suatu kebijakan akuntansi

dalam mengalokasikan biaya perolehan yang sebanding dengan jasa yang

diberikannya selama masa manfaat aktiva teteap tersebut.Penyusutan adalah

alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang

diestimasi untuk periode akuntansi dan dibebankan ke pendapatan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Aktiva yang dapat disusutkan adalah aktiva

yang (Standar Akuntansi Keuangan,2004)

1) Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode

akuntansi;dan


(35)

3) Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau

memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan

administrasi.

Penyusutan secara terpisah harus dilakukan terhadap setiap bagian aset tetap

yang memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan terhadap total biaya

perolehan seluruh aset tersebut (Standar Akuntansi Keuangan,2007). Penyusutan

merupakan suatualokasidari harga perolehan kepada periode-periode yang

menikmati dan tidak ada hubungannya dengan suatu usaha untuk pemupukan

dana dalam rangka mengganti aktiva apabila aktiva tersebut rusak atau tidak

dipakai lagi dimana pengalokasian yang dimaksud harus dilakukan secara

sistematis dan rasional (Subroto,1991). Melalui defenisi diatas dapat kita

simpulkan bahwa penyusutanmerupakan alokasi yang sistematis dan rasional

dalam membebankan biaya dan bukan merupakan pengumpulan dana untuk

menggantikan aktiva tersebut. Penyusutan bukanlah teknik penilaian atas aktiva

tetap melainkan suatu pengakuan terhadap penurunan nilai ekonomis dari suatu

aktiva.

Beberapa faktor yang relevan dalam menentukan beban penyusutan yakni:

1) Harga pokok dari aktiva,yaitu seluruh pengeluaran yang bersangkutan

dengan perolehan dan persiapannya hingga dapat digunakan, meliputi

antara lain harga faktur, ongkos percobaan, dan biaya- biaya lain

sampai aktiva tetap tersebut siap untuk digunakan.

2) Nilai sisa atau suatu jumlah rupiah yang diharapkan dari pemberhentian


(36)

Nilai residu dan umur manfaat setiap asset tetap harus di-review

minimum setiap akhir tahun buku dan apabila ternyata hasil reviw

berbeda dengan estimasi sebelumnya maka perbedaan tersebut harus

diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi sesuai dengan

PSAK no.25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan,

Koreksi Kesalalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi

(Standar Akuntansi Keuangan, 2007).

3) Taksiran umur aktiva, sebagai alat yang digunakan untuk mengukur

jumlah unit atau jasa yang diharapkan dari aktiva tetap tersebut,

sebelum aktiva tetap itu diberhentikan. Umur ekonomis dapat diukur

dengan satuan waktu, seperti misalnya tahun dan bulan, atau satuan

kegiatan atau hasil, seperti misalnya : jam mesin dan jumlah ton yang

dihasilkan.

Ketika aktiva tetap disusutkan maka akan dicatat dengan mendebetbiaya

penyusutan aktiva dan mengkredit akumulasi penyusutan. Demikian juga halnya

dengan aktiva tetap tanaman menghasilkan, penyusutan terhadap aktiva tetap

tanaman akan dimulai pada saat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

direklasifikasi ke Tanaman menghasilkan (TM). Penyusutan aktiva tetap tanaman

akan diakui sebagai beban produksi dan akumulasi penyusutannya akan disajikan

sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.

Yang dimaksud dengan biaya penyusutan adalah rekening nominal yang


(37)

penyusutan adalah rekening real dan merupakan pengurang daripada aktiva yang

bersangkutan.

Ada beberapa metode penyusutan yang dipakai di dalam prakek akuntansi

(Harahap, 1995) yakni:

a. berdasarkan waktu:

1) metode garis lurus (straight-line method)

Metode garis lurus adalah metode alokasi harga perolehan yang

mendasarkan alokasi tersebut pada waktu pemakaian, yang jumlah biaya

penyusutannya akan tetap dari waktu ke waktu. Oleh karena cara penentuannya

yang sangat sederhana yakni hanya dengan cara membagi harga perolehan yang

disusutkan dengn taksiran umur maka metode ini adalah metode yang paling

banyak dipakai.

Rumus untuk menghitung beban penyusutan garis lurus adalah:

D= C-R

n

C = Harga perolehan

R= Estimasi nilai residu

n= Estimasi umur dalam tahun, jam pemakaian, atau unit out put

r = Tarif penyusutan per periode

D= Beban penyusutan periodik

2) metode pembebanan yang menurun:


(38)

adalah metode yang mendasarkan alokasinya berdasarkan jumlah

angka-angka tahun dari umur aktivanya.

b. metode saldo menurun

metode ini menghitung beban penyustan dengan cara menggunakan

persentase yang dihitung melalui rumus tertentu dan dikalikan dengan nilai

bukunya, sehingga makin lama beban penyusutannya akan semakin mengecil.

Tarif persentase tersebut tetap tiap tahunya. Persentase tersebut dihitung sebagai

berikut:

r = 1-

r = ratio =taif penyusutan

n = taksiran umur manfaat

S = salvage value = nilai residu

C= Cost= harga perolehan

c. metode saldo menurun ganda (double declining balance method)

adalah metode yang mengalokasikan harga perolehan dengan tarif tetap,

tarif penyusutan yang tetap tersebut dikalikan dengan nilai buku aktiva sehingga

akan menghasilkan beban penyusutan per periode yang menurun dari periode ke

periode. Cara yang paling mudah untuk mendapatkan beban penyusutan dengan

metode saldo menurun ganda adalah dengan melipat duakan tarif penyusutan garis

lurus.

Dengan metode garis lurus, tariff depresi dihitung dari 100% : n, dimana n adalah

taksiran masa manfaat. Jika taksiran masa manfaat aktiva adalah 4 tahun, beban


(39)

3) metode annuity (annuity method )

metode anuitas adalah metode yang menganggap aktiva tetap sebagai aktiva

yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Penyusutan dianggap

merupaka angka bunga yang diperhitungkan atas harga pokok asset yang belum

disusutkan ditambah akumulasi penyusutan.

4) metode sinking fund

adalah metode yang menganggap bahwa penyusutan sebagai kenaikan nilai

dari dana yang dikumpulkan untuk pergantian aktiva. Penyusutan diasumsikan

sebagai dana yang dikumpulkan untuk mengganti aktiva itu pada akhir umur

ekonomisnya.

b. berdasarkan penggunaan:

1) metode jam-jasa (service-hours method)

hampir sama dengan metode hasil produksi, yang membedakannya ialah bahwa

besar kecil penyusutan didasarkan pada jumlah jam jasa yang dihasilkan oleh

aktiva yang bersangkutan.

2) metode jumlah unit produksi (productive-output method)

metode jumlah unit produksi dan metode jam jasa adalah metode- metode yang

alokasinya mendasarkan pada faktor pemakaian, besar kecilnya penyusutan akan

ditentukan oleh banyak sedikitnya pemakaian aktiva yang bersangkutan.

c. berdasarkan kriteria lainnya:

metode berdasarskan kelompok dan gabungan (group and composite method)

1)metode penyusutan kelompok adalah metode digunakan untuk


(40)

memiliki jenis yang sama, harga perolehan yang sama dan umur

yang sama atau hampir sama, dalam metode ini aktiva sejenis

akan dikelompokkan sebagai kelompok tersendiri.

2)Sedangkan metode penyusutan gabungan adalah metode

penyusutan yang dipergunakan untuk sekelompok aktiva yang

jenisnya tidak sama baik dari segi harga perolehan maupun

umurnya.

Untuk Tanaman Menghasilkan Budidaya Kelapa Sawit pada PT.Perkebunan

Nusantara II (Persero) Kebun Bandar Klippa metode penyusutan yang digunakan

ialah metode garis lurus dengan taksiran umur 25 tahun.Dimana penyusutan akan

dimulai ketika Tanaman Belum Menghasilkan direklasifikasi ke Tanaman

menghasilkan.

e. Penghentian Aktiva Tetap Dan Pengungkapandalam Laporan Keuangan 1)Penarikan Aktiva tetap

Seiring perjalanan operasional perusahaan setiap aktiva tetap yang telah

digunakan secara terus-menerus pada akhirnya akan mengalami kerusakan

sehingga tidak akan dapat dipergunakan lagi.

Jumlah tercatat asset tetap dihentikan pengakuannya pada saat :

a) dilepaskan; atau

b) tidak ada manfaat ekonomis masa depan yang diharapkan dari


(41)

Laba atau rugi yang timbul dari penghentiaan pengakuan asset tetap harus

dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat asset tersebut dihentikan

pengakuannya. Laba tidak boleh diklasifikasi sebagai pendapatan (Standar

Akuntansi Keuangan, 2007)

Aktiva tetap tanaman menghasilkan (TM) dan aktiva tetap tanaman belum

menghasilkan (TBM) penghentian pengakuan aset tenaman dilakukan ketika aset

tanaman ditebang atau dijual. Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada

periode terjadinya dan akan disajikan sebagai pendapatan atau beban nonusaha.

Penarikan aktiva tetap dari penggunaannya dapat dikarenakan oleh faktor fisik

aktiva tetap tersebut yang telah mengalami keausan, dekomposisi dan kerusakan

sehingga hasilnya yang diperoleh sangat jauh dari hasil yang diharapkan dan

diperkirakan.

Selain faktor fisik, penarikan terhadap aktiva tetap pun dilakukan ketika

suatu aktiva tidak lagi efisien dan ekonomis serta keusangan oleh karena

pengenalan teknologi baru. Pencatatan penghentian penggunaan aktiva tetap

dapat dilakukan dengan menghitung nilai buku sebagai selisih antara harga

perolehan aktiva dan akumulasi penyusutannya.Jika harga pelepasan lebih besar

atau lebih kecil dari nilai buku maka keuntungan atau kerugian dapat diakui dan

dilaporkan pada perhitungan laba rugi sebagai pendapatan atau keuntungan

lain-lain atau beban dan kerugian lain-lain-lain-lain pada tahun penarikan aktiva.

Beberapa kondisi sehubungan dengan proses penghentian penbggunaan

akitva, yaitu :


(42)

b) Penghentian penggunaan aktiva melalui pertukaran dengan aktiva

sejenis atau tidak sejenis

c) Penghentian penggunaan karena konversi terpaksa.

2) Penyajian Dalam laporan Keuangan

Aktiva operasi tidak lancar berwujud dan tidak berwujud serta sumber alam

yang dieksplorasi harus dilaporkan secara terpisah di neraca (Santoso,2009)

Laporan keuangan harus mengungkapkan antara lain (Standar Akuntansi

Keuangan,2007) :

a) dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat

bruto):

b) metode penyusutan yang digunakan

c) umur manfaat atau arif penyusutan yang digunakan

d) jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan

akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir perode

e) rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang

menunjukkan:

i. penambahan

ii. aset yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk

dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai

tersedia untuk dijual sesuai dengan paragaraf 45 atau pelepasan lainnya:


(43)

iv. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraph

31,39 dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dijurnal

balik secara langsung pada ekuitas sesuai PSAK No.48:

v. rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi sesuai PSAK

No.48:

vi. rugi penurunan nilai yang dijurnal balik dalam laporan laba rugi

sesuai PSAK No.48, jika ada:

vii. penyusutan:

viii. selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan

keuangan dari mata uang fungsional mmenjadi mata uang pelaporan

yang berbeda, termasuk penjabaran dari kehgiatan usaha di luar

negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitas pelapor: dan

ix. perubahan lain.

Aktiva tetap tanaman di dalam laporan neraca akan disajikan sebagai aset

tidak lancar dalam pos tersendiri. Tanaman menghasilkan (TM) akan dicatat

sebesar biaya perolehannya, dan disajikan sebesar biaya perolehan dikurangi

dengan akumulasi deplesi. Sedangkan terhadap aktiva tetap tanaman belum

menghasilkan (TBM), maka akan dicatat sebesar biaya-biaya yang telah terjadi

sejak saat penanaman sampai saat tanaman tersebut siap untuk menghasilkan

secara komersial.

Pada saat tanaman siap untuk menghasilkan maka akan direklasifikasi

menjadi tanaman telah menhasilkan. Menurut Surat Edaran Ketua Badan


(44)

belum menghasilkan (TBM) akan disajikan sebesar biaya perolehannya dan tidak

disusutkan.

f. Perlakuan Akuntansi terhadap Aktiva tetap yang ditinjau dari segi Efisiensi

Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana/ standar

dengan realisasi.Efisiensi biasanya tidak dinyatakan dengan mengatakan,

misalnya Pusat Tanggung jawab A 80% efisien, tetapi lebih tepat jika dikatakan

bahwa pusat tanggung jawab tersebut lebih (atau kurang) efisien dibandingkan

dengan para pesaingnya, atau lebih (atau kurang) efisien dibandingkan dengan

anggarannya. (Anthony dan Govindarajan,2005). Secara sederhana maka dapat

dipahami bahwa sesuatu akan terbukti efisien ketika diperhadapkan atau

dibandingkan dengan standar yang berlaku.Efisien juga berarti tepat atau sesuai

untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (tidak membuang waktu, tenaga,

biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan cermat.(Kamus Besar Bahasa

Indonesia.2003).

Dengan demikian efisiennya suatu perlakuan akuntansi terhadap Aktiva

tetap yang dimiliki suatu perusahaan tidak dapat dipisahkan dari peraturan yang

berlaku (PSAK pasal 16 dan 17) sebagai pedoman yang mengarahkan berbagai

perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap agar dapat sesuai dengan standar yang

berlaku. Standar hasil produksi yang ditetapkan oleh setiap perusahaan tidaklah


(45)

dengan membandingkan realisasi hasil produksi dengan standar yang telah

ditetapkan perusahaan atau yang sering disebut dengan RKAP.

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan aktiva tetappada

perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan menunjukkan hasil penelitian

bahwa perusahaan-perusahaan tersebutsecara umum telah menerapkan PSAK No.

16 dan 17 sebagai pedoman dalam berbagai kebijakan akuntansi terhadap aktiva

tetap perusahaan.

Tabel 4.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu

No. Peneliti Judul Hasil penelitian

1 Simon (2005) Penerapan PSAK No16 Tentang Akuntansi Aktiva Tetap Studi Kasus Pada PT. Sembada Sennah Maju Medan

Kebijakan akuntansi

yang dimiliki perusahaan terkait dengan penggolongan, penggunaan metode penyusutan, revaluasi, penghentian dan pelepasan aktiva tetap

serta pengungkapan kebijakan akuntansi terhadap aktiva tetap dan penyajiannya di

neraca tidaklah menyimpang dari PSAK


(46)

Sumber : Hasil Olahan Peneliti

Yang menjadi perbedaan diantara proposal penelitian saya dengan penelitian

terdahulu terletak pada : Objek penelitian dan lokasi penelitian serta hubungan

efisiensi hasil produksi dengan RKAPnya. 2 Rima M Sinaga

(2004)

Penerapan Akuntansi Aktiva Tetap (PSAK No.16)Pada

PD.Perkebunan Sumatera Utara

Akuntansi aktiva tetap

yang diterapkan perusahaan terkait dengan perolehan, dan penyusutan sudah sesuai dengan standar yang berlaku.

Perusahaan tidak pernah menarik aktiva tetapnya baik karena telah habis ataupun dijual.

Perusahaan tidak pernah melakukan revaluasi atau penilaian kembali terhadap aktiva tetapnya.


(47)

C. Kerangka konseptual A. Kerangka konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 2.1

Kerangka konseptual

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) adalah perusahaan yang bergerak

dibidang perkebunan dan pengolahan coklat, tebu, kelapa sawit serta tembakau.

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitiannya adalah PT.Perkebunan

Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa. Penelitian ini

membahas tentang penerapan PSAK No.16 dan 17 terhadap aktiva tetap tanaman Efisiensi

Perolehan Penyusutan

Penyajian Perlakuan Akuntansi Aktiva Tetap di

PT.Perkebuanan Nusantara II (Persero) T.Morawa


(48)

menghasilkan budidaya kelapa sawit pada PTPN II (Persero) Kebun Bandar

Klippa. Selanjutnya pembahasan dibatasi mengenai hal-hal berikut ini:

1. harga perolehan tanaman menghasilkan,

2. penyusutan tanaman menghasilkan,

3. penyajiannya di neraca.

PSAK pasal 16 dan 17 terhadap akuntansi aktiva tetap tanaman

menghasilkan dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap tanaman

menghasilkan pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa

Kebun Bandar Klippa dibandingkan untuk melihat perlakuan akuntansi terhadap


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Sifat Penelitian

Dalam Penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan penulis adalah

penelitian yang bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk menguraikan tentang

sifat suatu keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dipergunakan di dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

atau data sekunder.

1. Data Primer yakni data yang diperoleh secara langsung dari PT.Perkebunan

Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa melalui

observasi dan wawancara

2. Data skunder

Data–data yang akan diperoleh melalui buku- buku, literatur-literatur dalam

bentuk yang telah jadi berupa publikasi dari objek penelitian, dan bahan

hasil perkuliahan yang berkaitan dengan Akuntansi Aktiva Tetap.

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Melakukan pengamatan langsung dengan orang-orang yang

berwenang.

2. Teknik wawancara yaitu dengan melakukan tanya jawab secara

langsung dengan orang-orang yang berwenang.


(50)

Mengumnpulkan informasi-informasi yang diperlukan melalui buku-buku

akuntansi serta literatur yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

D. Metode Penganalisaan Data

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan metode

desktiprtif dan komparatif. Melalui Metode Deskriptif, data-data yang

diperoleh dapat memberikan gambaran sifat dari keadaan yang sedang

dialami oleh perusahaan. Selanjutnya Metode Komparatif adalah

membandingkan penerapan akuntansi aktiva tetap oleh perusahaan dengan

PSAK pasal 16 dan 17.

E. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dimulai bulan Maret 2011 sampai dengan penelitian

lapangan yang berakhir pada bulan April 2011. Jadwal penelitian dapat

dilihat pada lampiran 1.


(51)

ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian

Gambaran Umum PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa 1. Sejarah Ringkasan Perusahaan

Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan II merupakan Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) yang bergerak dibidang Pertanian dan Perkebunan yang

didirikan dengan Akte Notaris G.H.S Loemban Tobing SH Nomor 12 tanggal 5

April 1976 yang diperbaiki dengan Akte Nomor 54 tanggal 21 Desember 1976,

dan Pengesahan Kehakiman dengan Surat Keputusan No.Y.A 5/43/8 tanggal 28

Januari 1977 dan telah diumumkan dalam Lembaran Negara Nomor 52 tahun

1978 sebagai tambahan Berita Negara RI No. 6 tanggal 20 Januari 1978 yang

telah didaftarkan kepada Pengadilan Negeri Tingkat I Medan tanggal 19 Pebruari

1977 Nomor 10/1977/PT. Perseroan Terbatas ini bernama: Perusahaan Perseroan

(Persero) PT.Perkebunan II, disingkat “PT.Perkebunan II” yang merupakan

perubahan bentuk dan gabungan dari PN.Perkebunan II dan PN.Perkebunan Sawit

Seberang.

Pendirian perusahaan ini dilakukan dalam rangka pelaksanaan ketentuan –

ketentuan dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1969 Peraturan Pemerintahan

Nomor 12 tahun 1969 tentang Perusahaan Perseroan dan Peraturan Pemerintah

Nomor 28 tahun 1975. Mulai tahun 1984 menurut Keputusan Rapat Umum Luar

Biasa Pemegang Saham, Akte Pendirian tersebut di atas telah diobah dan

diterangkan dalam Akte Notaris Imas Fatimah Nomor 26 tanggal 8 Maret 1985

dengan persetujuan Menteri Kehakiman No.C2-5013-HT.0104 tahun 1985

tanggal 14 Agustus 1985. Sesuai dengan Keputusan Rapat Umum Pemegang


(52)

Akte Notaris Imas Fatimah No.2 tanggal 1 April 1991 dengan persetujuan Menteri

Kehakiman No.C2-4939-HT.01.04 TH-91 tanggal 20 September 1991.

Selanjutnya pada tanggal 11 Maret 1996, kembali diadakan reorganisasi

berdasarkan Wilayah kerja, dimana PT.Perkebunan II yang didirikan dengan Akte

Notaris GHS Loemban Tobing, SH No.6 tanggal 1 April 1974 & PT.Perkebunan

IX yang didirikan dengan Akte Notaris Ahmad Bajumi, SH No. 100 tanggal 18

September 1983, dilebur dan digabungkan menjadi satu dengan nama

PT.Perkebunan Nusantara II yang dibentuk dengan Akte Notaris Harun Kamil,

SH Nomor 35 tertanggal 11 Maret 1996, kemudian diperbaharui dengan Akte

Notaris Sri Rahayu Prasetyo, SH No.7 tanggal 08 Oktober 2002. Anggaran dasar

ini direvisi kembali dengan Akte Notaris Nur Muhammad Dipo Nusantara Pua

Upa,SH. No.33 tanggal 13 Agustus 2008.

Kebun Bandar Klippa yang merupakan salah satu dari dua puluh delapan

kebun yang dimiliki PT.Perkebunan Nusantara II, dibentuk berdasarkan Surat

Keputusan Direksi PTPN-II No.II. 10/KPTS/R.144/2007 tanggal 12 November

2007. Kebun Bandar Klippa merupakan penggabungan dari tiga kebun yaitu:

Kebun Tamora, Kebun Batang Kuis, dan Kebun Bandar Klippa. Letak Kebun

Bandar Klippa setelah penggabungan terdapat pada tiga kecamatan yaitu:

1. Kecamatan Sei Tuan

2. Kecamatan Batang Kuis


(53)

Komoditi yang diusahakan saat ini hanyalah satu komoditi saja yaitu Kelapa

Sawit.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) dalam perjalanannya sampai tahun

2011 sudah memiliki 28 lahan perkebunan perseroan yang tersebar di empat

daerah tingakat II dipropinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang,

Sergei, Tapanuli Selatan dan Langkat serta di daerah tingkat I yakni di propinsi

Papua. Kebun Bandar Klippa sebagai salah satu kebun yang berada di Kabupaten

Deli Serdang memiliki struktur organisasi yang tergambar dan diuraikan melalui

penjelasan tugas – tugas pokok pada halaman berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

KEBUN TANAMAN BANDAR KLIPPA

II.10/Kpts/R.41/IV/2010


(54)

Sumber : PT.Perkebunan Nusantara II

Gambar 4.1

Struktur Organisasi Kebun Bandar Klippa

MANEJER KEBUN

I. Identifikasi Jabatan

1. Jabatan : Manejer Kebun

2. Unit Kerja : Kebun

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : Direktur Produksi

5. Kode Jabatan : II. 1. B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. TUGAS POKOK

1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, menjalankan kebijakan Direksi

di bidang Tanaman, Tehnik dan memberikan data-data, saling

berkoordinasi dengan bagian terkait berkaitan dengan bidang Tanaman,

Tehnik dan melaksanakan fungsi analisa usaha dengan sasaran :

• Tercapainya produktivitas Kelapa Sawit dan Rendemen CPO sesuai RKAP.


(55)

• Mutasi TBM ke TM untuk tanaman Kelapa Sawit 30 bulan.

• Terwujudnya iklim kerja yang kondusif baik ke dalam maupun ke luar, dengan Pemda dan masyarakat sekitar.

2. Melakukan pengawasan, perencanaan dan pengambilan keputusan di

wilayah kerjanya.

3. Membantu Direksi membuat perencanaan strategis guna peningkatan

kinerja Perusahaan.

4. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat keputusan dan terobosan dalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di wilayah kerjanya secara

maksimal.

KEPALA DINAS TANAMAN I. Identifikasi jabatan

1. Jabatan : Kepala Dinas Tanaman

2. Unit Kerja : Kebun

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : Manejer Kebun

5. Kode Jabatan : II.2.1. B+ ( BLG, ATN, BKL )

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok


(56)

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat usulan terobosan di dalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara

maksimal guna mencapai sasaran unit-unit usaha di wilayah kerjanya.

ASISTEN TANAMAN

I. Identifikasi jabatan

1. Jabatan : Asisten Tanaman

2. Unit Kerja : Afdeling

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : Kepala Dinas Tanaman

5. Kode Jabatan : II.3.1. B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok

1. Membantu Kepala Dinas Tanaman dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat usulan terobosan didalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara

maksimal guna mencapai sasaran unit - unit usaha di wilayah kerjanya.

ASISTEN TEKNIK / DINAS SIPIL

I. Identifikasi jabatan


(57)

2. Unit Kerja : Pabrik Kelapa Sawit

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : manajer

5. Kode Jabatan : II.3.0 B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok

1. Membantu Manajer dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat usulan terobosan di dalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara

maksimal, guna mencapai sasaran unit-unit usaha di wilayah kerjanya.

KEPALA DINAS TATA USAHA

I. Identifikasi jabatan

1. Jabatan : Kepala Dinas Tata Usaha

2. Unit Kerja : Kantor Kebun

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : Manejer

5. Kode Jabatan : II.2.3. B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok

1. Membantu Manejer dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan


(58)

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara

maksimal, guna mencapai sasaran unit-unit usaha di wilayah kerjanya.

ASISTEN BIDANG ADMIE / KEUANGAN

I. Identifikasi jabatan

1. Jabatan : Asisten Bidang Admie / Keuangan

2. Unit Kerja : Kantor Kebun

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : Manejer

5. Kode Jabatan : II.2.3. B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok

1. Membantu Kepala Dinas Tata Usaha dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat usulan terobosan di dalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara

maksimal.

ASISTEN SDM/UMUM

I. Identifikasi jabatan

1. Jabatan : Asisten SDM/UMUM

2. Unit Kerja : Kantor Kebun

3. Fungsi : Staf


(59)

5. Kode Jabatan : II.3.2. B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok

1. Membantu Kepala Dinas Tata Usaha dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat usulan terobosan di dalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara

maksimal.

PAPAM

I. Identifikasi jabatan

1. Jabatan : Papam

2. Unit Kerja : Kebun

3. Fungsi : Staf

4. Bertanggung-jawab kepada : Manajer

5. Kode Jabatan : II.3.0. B+

6. Tempat dan Kedudukan : Kebun BKL

II. Tugas pokok

1. Membantu Manejer Kebun dalam pelaksanaan tugas-tugasnya.

2. Menjalankan seluruh SI, SE, kebijakan Direksi serta melaksanakan

monitoring, analisa, evaluasi, membuat usulan terobosan di dalam

memberdayakan seluruh sumber daya yang ada di bidangnya secara


(60)

3.Kegiatan Operasi Perusahaan

Dalam pelaksanaan operasinya PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung

Morawa Kebun Bandar Klippa berpedoman pada beberapa ketetapan yaitu:

Visi Turut melaksanaakan dan menopang kebijaksanaan serta program pemerintahan di bidang ekonomi dan pembagunan nasional umumnya. Khusus di

sub sektor perkebunan dalam arti seluas-luasnya denga tujuan memupuk

keuntungan berdasarkan prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.

Misi Profitisasi melalui pendayagunaan, pengelolaan perusahaan dibidang perkebunan, dengan menggunakan lima budidaya komoditi unggulan yakni kelapa

sawit, karet, kakao, tembakau dan tebu secara efisien, ekonomis sehingga dapat

mencapai produk yanga memenuhi standard yang dibutuhkan oleh konsumen,

serta melakukan diversifikasi usaha yang dapat mendukung kinerja perusahaan.

Pengelolaan produksi yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi yang

berwawasan lingkungan, memiliki daya saing yang kuat, serta meningkatkan

kemitraan dengan petani untuk memenuhi pasar dalam dan luar negeri guna

kelangsunga usaha dalam mendukung petani perkebunan.

Sasaran Mempertahankan dan meningkatkan sumbangan di bidang perkebunan melalui upaya peningkatan produksi sekaligus mendukung upaya penigkatan

ekspor nonmigas, Memperluas lapangan kerja dalam ragka meningkatkan

kesejahteraan rakyat pada umunya.Memelihara sumber daya alam lingkungan, air


(61)

Strategi perusahaan Dalam rangka peningkatan kinerja perusahaan serta mengantisipasi era globalisasi tahun 2000 dan ketidak-pastian perekonomian pada

tahun-tahun mendatang, perusahaan telah menetapkan berbagai strategi yakni

sebagai berikut:

Optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mengembangkan 5 budidaya

ungglan yakni kelapa sawit, karet, kakao, tebu dantembakau dengan peningkatan

produksi dan produktivitas.

Meningkatkan keperdulian terhadap kesejahteraan karyawan dalam ragka

untuk meningkatkan kegairahan kerja serta produktivitas kerja.Berupaya kea rah

industry hilir yang dalam pelaksanaanya bekerjasama dengan pihak ketiga

(kemitraan) atau berdiri sendiri.Peningkatan pengetahun dan keterampilan

terhadap sumber daya manusia dalam lingkup teknis melalui pelatihan dan

pendididkan kebun-kebun.

PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa sampai pada tahun 2011

tercatat telah memiliki 28 lahan perkebunan perseroan yakni :

1. Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

2. Kebun Melati Kabupaten Sergei

3. Kebun Patumbak Kabupaten Deli Serdang

4. Kebun Barumun Kabupaten Tapsel

5. Kebun Bandar Klippa Kabupaten Deli Serdang

6. Kebun Limau Mungkur Kabupaten Deli Serdang

7. Kebun Sawit Hulu Kabupaten Langkat

8. Kebun Kwala Sawit Kabupaten Langkat

9. Kebun Sawit Seberang Kabupaten Langkat

10.Kebun Batang Serangan Kabupaten Langkat

11.Kebun Air Tenang Kabupaten Langkat

12.Kebun Gohor Lama Kabupaten Langkat

13.Kebun Tanjung Keliling Kabupaten Langkat 14.Kebun Padang Brahrang Kabupaten Langkat


(62)

15.Kebun Besilam Kabupaten Langkat

16.Kebun Bukit Lawang Kabupaten Langkat

17.Kebun Tandem Kabupaten Langkat

18.Kebun Bulu Cina KabupatenDeliSerdang

19.Kebun Klumpang Kabupaten Deli Serdang

20.Kebun Helvetia Kabupaten Deli Serdang

21.Kebun Sampali Kabupaten Deli Serdang

22.Kebun Sei Semayang Kabupaten Deli Serdang

23.Kebun Kwala madu Kabupaten Langkat

24.Kebun Kwala Bingei Kabupaten Langkat

25.Kebun Tandem Hilir Kabupaten Langkat

26.Kebun Tanjung Jati Kabupaten Langkat

27.Kebun Prafi Profinsi Papua

28.Kebun Arso Propinsi Papua

Kebun Bandar Klippa merupakan salah satu dari dua puluh delapan kebun

milik PT.Perkebunan Nusantara II yang berada di Kabupaten Deli Serdang yang

bergerak dibidang usaha perkebunan dengan komoditi kelapa sawit. Kebun

Bandar Klippa sendiri merupakan penggabungan dari tiga kebun yakni kebun

Tamora, kebun Batang Kuis dan kebun Bandar Klippa. Kantor Administrasi

/Adm dari kebun Bandar klippa ini bertempat di Desa Tanjung Sari Kecamatan

Batang Kuis. Kebun ini terdiri dari enam afdeling. Afdeling 1 berada di kebun

Tamora, Afdeling 2 dan 3 berada di kebun Batang Kuis sedangkan Afdeling

4,5,dan 6 berada di kebun Bandar Klippa. Rincian luas tiap afdeling dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2

Areal Statement Tahun 2011 Kebun Bandar Klippa

No. Uraian

Afdeling

I II III IV V VI Jumlah

I Areal TMTP - - 381,90 - 31,00 412,90


(63)

III Areal TBM - 433,27 392,25 720,11 631,47 782,32 2.959,42

IV Areal TU 527,60 - - - 527.60

V Areal T.Konversi - - - -

VI T.Baru - - - -

Jmlh areal tanaman 527,60 433,27 392,25 720,11 631,47 782,32 3.487,02 VII Areal garapan 138,33 58,81 284,72 191,97 1,00 351,51 1.026,34

Areal non tanaman 226,71 58,81 728,38 191,97 34,11 451.32 1.691,30 Jumlah total 754,31 492,08 1.120,63 912,08 665,58 1.233,64 5.178,32 Sumber: PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa.

Lahan Kebun Bandar Klippa sampai dengan tahun 2011 tercatat telah

mencapai 5178.32 ha yang terdiri dari 1789,50 ha Tanaman Menghasilkan,

2.959,42 ha Tanaman belum menghasilkan, 412,90 ha TMTP (Tanaman

Menghasilkan Tidak Produktif), 527,60 ha Tanaman Ulang, dan 1691,30 ha areal

lain-lain. Buah yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit atau yang disebut juga

dengan TBS (Tandan Buah Segar) dari Kebun Bandar Klippa kemudian dikirim

ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit) yang berada di Pagar Merbau untuk selanjutnya

diproses sehingga menghasilkan minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan

inti sawit (Kernel).

Minyak dan inti Sawit diatas barulah merupakan produk setengah jadi

sehingga dibutuhkan pengolahan lebih lanjut untuk dijadikan produk jadi

lainnyanamun pada Kebun Bandar Klippa kegiatannya terfokus hanya pada

pembudidayaan kelapa Sawit sampai dapat menghasilkan buah atau TBS. Demi

mendukung pemasaran komoditi kelapa sawit ini maka telah dibentuk kantor


(64)

Indoham-Hamburg di Jerman. Komoditi utama yang dihasilkan oleh kebun ini seperti

minyak sawit dan inti sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan industri

lanjutan.

B. Hasil Penelitian

1.Penggolongan Aktiva Tetap

PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa

melaksanakan penggolongan terhadap aktiva tetapnya berdasarkan jenis. Setiap

jenis aktiva tersebut kemudian diberi kode tertentu berdasarkan urutan aktiva yang

paling likuid sehingga dapat mempermudah pihak yang membutuhkan untuk

membaca data-data tersebut dalam rangka menyusun laporan keuangan.

Dibelakang 3 angka nomor rekening pada umunya, adakalanya akan diberikan

kode rekening tambahan yang berarti penunjukkan spesifikasi jenis aktiva,

misalnya 001.01 yang menunjukkan spesifikasi atas Tanaman menghasilkan

(001.) dan budidaya kelapa sawit (01).

Daftar nomor rekening aktiva tetap dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.3

Daftar Nomor Rekening Aktiva Tetap

Sumber: Kebijakan Akuntransi PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa. Nomor

Rekening

Aktiva Tetap 000 Tanah

001.01 Tanaman menghasilkan 002.01 Tanaman Belum menghasilkan

003 Bangunan Rumah 004 Bangunan Perusahaan 005 Mesin &Instalasi

006 Jalan, Jembatan & Sal.Air 007 Alat Pengangkutan

008 Alat Pertanian& Invent.Kecil 009 Aktiva Lain-lain


(65)

Berdasarkan jenisnya aktiva tetap yang dimiliki oleh PT.Perkebunan Nusantara II

Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tanah yang dipergunakan sebagai tempat berdirinya bangunan rumah,

bangunan kantor dan lokasi kebun.

2. Tanaman belum menghasilkan (TBM) Kelapa Sawit.

3. Tanaman menghasilkan (TM) Kelapa Sawit.

4. Bangunan rumah terdiri dari rumah pegawai staff maupun non staff.

5. Bangunan Perusahaan terdiri dari :

Kantor Gudang Kamar makan Garasi

Kamar mesin Poliklinik Rumah Sekolah Balai Karyawan Rumah ibadah Kantor keamanan

6. Mesin & Instalasi yang terdiri dari: Mesin kantor kebun

Mesin non kantor kebun

7. Jalan, jembatan dan saluran Air

8. Alat pengangkutan yang terdiri dari: Truck dan sejenisnya

Jeep dan sejenisnya Sepeda Motor

9. Alat-alat Pertanian dan invent.kecil terdiri dari:

Alat-alat elektronik dan non elektronik

10.Aktiva lain-lain terdiri dari: Lapangan olah raga


(66)

Menurut penulis, penggolongan aktiva tetap perusahaan telah sesuai

dengan Standar Akuntansi Keuangan yakni dengan memasukkan Tanaman Belum

Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM) budidaya kelapa sawit ke

dalam golongan aktiva tetap dengan demikian perlakuan akuntansi tersebut sudah

dapat dikatakan efisien.

2.Perolehan Aktiva Tetap

PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa

berada dirayon yang sama dengan rayon Kebun Pagar Merbau berada, yakni

Rayon Selatan. Oleh karena luas dan kelengakapan fasilitas kebun yang dimiliki

seperti pabrik kelapa sawit maka kebun Pagar Merbau inilah yang dijadikan

sebagai kebun induk. Kebun induk inilah yang pertama kali memperoleh bibit

kelapa sawitnya dari Balai Pusat Penelitian Kelapa Sawit Marihat yang bertempat

di jalan Marihat Ulu 7 kota Pematang Siantar,sebelum akhirnya diberikan ke

kebun Bandar Klippa untuk ditanam dan menghasilkan Tandan Buah Segar

(TBS), dengan demikian Kebun Bandar Klippa memperoleh aktiva tetap Tanaman

Belum Menghasilkannya (TBM) yang berupa bibit adalah dengan cara

membelidari Balai Pusat Penelitian Kelapa Sawit sedangkan untuk memperoleh

aktiva tetap Tanaman Menghasilkannya (TM) adalah dengan caramembangun

sendiri.

Proses pengadaan Tanaman Menghasilkan budidaya kelapa sawit

umumnya terbagi atas beberapa tahapan mulai dari pembibitan, tahap penyiapan

lahan, tahap penanaman bibit dan pemeliharaan tanaman belum menghasilkan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah diperoleh dari perusahaan sebagaimana telah disajikan pada bab-bab yang sebelumnya, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara umum perlakuan akuntansi terhadap Aktiva Tetap tanaman menghasilkan pada PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa sudah disesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yakni PSAK pasal 16 dan 17.

a. Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. b. Perolehan aktiva tetap pada PT.perkebunan Nusantara Tanjung Morawa Kebun

Bandar Klippa adalah dengan cara membangun sendiri.

c. Penggolongan aktiva tetapnya dilakukan perusahaan dimulai dari tanah, bangunan dan kemudian peralatan.

d. Pencatatan terhadap nilai aktiva tetapnya berdasarkan harga perolehan, yakni sebesar total biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk membuat aktiva tetap tanamannya dapat menghasilkan. Harga perolehan aktiva tetap tanaman menghasilkan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan sebelum akhirnya tanaman tersebut direklasifikas menjadi Tanaman Menghasilkan (TM).Harga perolehan tersebut berasal dari biaya-biaya yang muncul mulai dari tahap pembibitan, penyiapan lahan, penanaman bibit dan pemeliharaan. PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa tidak pernah melaksanakan


(2)

penilaian kembali terhadap aktiva tetap tanaman menghasilkan budidaya kelapa sawitnya.

e. Metode penyusutan yang diterapkan terhadap aktiva tetap tanaman menghasilkan budidaya kelapa sawit adalah metode garis lurus.

f. Saat akan dilakukannya replanting atau penanaman ulang dengan komoditi yang sama dengan alasan tanaman rusak,cacat atau tidak produktif maka tanaman sebelumnya akan ditumbang. Nilai bukunya kemudian akan dianggap sebagai kerugian.

g. Untuk aktiva tetap tanaman menghasilkan budidaya kelapa sawit yang sudah tidak berproduksi lagi maka aktiva tersebut akan tetap dibiarkan dan diberikan nilai sebesar Rp.1,00.-

h. Baik efisiensi maupun inefisiensi suatu perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap dapat dlihat dari kesesuaian perlakuan akuntansinya dengan PSAK pasal 16 dan 17, artinya dengan sesuainya perlakuan akuntansi tersebut dengan PSAK pasal 16 dan 17 sebagai standar yang berlaku maka pada saat itulah perlakuannya dikatakan efisien.

1) Harga perolehan:

Pencatatan harga perolehan yang dilakukan oleh PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Bandar Klippa sudah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17, artinya sudah efisien.


(3)

Perhitungan penyusutan yang dilakukan oleh PT.Perkebuanan Nusantara II Tanjung Morawa Kebun Banar Klippa sudah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17, artinya sudah efisien.

3) Penyajian di neraca

Penyajian aktiva tetap yang dilakukan oleh PT.Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa kebun Bandar Klippa didalam neraca sudah sesuai dengan PSAK pasal 16 dan 17 artinya sudah efisien.

i. Efisien atau inefisiennya hasil produksi kelapa sawittidaklah diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan oleh sebab itu efisien atau inefisiennya hasil produksi kelapa sawit suatu perusahaandapat lihat dengan cara membandingkan realisasi dengan Rkap. Hasil produksi kelapa sawit yang diperoleh dari tahun 2009 sudah efisien namun inefisien pada tahun 2010. Inefisiensi pada hasil produksi kelapa sawit yang terjadi adalah disebabkan oleh tindakan-tindakan dari pihak yang tidak bertanggung jawab yang telah meracuni tanaman yang kemudian sangat berdampak terhadap pertumbuhan tanaman selanjutnya.

B.Saran

1. Aktiva tetap tanaman menghasilkan budidaya kelapa sawit yang dimiliki oleh perusahaan sebaiknya disusutkan tidak dengan menggunakan metode garis lurus tetapi menggunakan metode unit produksi sebab masa manfaat aktiva tetap tersebut bukanlah didasarkan pada waktu melainkan jumlah output atau produksi.


(4)

2. Perusahaan sebaiknya melakukan perhitungan nilai buku terhadap aktiva tetapnya yang sesuai dengan taksiran nilai wajar dan bukan memberikan nilai Rp.1,00,- untuk setiap 1 ha lahan.

3. Perusahaan sebaiknya meningkatkan keamanan terhadap areal lahan tanaman kelapa sawit yang ada sehingga hasil produksi tetap terjaga baik dari segi kualitas maupun kuantitas

4. Perusahaan sebaiknya memberi perhatian yang lebih di areal lahan perkebunan pada saat panen tiba untuk menghindari adanya potong buah mentah, buah masak yang teringgal di pokok, brondolan yang tidak dikutip atau dicuri, serta buah di tempat pengumpulan hasil yang tidak terangkut ke pabrik kelapa sawit demi meminimalisir inefisiensi hasil produksi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Anthony, N.,Vijay Govindarajan. 2005.Management Control System, edisi kesebelas. Jakarta:Salemba Empat.

Baridwan,Zaky. 1990. Intermediate Accounting,edisi keenam. Yogyakarta:BPFE. Harahap,Sofyan Safri. 1995. Akuntansi Aktiva tetap, edisi pertama. PT.Raja Jakarta:Grafindo Persada.

Hernanto. 2002. Akuntansi Keuangan Menengah, Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Standar Akuntansi Keuangan, buku I. Salemba Emban Patria,

Jakarta.

Indri. 2005. Penerapan PSAK No.16 Dan 17 tentang Akuntansi Aktiva Tetap Pada PDAM Tirtanadi Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2004. Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU Medan.

Kieso,E Donald.,Jerry Weygant dan Terry D.Warfield. 2002.AkuntansiIntermediate, edisi kesepuluh. Jakarta:Penerbit Erlangga.

Kartini. 2006. Evaluasi Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.16 Dan 17 pada PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Machfoedz,Mas’ud. 1999. Akuntansi Keuangan Menengah,edisi kedua. Yogyakarta:BPFE. Mulya, Hadri. 2008. Memahami Akuntansi Dasar,edisi Pertama. Jakarta:Penerbit Mitra Wacana

Media.

Pohan, Nafir. 2010. Penerapan PSAK No.16 Dan 17 tentang Aktiva Tetap Pada PT.Askes (Persero) cabang utama Medan. Skripsi. Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sahnidar. 2009.Penerapan PSAK no. 16 Terhadap Aktiva Tetap Tanaman Menghaslkan Budidaya Coklat pada PT. Perkebunan Nusantara II (Persero) Tanjung Morawa Kebun Maryke. Jurnal Akuntansi 39.

Santoso,Imam. 2009. AkuntansiKeuangan Menengah,buku II, Bandung:PT.Refika Aditama. Stice, K Earl.,James D Stice dan K fred Skousen. 2005. Akuntansi Intermediate, Edisi


(6)

Subroto, Bambang. 1991. Akuntansi Keuangan Intermediate, edisi kedua, Yogyakarta:BPFE. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:Alfabeta.

Tuanakotta,Theodorus M.. 1985. Teori Akuntansi, buku II. Jakarta:Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.