51 atau setara dengan 1,729 – 2,042 grcm
3
dapat dilihat pada lampiran A. Sehingga batako tersebut dapat diklasifikasikan kedalam batako medium menurut Carolyn
Schierhorn 2008 dan masih dapat digunakan sebagai batako pasangan dinding.
4.2. Serapan Air Water Absorption
Hasil pengukuran serapan air dari sampel uji batako pada beberapa variasi komposisi semen yang disubstitusi dengan abu batubara dan kulit kerang mulai
dari 0 – 25 dari volume perekat dan pasir yang disubstitusi dengan abu sekam padi mulai dari 0 – 50 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.3 dan
gambar 4.4. Dari gambar 4.3 terlihat bahwa nilai serapan air terhadap perubahan abu sekam padi berkisar antara 13,79 – 23,45 dan cenderung naik.
10,00 12,00
14,00 16,00
18,00 20,00
22,00 24,00
26,00
10 20
30 40
50
Abu Sekam Padi Se
ra pan A
ir
Fly Ash + Kulit Kerang 0 Fly Ash + Kulit Kerang 5
Fly Ash + Kulit Kerang 10 Fly Ash + Kulit Kerang 15
Fly Ash + Kulit Kerang 20 Fly Ash + Kulit Kerang 25
Gambar 4.3 :
Grafik hubungan antara serapan air dengan penambahan persentase abu sekam padi pada pasir
dengan substitusi semen 0 – 25 .
Komposisi pada gambar 4.4 perbandingan antara densitas dengan perubahan abu batubara fly ash ditambah dengan kulit kerang juga diambil dari data pada
lampiran B. Misalnya pada komposisi abu sekam padi 0 , maka datanya diambil dari A1, B1, C1, D1, E1 dan F1 begitu seterusnya untuk komposisi abu sekam
padi yang lainnya. Pada gambar 4.4 terlihat bahwa nilai serapan air terhadap
Universitas Sumatera Utara
52 perubahan abu batubara ditambah dengan kulit kerang berkisar antara 13,79 –
23,45 dan cenderung naik.
Berdasarkan SNI 03-0349-1989 besarnya serapan air batako maksimum sekitar 25 untuk beton yang berfungsi sebagai pasangan dinding. Menurut Dedy S., dan
kawan-kawan 2009 nilai serapan air lapisan luar diperoleh sebesar 2,01 untuk perendaman selama 10 menit dan sebesar 7,06 ntuk perendaman selama 24
jam. Hasil penelitian pembuatan batako yang menggunakan semen, pasir, lumpur lapindo dan 5 fly ash menghasilkan penyerapan air di atas 20 , sedangkan
pada batako lumpur lapindo tersebut tanpa menggunakan 5 fly ash memiliki penyerapan kurang dari 20 Rofikatul, 2010. Penyerapan air dari beton ringan
menggunakan bahan baku batu apung yang dikeringkan secara alami adalah berkisar 17,8 - 18,9 Iiker Bekir Topcu, 2006.
10,0 12,5
15,0 17,5
20,0 22,5
25,0
5 10
15 20
25
Fly Ash + Kulit Kerang Se
ra pa
n A ir
Abu Sekam Padi 0 Abu Sekam Padi 10
Abu Sekam Padi 20 Abu Sekam Padi 30
Abu Sekam Padi 40 Abu Sekam Padi 50
Gambar 4.4 : Grafik hubungan antara serapan air dengan penambahan persentase abu batubara fly ash ditambah dengan kulit
kerang dengan substitusi pasir dari 0 – 50 .
Penelitian pembuatan beton semen polimer berbasis rumah tangga menghasilkan beton dengan penyerapan air 26,7 Ety Jumiati, 2009. Pada penelitian batako
sekam padi komposit mortar semen, setelah perndaman 24 jam nilai penyerapan
Universitas Sumatera Utara
53 air lapisan luar diperoleh sebesar 7,06 Dedy Sumaryanto, dkk, 2009.Dari
pembahasan di atas pada sampel dapat disimpulkan bahwa semakin banyak abu batubara, kulit kerang dan abu sekam padi yang ditambahkan pada sampel batako
mengakibatkan serapan air batako cenderung semakin besar. Hasil pengukuran serapan air batako dengan sampel jenuh direndam selama 24 jam dan sampel
kering yang telah di keringkan di dalam dapur pengeringan oven pada suhu 105 ± 5
C dengan ditahan selama 1 jam tersebut berkisar antara 13,79 – 23,45 dapat dilihat pada lampiran B. Sehingga batako tersebut memenuhi standart untuk
digunakan sebagai pasangan dinding dan dapat digolongkan kedalam batako tipe I berdasarkan SNI 03-0349-1989.
4.3. Kuat Tekan Compressive Strength