Bagan Penelitian Densitas Density

47

3.6. Bagan Penelitian

Gambar 3.1. Diagram alir pembuatan sampel uji Semen Portland Type I Pasir Penimbangan PencampuranPengadukan Mortar Campuran Semen, Debu Batubara, Kulit Kerang, Pasir, Sekam Padi, Air Air Mineral FAS = 0,6 Pencetakan Sampel Uji Pengeringan 28 hari Pengujian Densitas, Serapan Air, Kuat Tekan, Kuat Patah, Kuat Impak Penggilingan Lolos ayakan 63 µm Kulit Kerang Debu Terbang Batubara Abu Sekam Padi Pemanasan 100 C Pemanasan 500 C Universitas Sumatera Utara 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bata beton atau sering juga disebut batako, dibuat dari bahan dasar semen, pasir dan air. Pada penelitian ini dimana semen disubstitusi dengan abu batubara dan kulit kerang mulai dari 0 - 25 , sedangkan pasir disubstitusi dengan sekam padi mulai dari 0 – 50 . Perlakuan sampel uji dari batako yang telah dicetak hanya dilakukan dengan proses pengeringan secara alami pada suhu kamar room temperature selama 28 hari, tetapi untuk massa kering pada pengukuran serapan air sampel uji dikeringkan di dalam dapur pengeringan oven pada suhu 105 ± 5 Cdengan ditahan selama 1 jam. Untuk mengetahui karakteristik beton tersebut maka perlu dilakukan pengukuran atau pengujian besaran-besaran fisis dan mekanis, antara lain: densitas, serapan air, kuat tekan, kuat patah dan impak. Hasil-hasil pengujian yang meliputi pengujian fisis dan mekanis batako, masing- masing akan dibahas secara rinci sebagai beriku:

4.1. Densitas Density

Hasil pengukuran densitas dari sampel uji batako pada beberapa variasi komposisi semen yang disubstitusi dengan abu batubara dan kulit kerang mulai dari 0 – 25 dari volume perekat dan pasir yang disubstitusi dengan abu sekam padi mulai dari 0 – 50 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.1 dan gambar 4.2. Dari gambar 4.1 terlihat bahwa nilai densitas terhadap perubahan abu sekam padi berkisar antara 1729,760 – 2042,649 kgm 3 dan cenderung menurun. Penurunan ini terjadi disebabkan oleh densitas dari abu sekam padi lebih kecil dari pada pasir yang disubstitusinya, sehingga pada grafik dapat terlihat penurunan nilai densitas dari setiap komposisi. Komposisi pada gambar 4.2 perbandingan antara densitas dengan perubahan abu batubara fly ash ditambah dengan kulit kerang juga diambil dari data pada lampiran A. Misalnya pada Universitas Sumatera Utara 49 komposisi abu sekam padi 0 , maka datanya diambil dari A1, B1, C1, D1, E1 dan F1 begitu seterusnya untuk komposisi abu sekam padi yang lainnya. 1700 1800 1900 2000 2100 10 20 30 40 50 Abu Sekam Padi D en si tas k g m ³ Fly Ash + Kulit Kerang 0 Fly Ash + Kulit Kerang 5 Fly Ash + Kulit Kerang 10 Fly Ash + Kulit Kerang 15 Fly Ash + Kulit Kerang 20 Fly Ash + Kulit Kerang 25 Gambar 4.1 : Grafik hubungan antara densitas dengan penambahan persentase abu sekam padi pada pasir dengan substitusi semen dari 0 – 25 . Pada gambar 4.2 terlihat bahwa nilai densitas terhadap perubahan abu batubara ditambah dengan kulit kerang berkisar antara 1729,760 – 2042,649 kgm 3 dan cenderung menurun. Penurunan ini terjadi disebabkan oleh densitas dari abu batubara yang mensubstitusi semen nilai lebih kecil dari semen itu sendiri, sehingga pada grafik dapat terlihat penurunan nilai densitas dari setiap komposisi. Berdasarkan densitasnya beton dapat diklasifikasikan, antara lain: beton ringan dengan densitas 1,75 grcm 3 , medium dengan densitas 1,75 – 2,016 grcm 3 , dan beton normal dengan densitas 2,016 grcm 3 Carolyn Schierhorn, 2008. Sedangkan untuk beton konvensional, nilai densitasnya berkisar 2,4 grcm 3 Van Vlack, 2004. Secara umum batas berat satuan beton yang dapat dianggap sebagai beton ringan adalah kurang dari 1800 kgm 3 Imam Satyarno, 2006. Menurut Dedy S., dan kawan-kawan 2009 berat jenis batako sekam komposit variasi Universitas Sumatera Utara 50 ketebalan 5 mm, 10 mm, dan 15 mm tanpa kawat ayam yang dihasilkan berturut- turut 929,01 kgm 3 , 1149,62 kgm 3 , dan 1307,62 kgm 3 . Sedangkan menggunakan kawat ayam yang dihasilkan berturut-turut 1072,32 kgm 3 , 1260,55 kgm 3 , 1417,54 kgm 3 . Sedangkan menurut Ahmad W., dan kawan-kawan 2008 berat beton styrofoam pada umur 28 hari adalah sebesar 683.30 kgm 3 . Menurut Dobrowolski 1998 beton dengan berat jenis ≤ 1900 kgm 3 digolongkan dalam beton ringan sedangkan menurut Neville and Brooks 1987 beton dengan berat jenis ≤ 1800 kgm 3 digolongkan sebagai beton ringan Besty Nursuci Rochanita, 2007. Penelitian sebelumnya berat isi dari beton keras dengan agregat kasar ringan dari lempung bekah berkisar antara 1750 – 1850 kgm 3 , sehingga beton tersebut dapat dikatakan beton ringan Hanock Tanudjaja, 1997. Penelitian beton yang menggunakan fly ash dan styrofoam dihasilkan beton dengan densitas maksimum 0,87 tm 3 870 kgm 3 Yuliawan Suciarsa, 2006. 1700 1750 1800 1850 1900 1950 2000 2050 5 10 15 20 25 Fly Ash + Kulit Kerang D en si tas k g m ³ Abu Sekam Padi 0 Abu Sekam Padi 10 Abu Sekam Padi 20 Abu Sekam Padi 30 Abu Sekam Padi 40 Abu Sekam Padi 50 Gambar 4.2 : Grafik hubungan antara densitas dengan penambahan persentase abu batubara fly ash ditambah dengan kulit kerang dengan substitusi pasir dari 0 – 50 . Dari pembahasan diatas pada sampel dapat disimpulkan bahwa semakin banyak abu batubara, kulit kerang dan abu sekam padi yang ditambahkan pada sampel batako mengakibatkan densitas batako cenderung semakin kecil. Hasil pengukuran densitas batako tersebut berkisar antara 1729,760 – 2042,649 kgm 3 Universitas Sumatera Utara 51 atau setara dengan 1,729 – 2,042 grcm 3 dapat dilihat pada lampiran A. Sehingga batako tersebut dapat diklasifikasikan kedalam batako medium menurut Carolyn Schierhorn 2008 dan masih dapat digunakan sebagai batako pasangan dinding.

4.2. Serapan Air Water Absorption