Latar Belakang Dr. Marhaposan Situmorang 4. Drs. Tenang Ginting, M.S

16 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akhir-akhir ini beton sangat umum dan telah dibuktikan oleh waktu sebagai bahan dinding yang tahan gempa. Salah satu jenis beton adalah batako. Batako mempunyai sifat-sifat panas dan ketebalan total yang lebih baik dari pada beton padat. Batako dapat disusun 5 kali lebih cepat dan cukup kuat untuk semua penggunaan yang biasanya menggunakan batu bata Eliatun, 2008. Dinding yang dibuat dari batako mempunyai keunggulan dalam hal meredam panas dan suara. Semakin banyak produksi beton semakin ramah lingkungan dari pada produksi bata tanah liat karena tidak harus dibakar.Claudia Müller dkk., 2006. Penggunaan bata dan batako sebagai bahan bangunan pembuat dinding sudah populer dan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia sampai dengan saat ini, namun dari bahan-bahan bangunan ini mempunyai kelemahan tersendiri yaitu berat permeter kubiknya yang cukup besar sehingga berpengaruh terhadap besarnya beban mati yang bekerja pada struktur bangunan. Beban mati pada struktur bangunan dapat diminimalkan dengan pengurangan berat sendiri yaitu dengan menggunakan bahan-bahan yang ringan. Berbagai macam cara ditempuh untuk mengantisipasi, yaitu penggunaan bahan-bahan alternatif berupa penggunaan bahan limbah dari jenis bahan organik dan anorganik. Salah satu jenis bahan limbah yang bersifat anorganik tersebut adalah abu sekam padi yang merupakan limbah yang terdapat pada lingkungan penggilingan padi yang saat ini belum optimal dalam pemanfaatannya. Berbagai bahan bangunan alternatif dibuat dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan kecepatan dalam mewujudkan sebuah bangunan. Bicara Universitas Sumatera Utara 17 soal dinding lagi misalnya. Membuat dinding dari bata merah mulai dirasa lama. Ini antara lain karena ukuran bata kecil-kecil 6cm x 10cm x 20cm, sehingga ketika harus merangkainya menjadi sebuah dinding katakanlah 3m x 3m dibutuhkan waktu lebih satu hari. Untuk satu meter persegi dinding, paling tidak seorang tukang harus menyusun 40 – 50 bata dan merangkainya satu per satu dengan adonan semen. Waktu pembuatan bisa dipercepat bila menggunakan bahan alternatif seperti batako atau beton ringan aerasi. Jika menggunakan batako atau beton ringan aerasi berukuran 10 cm x 20 cm x 40 cm, membangun dinding bisa lebih cepat. Untuk membuat satu meter persegi dinding, paling tidak si tukang cukup merangkai 10 – 15 batako atau beton aerasi ringan. Rasantika M. Seta: 2010 Limbah pabrik sering menjadi sumber pencemaran yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar pabrik. Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Labuhan Angin yang menggunakan bahan bakar batubra sebagai sumber energi ketel uapnya dimana pembakaran batubara akan menghasilkan limbah berupa abu. Dari sejumlah abu yang dihasilkan dalam proses pembakaran batubara, maka sebanyak 55 - 85 berupa abu terbang fly Ash dan sisanya berupa abu dasar Bottom Ash. Pada masa yang akan datang, produksi abu terbang batubara fly ash ini tentu akan memberikan masalah bagi lingkungan sekitar tempat pembuangan dan juga akan menimbulkan persoalan baru yaitu berupa kesulitan mencari tempat lahan penampungan pembuangan limbahnya. Produksi debu terbang batubara fly ash di dunia pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 349 milyar ton S. Wang dkk,2006. Oleh karena itu penelitian ini berupaya memanfaatkan limbah tersebut agar tidak menimbulkan masalah lingkungan di kemudian hari dan memberikan tambahan nilai ekonomis bagi limbah tersebut. Abu batubara diperoleh dari sisa pembakaran batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap PLTU Labuhan Angin di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara yang selama ini hanya digunakan sebagai penimbun lahan rendah dan Universitas Sumatera Utara 18 belum ada upaya untuk memanfaatkan limbah tersebut ke dalam bentuk lain. Sedangkan abu sekam padi sangat mudah diperoleh dari sisa pembakaran di tempat-tempat penggilingan padi yang selama ini hanya dibakar di alam lepas dan hanya diambil sebagian kecil untuk dijadikan alat pembersih bagi ibu-ibu rumah tangga. Kulit kerang sendiri diperoleh dari limbah rumah tangga, dimana penduduk setempat yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dan penjual isi kerang sedangkan kulit kerangnya hanya dibuang disekitar pekarangan rumah tangga yang lebih rendah di jalan Teluk Nibung Kota Tanjungbalai. Dalam penelitian ini debu sisa pembakaran batubara, kulit kerang dan abu sekam padi, sebagai bahan baku utama untuk menambah kekuatan dan memperingan batako, sehingga diharapkan dapat tercipta batako yang kualitasnya tidak terlalu jauh dari kualitas standart dan lebih ringan dengan biaya operasional yang murah.

1.2. Rumusan Masalah