53 air lapisan luar diperoleh sebesar 7,06 Dedy Sumaryanto, dkk, 2009.Dari
pembahasan di atas pada sampel dapat disimpulkan bahwa semakin banyak abu batubara, kulit kerang dan abu sekam padi yang ditambahkan pada sampel batako
mengakibatkan serapan air batako cenderung semakin besar. Hasil pengukuran serapan air batako dengan sampel jenuh direndam selama 24 jam dan sampel
kering yang telah di keringkan di dalam dapur pengeringan oven pada suhu 105 ± 5
C dengan ditahan selama 1 jam tersebut berkisar antara 13,79 – 23,45 dapat dilihat pada lampiran B. Sehingga batako tersebut memenuhi standart untuk
digunakan sebagai pasangan dinding dan dapat digolongkan kedalam batako tipe I berdasarkan SNI 03-0349-1989.
4.3. Kuat Tekan Compressive Strength
Hasil pengujian kuat tekan dari sampel uji batako pada beberapa variasi komposisi semen yang disubstitusi dengan abu batubara dan kulit kerang mulai
dari 0 – 25 dari volume perekat dan pasir yang disubstitusi dengan abu sekam padi mulai dari 0 – 50 dari volume agregat dapat dilihat pada gambar 4.5 dan
gambar 4.6. Dari gambar 4.5 terlihat bahwa nilai kuat tekan terhadap perubahan abu sekam padi berkisar antara 3,99 – 8,53 MPa dan cenderung turun. Penurunan
terbesar terjadi ketika abu sekam padi yang disubstitusikan kepasir diatas 30 pada substitusi semen 0 dan juga pada substitusi semen 25 .
Komposisi pada gambar 4.6 di bawah perbandingan antara kuat tekan dengan perubahan abu batubara fly ash ditambah dengan kulit kerang juga diambil dari
data pada lampiran C. Misalnya pada komposisi abu sekam padi 0 , maka datanya diambil dari A1, B1, C1, D1, E1 dan F1 begitu seterusnya untuk
komposisi abu sekam padi yang lainnya. Pada gambar 4.6 terlihat bahwa nilai kuat tekan terhadap perubahan abu batubara ditambah dengan kulit kerang
berkisar antara 3,99 – 8,53 MPa. Terjadi kenaikan hingga semen yang disubstitusi sebesar 20 tetapi terjadi penurunan grafik setelah semen disubstitusi lebih dari
20 . Lain halnya dengan dua grafik terakhir, dimana pasir yang disubstitusi dengan abu sekam padi 40 dan 50 terjadi penurunan sejak semen disubstitusi
Universitas Sumatera Utara
54 lebih dari 15 . Tetapi terjadi penurunan yang tajam pada semen yang disubstitusi
lebih dari 20 .
3,000 4,000
5,000 6,000
7,000 8,000
9,000
10 20
30 40
50
Abu Se kam Padi
Ku a
t T ek
a n
M P
a
Fly Ash + Kulit Kerang 0 Fly Ash + Kulit Kerang 5
Fly Ash + Kulit Kerang 10 Fly Ash + Kulit Kerang 15
Fly Ash + Kulit Kerang 20 Fly Ash + Kulit Kerang 25
Gambar 4.5 : Grafik hubungan antara kuat tekan dengan penambahan persentase abu sekam padi pada pasir dengan substitusi
semen 0 – 25 . Berdasarkan SNI 03-0349-1989 besarnya kuat tekan batako sekitar 100 kgcm
2
9,8 MPa untuk bata beton yang berfungsi sebagai pasangan dinding. Menurut Dedy S., dan kawan-kawan 2009 kuat tekan batako sekam komposit untuk
variasi ketebalan 5 mm, 10 mm, dan 15 mm tanpa kawat ayam, berturut-turut adalah 1,68 MPa, 5,16 MPa, dan 6,51 MPa. Sedangkan menggunakan kawat ayam,
berturut-turut adalah 1,97 MPa, 5,72 MPa, dan 6,70 MPa. Dan menurut Ahmad W., dan kawan-kawan 2008 kuat tekan rerata beton styrofoam yang diperoleh
sebesar 0.67 MPa. Untuk membatasi kuat tekan agar tidak kurang dari 2,5 MPa yang merupakan kuat tekan minimum untuk bata dan batako, maka penggunaan
serutan karet yang digunakan harus dibatasi tidak lebih dari 60 Imam Satyarno, 2006.
Universitas Sumatera Utara
55
3 4
5 6
7 8
9
5 10
15 20
25
Fly Ash + Kulit Kerang Ku
a t T
ek a
n M
Pa
Abu Sekam Padi 0 Abu Sekam Padi 10
Abu Sekam Padi 20 Abu Sekam Padi 30
Abu Sekam Padi 40 Abu Sekam Padi 50
Gambar 4.6 : Grafik hubungan antara kuat tekan dengan penambahan persentase abu batubara fly ash ditambah dengan kulit
kerang dengan substitusi pasir dari 0 – 50 .
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa semen yang disubstitusi dengan abu batubara dan kulit kerang masih memungkinkan untuk dilakukan
hingga 20 , tetapi jika lebih dari 20 semen yang disubstitusi akan terjadi penurunan kuat tekan. Hasil pengujian kuat tekan batako tersebut berkisar antara
3,99 – 8,53 MPa dapat dilihat pada lampiran C. Sehingga batako tersebut tergolong kedalam mutu bata beton pejal tingkat II menurut SNI 03-0349-1989
yaitu sekitar 70 kgcm
2
6,86 MPa dan masih memenuhi standard untuk digunakan sebagai bata beton pasangan dinding.
4.4. Kuat Patah Bending Strength