Anatomi Lidah Fisiologi Lidah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Lidah

Lidah terdiri dari otot-otot skeletal yang permukaannya penuh dengan papil dan saraf pengecapan. 3,8 Dorsum pada lidah dibagi dua bagian: 3,8. − Oral 23 anterior lidah berada di mulut − Faring 13 posterior lidah berada dibelakang dekat orofaring Lidah memiliki bagian – bagian seperti : apex, lamina, dorsum, pangkal, korpus. Rata-rata panjang lidah dari orofaring ke ujung lidah sekitar 10 cm. 5 Inervasi lidah terdiri dari inervasi sensoris ke mukosa dasar lidah berasal dari cabang saraf III, saraf glossopharyngeal saraf cranial IX. Otot – otot skeletal lidah disuplai saraf hipoglosal saraf kranial XII. 8 Ukuran dan bentuk lidah sangat bervariasi. Ukuran lidah dapat normal, panjang dan pendek sedangkan bentuk lidah normal, tinggi dan rendah. 2

2.2. Fisiologi Lidah

Pada dasarnya, terdapat dua pola penelanan : visceralinfantil, somatik Gambar 1. Penelanan visceral infantil adalah penelanan yang terdapat pada bayi yaitu lidah menjulur ke depan melalui bibir sewaktu mengisap puting susu dengan mengatupkan bibir. Penelanan infantil ditandai oleh penelanan dengan rahang linggir alveolar membuka, dan mandibula distabilkan oleh otot wajah dan lidah. Hilda Fitria Lubis : Perbedaan Dimensi Lidah Dengan Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral, 2009 Dengan semakin berkembangnya bayi, pola penelanannya mengalami perubahan progresif. Pertama, anatomi faring berubah menjadi semakin panjang sehingga epiglotis tidak dapat lagi berada di belakang palatum lunak saat penelanan. Kedua, konsistensi makanan berubah dari cair menjadi semi-padat dan padat dan terakhir sewaktu gigi mulai erupsi. Akibat perubahan tersebut, lidah tidak lagi ke depan diantara gigi saat menelan, melainkan terletak di papila insisivum. Posisi mandibula tidak lagi distabilkan oleh lidah dan otot pipi melainkan dengan otot rahang sehingga menghasilkan oklusi. 2-4 Penelanan somatik terbentuk sekitar usia 18 bulan. Pergerakan ujung lidah ke arah kranial merupakan ciri khas penelanan somatik dan tidak menyebabkan penekanan pada gigi, melainkan pada papila insisivum. 2 Tipe penelanan infantil atau visceral dapat bertahan hingga tidak lebih dari usia 4 tahun. Bila penelanan tetap dilakukan diatas usia 4 tahun akan dianggap sebagai disfungsi atau abnormal dan berhubungan dengan maloklusi. 2,3 Beberapa faktor dapat menyebabkan persistensi pola penelanan infantil tersebut. Secara terpisah maupun dalam kombinasi, persistensi ini dapat disebabkan oleh mengisap jari, bernafas melalui mulut, pemberian makanan melalui botol bottle feeding atau retardasi perkembangan sistem saraf pusat. 2,3 Hilda Fitria Lubis : Perbedaan Dimensi Lidah Dengan Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral, 2009 Gambar . 1. Variasi pola penelanan: A. Penelanan infantil atau visceral, B.Persistensi penelanan infantil atau visceral, C.Penelanan somatik. 2 2.2.1. Fungsi Lidah. 2-11 Lidah berfungsi untuk mengunyah, menelan makanan, perasa serta membantu timbulnya suara ketika berbicara. Selain itu lidah juga berperan didalam menuntun perkembangan rahang dan lengkung gigi. Posisi dan fungsi lidah yang abnormal dapat menjadi faktor primer karena persistensi pola penelanan visceral infantil atau kebiasaan abnormal lainnya, tetapi selain itu juga dapat menjadi faktor sekunder atau adaptif dari pola morfologi neuromuskular. Hilda Fitria Lubis : Perbedaan Dimensi Lidah Dengan Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral, 2009 2.2.2. Posisi Lidah. 2-11 Beberapa peneliti berpendapat bahwa posisi lidah lebih penting daripada fungsi lidah Mason dan Proffit. Posisi lidah bisa normal, ke depan dan ke belakang. Pemeriksaan posisi lidah dapat dilakukan secara klinis dan sefalometri sewaktu mandibula dalam keadaan istirahat. Pemeriksaan pada lidah diantaranya: pangkal, dorsum dan ujung yang memberikan hasil berkaitan dengan abnormalitas tertentu : - Posisi lidah normal tetapi karena otot lidah lemah dibanding dengan kekuatan otot buksinator mengakibatkan berkurangnya perkembangan gigi geligi dalam arah transversal menimbulkan maloklusi Klas I. - Posisi lidah ke depan dan bawah, pangkal lidah datar dan sedikit berkontak dengan palatum lunak,dijumpai pada kasus bernafas melalui mulut. - Posisi lidah ke belakang dan dorsum lidah tinggi, dijumpai pada maloklusi Klas II divisi 1 dengan deep overbite. - Posisi lidah ke depan dan rendah dijumpai pada maloklusi Klas III.

2.3. Relasi Rahang Dalam Arah Anteroposterior Secara Sefalometri Lateral

Dokumen yang terkait

Perbedaan Lebar Saluran Udara Pharynx Atas Dan Bawah Pada Maloklusi Klas I Dan Klas II Dengan Pola Pertumbuhan Normal Dan Vertikal Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral

0 33 62

Perubahan Jaringan Lunak Bibir Atas Setelah Retraksi Gigi Anterior Maksila Ditinjau Dari Radiografi Sefalometri Lateral

2 69 38

Perbedaan Ukuran Kamar Pulpa Molar Satu Rahang Bawah pada Pasien Diabetes Melitus dan Non-Diabetes Melitus Ditinjau dari Radiografi Periapikal

0 43 70

PERBEDAAN PERTUMBUHAN RAHANG ATAS KE ARAH LATERAL ANTARA ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN USIA 6-7 TAHUN

0 2 56

Hubungan Asimetri Lengkung Gigi Transversal Dengan Asimetri Skeletal Pada Crossbite Posterior Unilateral: Ditinjau DarI Radiografi Anteroposterior

0 0 17

Hubungan Asimetri Lengkung Gigi Transversal Dengan Asimetri Skeletal Pada Crossbite Posterior Unilateral: Ditinjau DarI Radiografi Anteroposterior

0 0 2

Hubungan Asimetri Lengkung Gigi Transversal Dengan Asimetri Skeletal Pada Crossbite Posterior Unilateral: Ditinjau DarI Radiografi Anteroposterior

0 0 6

Hubungan Asimetri Lengkung Gigi Transversal Dengan Asimetri Skeletal Pada Crossbite Posterior Unilateral: Ditinjau DarI Radiografi Anteroposterior

0 5 25

Hubungan Asimetri Lengkung Gigi Transversal Dengan Asimetri Skeletal Pada Crossbite Posterior Unilateral: Ditinjau DarI Radiografi Anteroposterior

0 0 5

Hubungan Asimetri Lengkung Gigi Transversal Dengan Asimetri Skeletal Pada Crossbite Posterior Unilateral: Ditinjau DarI Radiografi Anteroposterior

0 0 5