2.2.2. Posisi Lidah.
2-11
Beberapa peneliti berpendapat bahwa posisi lidah lebih penting daripada fungsi lidah Mason dan Proffit. Posisi lidah bisa normal, ke depan dan ke belakang.
Pemeriksaan posisi lidah dapat dilakukan secara klinis dan sefalometri sewaktu mandibula dalam keadaan istirahat. Pemeriksaan pada lidah diantaranya: pangkal,
dorsum dan ujung yang memberikan hasil berkaitan dengan abnormalitas tertentu : -
Posisi lidah normal tetapi karena otot lidah lemah dibanding dengan kekuatan otot buksinator mengakibatkan berkurangnya perkembangan gigi
geligi dalam arah transversal menimbulkan maloklusi Klas I. -
Posisi lidah ke depan dan bawah, pangkal lidah datar dan sedikit berkontak dengan palatum lunak,dijumpai pada kasus bernafas melalui mulut.
- Posisi lidah ke belakang dan dorsum lidah tinggi, dijumpai pada maloklusi
Klas II divisi 1 dengan deep overbite. - Posisi lidah ke depan dan rendah dijumpai pada maloklusi Klas III.
2.3. Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Secara Sefalometri Lateral
Rahang adalah bagian dari struktur kepala dan berhubungan terhadap struktur- struktur lain terdapat di kepala. Hubungan antara maksila dan mandibula terhadap gigi-
gigi dalam arah anteroposterior disebut relasi rahang. Klasifikasi relasi rahang dalam arah anteroposterior dikelompokkan menjadi tiga yaitu Klas I, Klas II Klas III:
18.
1. Relasi rahang Klas I ditandai hubungan mandibula dan maksila yang normal, nilai normal 1- 4 derajat. Pada keadaan ini relasi gigi dan rahang serta otot orofasial
Hilda Fitria Lubis : Perbedaan Dimensi Lidah Dengan Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral, 2009
normal, sehingga inklinasi insisivus atas dan bawah menghasilkan overjet normal.
2. Relasi rahang Klas II ditandai dengan mandibula terletak lebih ke belakang daripada maksila atau sebaliknya, nilai lebih dari 4 derajat. Pada keadaan ini
inklinasi insisivus atas lebih ke labial dan insisivus bawah lebih ke lingual. 3. Relasi rahang Klas III ditandai dengan mandibula lebih ke depan daripada maksila
nilai kurang dari 1 derajat. Pada keadaan ini inklinasi insisivus atas lebih ke palatal dan insisivus bawah lebih ke labial.
2.4. Radiografi Sefalometri Lateral Radiografi sefalometri lateral terbagi atas dua bagian yaitu :
6,8.
A. Radiografi sefalometri anteroposterior untuk menganalisis kelainan skeletal dalam arah lateral
B. Radiografi sefalometri lateral untuk menganalisis kelainan skeletal dalam arah Anteroposterior. Radiografi sefalometri lateral dapat digunakan untuk melihat
lidah dengan menggunakan barium. Pemberian barium pada ujung sampai punggung lidah untuk memberikan gambaran radiopak pada jaringan lunak
lidah sehingga dimensi lidah dapat diukur. Sewaktu proses penyinaran, pasien diminta untuk memposisikan lidah dalam keadaan istirahat dengan maksud
agar tidak terjadi kesalahan pada pengukuran nantinya.
6
Hilda Fitria Lubis : Perbedaan Dimensi Lidah Dengan Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral, 2009
2.5. Hubungan Lidah Dengan Pola Pertumbuhan dan Relasi Rahang