Perumusan Masalah Lokasi Penelitian Tujuan dan Manfaat Penelitian Tinjauan Pustaka

1.2. Perumusan Masalah

Beradasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah penelitian ini dapat diperjelas dengan pertanyaan sebagai berikut : 1. Bagaimana aktivitas pengunjung yang kemping berkemah di Taman Wisata Alam Sibolangit ? 2. Apakah yang menjadi alasan wisatawan memilih Taman Wisata ini sebagai tempat perjalanan wisata alam mereka ? 3. Bagaimana strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah masyarakat setempat, serta wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan kepariwisataan tanpa melupakan kelestarian lingkungan ?

1.3. Lokasi Penelitian

Daerah lokasi penelitian penulis memilih lokasi Taman Wisata Alam Sibolangit dengan fokus penelitian di Kawasan Kemping Sibolangit dengan : Air Terjun Dua Warna, Jagawana Atas, DAM, Pintau, Sinembah Dll. Taman Wisata Alam ini dikelilingi hutan lindung dengan desa yang terdekat adalah Desa Bandar Baru, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja kegiatan orang-orang yang berkemah dan mengapa mereka memilih tempat ini sebagai tempat yang cocok untuk kegiatan berkemah, dan alasan wisatawan memilih tempat ini sebagai tempat tujuan mereka untuk berwisata. Universitas Sumatera Utara Serta ingin mengetahui strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerinta Daerah, masyarakat, dan wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan pariwisata. Adapun manfaat penelitian dari hasil penelitian ini untuk menambah referensi dibidang antropologi, menambah wawasan dan sebagai acuan untuk penelitian- penelitian selanjutnya.

1.5. Tinjauan Pustaka

Konsep ekoturisme merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini gencar dibicarakan baik dalam seminar, maupun lokakarya. Konsep ini diisukan mempunyai peran ganda yaitu disatu pihak mampu melestarikan sumber daya alam dan dipihak lain mampu meningkatkan devisa negara dan pendapatan masyarakat disekitar kawasan. Istilah ekoturisme muncul akibat semakin terancam punahnya sumber daya alam hayati yang dapat mengancam kehidupan manusia Mangarah, 1992. Ekoturisme diartikan sebagai suatu perjalanan yang bersahabat dengan lingkungan alam, tidak mengganggu alam, sekalipun tujuan perjalanan itu menikmati pemandangan alam, dan pepohonan, yang alami, udara yang segar, kebudayaan masyarakat sekitarnya,, menikmati flora dan fauna, yang ada dilingkungan tersebut. Menurut Mardjuka, 1995:22 ekoturisme meliputi semua kegiatan yang harus diperhatikan dan berwawasan akrab dengan lingkungan. Universitas Sumatera Utara Hal serupa juga diungkapkan oleh Elisabeth Boo, seorang pakar wisata Ecotourism dari WWF World Wildlife Foundationdalam bukunya yang berjudul The Potential and Pitfall 1990 dengan mengutip pandangan Nector Celballos Las Curain dari IUONR International Union For Conservation of Nation Resources. Berpandangan bahwa : • Ecoturism is defined as traveling to relatively undisturbed or uncontaminated nature areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenary and its wild plant and animal, as well existing cultural. Mengandung arti bahwa ekoturisme dapat didefenisikan sebagai suatu kunjungan kesuatu daerah yang tidak merusak alam dan tidak mencemari kealamiahan lingkungan dengan tujuan study, mengagumi alam atau menikmati pemandangan pegunungan dan pepohonan yang ada dipuncak bukit, serta berbagai jenis hewan, maupun kebudayaan yang ada didalmnya. Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata ”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. Yoeti, 1991:103, sedangkan menurut RG. Soekadijo 1997:8, pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. Universitas Sumatera Utara Salah satu objek wisata ekoturisme yang terpenting adalah hutan. Hutan merupakan ekosistem atau kekayaan alam yang mempunyai jasa ekonomi maupun biologi. Di bidang ekonomi, hutan dapat diolah masyarakat untuk berbagai kebutuhan seperti kayu bakar, papan, obat-obatan, dan pemukiman. Dibidang biologi hutan menjamin kelangsungan hidup hayati dan pemeliharaan tanah. Dari segi ekologi hutan terdiri dari berbagai tumbuhan atau vegetasi yang berinteraksi dengan semua factor lingkungan. Hal ini sejalan dengan fungsi hutan sebagi taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, taman buru, hutan lindung dan lain-lain. Khoyat, 1995 : 20. Bahkan fungsi ekoturisme menarik dan sejalan dengan gerkan hijau yang memperjuangkan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu hutan merupakan objek yang terpenting bagi ekoturisme,Wirawan : skripsi, 2007 . Pohon-pohon yang ada di dalam hutan sangat penting dalam usaha menstabilkan kesuburan tanah. Misalnya hutan-hutan di sepanjang Bukit Barisan merupakan mata rantai utama yang menghubungkan musim hujan dengan kelangsungan hidup. Secara tidak langsung tanah-tanah di tebing-tebing sangat mudah laongsor apabila semua pohon sudah habis dan dapat membahayakan masyarakat di sekitar lingkungan tersebut. Gangguan-gangguan hidroliks berupa banjir, maupun kurangnya debit air yang mengalir pada musim kemarau didaerah yang pohon-pohonnya sudah habis ditebang. Hal ini sesuai dengan UU No 32 tahun 2009 beberapa point penting dalam UU No 32 tahun 2009 adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup. 2. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah. 3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup 4. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup. 5. Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian; 6. Pendayagunaan pendekatan ekosistem; 7. Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan 8. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup; 9. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas; 10. Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif 11. Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup. Universitas Sumatera Utara Pemulihan sumber daya hutan dan bukan hanya bersifat ekstraktif semata tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan akibat adanya eksploitasi hutan. Pemanfaatan hutan sebagai tempat tujuan wisata sendiri harus memeperhatikan usaha atau penanggulangan dampak penting yang negatif yang bersumber kepada : teknologi yang dipakai, ukuran ekonomi dan pilihan lembaga yang mengelola. Dari ketiganya aspek teknologi yang harus diwaspadai, sebab dampak lingkungan akan hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan metedologiteknologi yang tepat guna Mardjuka,1995 : 22. Khusus untuk kegiatan kepariwisataan, pemerintah berdasarkan Undang-undang konservasi dapat memberikan izin hak pengusahannya pada zona kawasan pemanfaatan di Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dengan mengikutsertakan masyarakat. Kegiatan pengusahaan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Zain, 1995 : 28-30.Pengelolaan hutan agar hutan wisata itu lestari, maka pihak yang diberi wewenang, bekerjasama dengan masyarakat dan tidak menyampingkan kearifan lokal. Seperti yang terdapat pada hutan wisata Kera Sangeh, di Bali, dimana hutan tersebut dapat lestari karena pengelolaannya yang mengikutsertakan masyarakat adat setempat, di samping itu masyarakat di sekitar hutan tersebut mampu meningkatkan pendapatan mereka melalui arus pariwisata yang berkunjung untuk menikmati hutan itu. Atmaja dalam Mangarah, 1997 : 26. Universitas Sumatera Utara Kawasan Konservasi didefinisikan sebagai kawasan yang dilindungi karena ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh kawasan tersebut cirri-ciri tersebut antara lain : Mac Kinnon et.al dalam Chafid Fandelli 2000 • Keunikan ekosistemnya, misalnya terdapat faunistik yang khas di pulau Sulawesi antara garis abstrak Wallace dan Weber. • Adanya sumber daya fauna yang telah terancam kepunahan, misalnya Badak Jawa bercula satu, di Ujung Kulon, Banteng di Baluran dan Jalak di Bali Barat. • Keanekaragaman baik jenis flora dan faunanya, misalnya Kawasan Gunung Gede Pangrango. • Panorama atau ciri Geofisik yang memiliki nilai esteitik. • Karena fungsi Hidro-logi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan tanah. Didalam UU No 5 tahun 1990 disebutkan dua kategori kawasan konservasi yaitu : 1. Kawasan Suaka Alam yang terdiri atas Cagar Alam, dan Suaka Margasatwa. Memiliki khas baik didarat maupun diperairan sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. 2. Kawasan Pelestarian alam yang terdiri atas Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Begitu juga dengan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki ciri-ciri tersebut, sehingga kawasan ini termasuk sebagai kawasan konservasi. Universitas Sumatera Utara Mengingat Cagar Alam ini kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan flora yang bukan hanya sekedar untuk koleksi, melainkan juga memberikan juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi keperluan ilmu pengetahuan dan pendidikansebagai laboratorium alam serta pengembangan pariwisata rekreasi, maka pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636KptsUm91980 sebagai Cagar Alam Sibolangit seluas 24,85 Ha dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata Sibolangit. Menurut Van Lavieren dalam Chafid Fandelli 2000 : 78. Pelayanan yang perlu dilakukan agar pengunjung merasa puas adalah : 1. Adananya pintu gerbang masuk 2. Pusat informasi 3. Kantor pengelola 4. Fasilitas kemudahan pengunjung, Telekomunikasi, Restorasi, Penginapanjika perlukebersihan laingkungan, dan MCK. 5. Fasilitas rekreasi, olahraga, tempat bermain, shelter peristirahatan 6. Rambu-rambu penting bagi pengunjung 7. Jalan-jalan dan kawasan pariwisata alam, lokasi-lokasi berkemah. Berdasarkan keterangan yang tersebut semuanya tersedia di dalam kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit sehingga mempermudah pengunjung untuk menikmati wisata alam mereka.Satu hal yang tidak boleh diabaikan terutama dalam kaitannya dengan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat. Dalam konteks ini wisatawan dapat diajak untuk mengunjungi bahkan terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat, seperti memancing, menumbuk padi, atau membuat barang-barang kerajinan. Universitas Sumatera Utara Aspek pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat yang terjadi merupakan bagian dari dampak ekonomi. Dengan adanya kunjungan wisata dan masukkan unsur pemberdayaan yang tepat, maka pola-pola perilaku seperti penebangan hutan secara liar, perburuan hewan langka, dan pertambangan liar dapat direduksi, sederhananya pola pencarian dapat beralih kesektor wisata yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan http : www.pnm.co.id.

1.6. Metodologi Penelitian