Ekoturisme Di Sibolangit
EKOTURISME DI SIBOLANGIT
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Bidang Antropologi
OLEH :
EROLD EBEN HAEZER SITUMORANG
050905048
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
(2)
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
Halaman Persetujuan
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan Oleh
Nama : Erold Eben Haezer Situmorang Nim : 050905048
Judul : EKOTURISME DI SIBOLANGIT
a.n
Pembimbing Skripsi Ketua Departemen Sekertaris
Dra. Sabariah Bangun M.Soc.Sc Drs. Irfan Simatupang, M.si Nip. 195701051987032001 Nip. 196411041991031002
a.n Dekan Pembantu Dekan I
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
Nip. 195808091986011002 Drs. Humaizi, M.A
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Sumatera Utara.
Adapun judul skripsi ini adalah “Ekoturisme Di Sibolangit”. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini akan sangat penulis harapkan.
Selama penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tinginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M Arif Nasution selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uneversitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Humaizi, M.A. selaku Pembantu Dekan I atas fasilitas yang telah diberikan kepada penulis.
3. Bapak Drs. Zulkifli Lubis, M.si selaku ketua Departemen
Antropologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
4. Drs. Zulkifli, M.A. selaku dosen penasehat akademik yang selalu mengingatkan kepada penulis untuk segera menyelesaikan penulisan skripsi ini.
(4)
5. Dra. Sabariah Bangun, M.Soc.sc, selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan memberikan kontribusi teoritis dan metodologis dalam penulisan skripsi ini. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas seluruh kebijaksanaan, bimbingan, ketulusan dan kesediaan beliau dalam penulisan skripsi ini.
6. Dra. Sri Alem Sembiring M.si yang telah meluangkan waktu untuk menjadi panguji dalam ujian proposal dan skripsi penulis. Terima kasih atas masukan dalam penyempurnaan skripsi ini.
7. Seluruh Staf Pengajar Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membekali penulis dalam ilmu pengetahuan.
8. Kepala Desa Bandar Baru atas kerja samanya dalam pemberian data yang penulis perlukan
9. Informan-informan yang telah membantu penulis dalam
memberikan informasi yang penulis butuhkan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
10.Penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis persembahkan untuk orang tua tercinta, Mama Pdp. Nurkia Marpaung dan Papa Oloan Situmorang yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis sampai penulis meraih gelar sarjana.
(5)
11.Adik-adiku tercinta: Angelica Yohana Situmorang dan Laura Priskila Situmorang atas kasih sayang dan dukungan doa yang diberikan kepada penulis. Keluarga besar penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungannya.
12.Spesial ditujukan kepada sahabat-sahabatku tersayang : Helen Kurnia Sitinjak, Herry A Sianturi, Mas Dhani, Andri, Eva, Darwin, Herry M, Remaja Barus, Vina, Maria S, Helen, Harni, Aless, Kia, Kevin dan Toto yang tidak pernah berhenti memberikan semangat kepadaku dan Thanks untuk persahabatannya.
13.Kepada Kerabat Antropologi 2005 yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas persaudaraanya, dan semua stambuk 2006, 2007, 2008, dan 2009 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Akhir kata atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, penulis mendoakan semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan dan melimpahkan karuniaNya kepada kita semua. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Mei 2010
(6)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3.1 Jumlah Penduduk Perdusun Dibagi Bedasarkan Jenis Kelamin…… 27
Tabel 2.4.1 Jumlah Bangunan Rumah Menurut Jenis Konstruksi……… 29
Tabel 2.5.1 Sarana Pendidikan………. 30
Tabel 2.6.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………... 32
(7)
ABSTRAK
Erold Eben Haezer Situmorang, 2010. Ekoturisme di Sibolangit, terdiri dari 5 BAB, 83 halaman, 5 daftar tabel, daftar pustaka, 15 daftar informan, 13 pedoman wawancara, 18 foto penelitian dan 1 peta lokasi dan 2 surat penelitian.
Penelitian ini mengkaji tentang ekoturisme di Sibolangit. Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja kegiatan orang-orang yang berkemah, dan mengapa mereka memilih tempat ini sebagai tempat yang cocok untuk kegiatan berkemah, dan alasan wisatawan memilih tempat ini sebagai tempat tujuan mereka untuk berwisata. Serta ingin mengetahui strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat, dan wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan pariwisata. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai alat analisisnya.
Hasil penelitian ini adalah Kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi ekoturisme, mengingat daerah ini memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati yang khas, didalamnya terdapat Air Terjun Dwi Warna yang sangat menarik dan unik yaitu dua air terjun yang mempunyai dua warna yang berbeda antara air terjun yang satu berwarna biru dan air terjun yang kedua berwarna putih, dikawasan Taman Wisata Alam Sibolangit ini juga terdapat sungai dengan air yang jernih serta beberapa jenis spesies hewan, tumbuhan dan pemandangan alam yang indah.
Kesimpulan penelitian ini menyimpulkan bahwa alasan wisatawan berkunjung ke Taman Wisata Sibolangit adalah rasa penasaran, ingin menyegarkan pikiran, dan menenangkan diri dari kehidupan di kota dengan pekerjaan-pekerjaan yang membuat pikiran jenuh. Mereka mengangap tempatnya sangat bagus untuk tempat rekreasi dikarenakan lokasinya yang berada didataran tinggi serta udaranya yang bersih dan sejuk jauh dari polusi. Aktivitas pengunjung yang berkemah di Taman Wisata Sibolangit dimula dari pagi hari sampai siang mulai dari mendirikan tenda, menyiapkan kebutuhan yang diperlukan seperti mencari kayu bakar, menyiapkan bekal untuk kebutuhan makan. Malam hari aktivitas pengunjung yaitu menyalakan kayu bakar untuk penerang dan penghangat badan, ada yang memainkan alat musik dan bernyanyi untuk menghilangkan rasa jenuh dan sebagian lagi berinteraksi kepada sesama pengunjung lain yang sedang kemping (berkemah). Strategi pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah setempat bekerjasama dengan masyarakat berusaha menanami hutan yang selama ini ditebang agar pepohonan besar dihutan penyangga tidak ditebang habis, sehingga tidak berpengaruh pada hilangnya berbagai spesies hewan dan tumbuhan, erosi tanah sekaligus pengikisan unsur hara, sungai kekeringan atau turunnya debit air.
(8)
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ……… i
HALAMAN PENGESAHAN ………... ii
KATA PENGANTAR ……… iii
ABSTRAK ……… vi
DAFTAR ISI ……… vii
DAFTAR TABEL ……… x
BAB I PENDAHULUAN………. 1
I.1. Latar Belakang Masalah ……… 1
I.2. Perumusan Masalah ………... 11
I.3. Lokasi Penelitian ………... 12
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 12
I.5. Tinjauan Pustaka ………... 13
I.6. Metodelogi Penelitian ………... 19
I.6.1 Pendekatan Penelitian ………. 19
I.6.2. Teknik Pengumpulan Data ……… 20
I.7. Analisis Data ……… 22
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ………... 23
2.1. Letak dan Kondisi Geografis ………... 23
2.2. Sejarah Awal Mula Desa ………. 24
2.3. Keadaan Penduduk ………... 26
2.4. Pola Pemukiman ……….. 28
2.5. Sarana dan Prasarana ………... 29
2.5.1. Sarana Pendidikan ……… 29
2.5.2. Sarana Kesehatan ………. 30
2.6. Sistem Religi ………... 31
2.6.1. Sarana Ibadah ……….. 31
2.7. Mata Pencaharian ……… 32
(9)
BAB III EKOTURISME DI SIBOLANGIT ………... 35
3.1. Perkembangan Ekoturisme di Taman Wisata Alam Sibolangit…….. 35
3.1.1. Sejarah Ekoturisme di Taman Wisata Alam Sibolangit…... 35
3.1.2. Badan Pengelola Kepariwisataan ……… 36
3.1.3. Wisatawan ………... 36
3.2. Jenis dan Potensi Ekoturisme ………... 38
3.2.1. Fauna ……….. 39
3.2.2. Pemandangan Alam ………... 39
3.2.2. Sejarah Air Terjun Dwi Warna ……….. 40
3.2.4. Flora dan Vegatasi Tumbuhan ………... 45
3.3. Instansi yang Menunjang Ekoturisme Sibolangit ………. 46
3.3.1. Instansi yang Dibentuk Pemerintah Pusat ………... 48
3.3.2. Instansi yang Dibentuk Pemerintah Daerah………... 54
3.3.3 Instansi yang Dibentuk Masyarakat………... 55
3.3.4. Instansi yang Dibentuk Pihak Swasta………. 56
BAB IV AKTIVITAS WISATAWAN YANG BERKEMAH(KEMPING).... 57
4.1. Kegiatan Pengunjung yang berkemah di Taman Wisata Sibolangit… 57
4.2. Ranger (Pemandu)………. 62
4.3. Penyediaan Sarana dan Prasarana………... 65
4.3.1. Fasilitas Rekreasi……… 65
4.3.2. Fasilitas Informasi dan Pelayanan……….. 65
4.3.3. Fasilitas Transportasi……….. 66
4.4. Strategi Pengelolaan dan Pelestarian Ekoturisme………. 66
4.4.1. Hutan……….. 67
4.4.2. Hewan………. 69
4.4.3. Sungai………. 70
4.5. Analisis dan Tanggapan……… 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 73
5.1. Kesimpulan………... 73
(10)
DAFTAR PUSTAKA……….. 77
DAFTAR INFORMAN………... 79
PEDOMAN WAWANCARA ………. 81
LAMPIRAN ……… 83
FOTO PENELITIAN ……….. 83
SURAT IJIN PENELITIAN ………... 85
(11)
ABSTRAK
Erold Eben Haezer Situmorang, 2010. Ekoturisme di Sibolangit, terdiri dari 5 BAB, 83 halaman, 5 daftar tabel, daftar pustaka, 15 daftar informan, 13 pedoman wawancara, 18 foto penelitian dan 1 peta lokasi dan 2 surat penelitian.
Penelitian ini mengkaji tentang ekoturisme di Sibolangit. Tulisan ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja kegiatan orang-orang yang berkemah, dan mengapa mereka memilih tempat ini sebagai tempat yang cocok untuk kegiatan berkemah, dan alasan wisatawan memilih tempat ini sebagai tempat tujuan mereka untuk berwisata. Serta ingin mengetahui strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat, dan wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan pariwisata. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif sebagai alat analisisnya.
Hasil penelitian ini adalah Kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit sangat potensial untuk dikembangkan sebagai lokasi ekoturisme, mengingat daerah ini memiliki keanekaragaman sumber daya alam hayati yang khas, didalamnya terdapat Air Terjun Dwi Warna yang sangat menarik dan unik yaitu dua air terjun yang mempunyai dua warna yang berbeda antara air terjun yang satu berwarna biru dan air terjun yang kedua berwarna putih, dikawasan Taman Wisata Alam Sibolangit ini juga terdapat sungai dengan air yang jernih serta beberapa jenis spesies hewan, tumbuhan dan pemandangan alam yang indah.
Kesimpulan penelitian ini menyimpulkan bahwa alasan wisatawan berkunjung ke Taman Wisata Sibolangit adalah rasa penasaran, ingin menyegarkan pikiran, dan menenangkan diri dari kehidupan di kota dengan pekerjaan-pekerjaan yang membuat pikiran jenuh. Mereka mengangap tempatnya sangat bagus untuk tempat rekreasi dikarenakan lokasinya yang berada didataran tinggi serta udaranya yang bersih dan sejuk jauh dari polusi. Aktivitas pengunjung yang berkemah di Taman Wisata Sibolangit dimula dari pagi hari sampai siang mulai dari mendirikan tenda, menyiapkan kebutuhan yang diperlukan seperti mencari kayu bakar, menyiapkan bekal untuk kebutuhan makan. Malam hari aktivitas pengunjung yaitu menyalakan kayu bakar untuk penerang dan penghangat badan, ada yang memainkan alat musik dan bernyanyi untuk menghilangkan rasa jenuh dan sebagian lagi berinteraksi kepada sesama pengunjung lain yang sedang kemping (berkemah). Strategi pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah setempat bekerjasama dengan masyarakat berusaha menanami hutan yang selama ini ditebang agar pepohonan besar dihutan penyangga tidak ditebang habis, sehingga tidak berpengaruh pada hilangnya berbagai spesies hewan dan tumbuhan, erosi tanah sekaligus pengikisan unsur hara, sungai kekeringan atau turunnya debit air.
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Manusia selalu bergerak, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, ciri ini menandai pola kehidupan manusia pada bangsa primitif maupun modern. Mobilitas merupakan hakiki manusia itu sendiri yang tidak pernah terpaku pada suatu tempat untuk memenuhi tuntutan kelangsungan hidupnya. Demikian juga dengan pariwisata. Sudah berabad-abad lamanya melakukan perjalanan, bahkan sudah ribuan tahun yang silam manusia sudah melakukan perjalanan dengan alasan tugas militer dan kepentingan bisnis serta untuk meneliti jenis-jenis makanan sejak jaman prasejarah. Bahkan perjalanan berekreasi atau berhari libur sudah lama berlangsung sejak hidup manusia. Ukiran pada pekuburan raja-raja yang sedang melakukan perjalanan untuk mencari hiburan, misalnya mengail disungai Nil atau berburu di padang pasir. (Wahab, 1998 : 1).
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata
”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan
sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103), sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
(13)
Sebagai suatu aktivitas manusia, pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Pariwisata semakin berkembang sejalan perubahan-perubahan social, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik. Runtuhnya sistem kelas dan kasta semakin meratanya distribusi sumberdaya ekonomi, ditemukannya teknologi transportasi, dan peningkatan waktu luang yang didorong oleh penciutan jam kerja telah mempercepat mobilitas manusia antar daerah, Negara, dan benua, khususnya dalam hal pariwisata.
Seperti yang dikutip Dr. James J. Spillane dari M.J. Prajogo (1990 : 13) gejala pariwisata dalam arti sempitnya adalah kunjungan ke tempat-tempat tertentu sebagai motivasinya, maupun dalam arti luasnya mencangkup dari segala macam motivasi yang berpengaruh pada segi kehidupan masyarakat, baik segi sosial, ekonomi, yang biasa dinyatakan dengan angka (quantifiable) maupun pada segi sosial
(unquantifiable). Pengaruh itu bisa menguntungkan, sehingga perlu untuk diliput,
digandakan dan bisa merugikan sehingga sedapat mungkin dihindari atau dibatasi. Kehadiran pariwisata di Indonesia ternyata telah memberikan peranan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Pengaruh ini dapat berupa hal-hal yang positif, seperti meningkatnya pendapatan masyarakat, membuka lapangan kerja yang baru dan menambah devisa negara dalam bidang kepariwisataan. Dikebanyakan negara-negara berkembang saat ini kurangnya dana bagi pembangunan negara-negara diantisipasi dengan suatu perencanaan yang mengikut sertakan peluang industri wisata bagi pemasukan devisa. Untuk mendorong tumbuhnya industri wisata banyak negara berkembang menawarkan bantuan promosi bagi pelaku wisata serta subsidi.
(14)
Dengan mantapnya industri wisata diharapkan aliran dollar dapat masuk ke kas negara dan selanjutnya digunakan bagi kas pembangunan, mengurangi hutang luar negeri, membantu pembayaran import, membantu dan mendorong penguatan infarastruktur domestik dan mendukung program-program sosial dan peningkatan sumber daya manusia.
Samsuridjal (1997:24) mengemukakan bahwa jenis-jenis wisata antara lain:
a) Wisata Rekreasi, wisata yang dilakukan orang untuk memanfaatkan waktu libur di luar rumah. Kebanyakan wisata jenis ini dilakukan untuk menikmati keindahan alam.
b) Wisata Bahari, Wisata dengan obyek kawasan laut misalnya
menyelam, berselancar, berlayar, memancing dan lain-lain.
c) Wisata Alam, wisata dengan obyek Alam. Obyek gunung yang tinggi, gua, sungai yang deras, tebing terjal. Pada umumnya peminat obyek ini adalah para remaja dan petualang.
d) Wisata Budaya, wisata yang menawarkan obyek yang berupa tradisi dan budaya serta adat istiadat masyarakat yang unik.
e) Wisata Olahraga, Wisata yang dilakukan dengan tujuan pertandingan dan meningkatkan prestasi olah raga.
f) Wisata Bisnis, Perjalanan yang dilakukan untuk tujuan bisnis. Wisata jenis ini membutuhkan sarana penunjang bisnis yang baik.
g) Wisata Konvensi, Wisata yang dilakukan ke suatu negara untuk keperluan rapat atau sidang.
(15)
h) Wisata Jenis lain, keinginan dan ketertarikan masyarakat beraneka ragam. Perkembangan jenis wisata juga semakin banyak. Kini mulai populer dengan apa yang disebut dengan wisata sejarah, arkeologi, berburu, safari, fotografi, bulan madu dan sebagainya.
Wisata merupakan salah satu penggerak perekonomian penting di banyak kawasan dunia. World Travel and Tourism Concil (WTTC), pada tahun 1995 mengindikasikan dampak positif di sektor wisata bagi perekonomian dunia sebagai berikut :
1. Sektor wisata akan menggerakkan dan menyumbangkan (setidaknya) 10,9% dari GDP dunia.
2. Sektor wisata akan memberikan kontribusi lebih dari 11,4% investasi capital dunia.
3. Sektor wisata diharapkan akan memberikan kontribusi di sektor pembayaran pajak lebih dari 655 US $ (Brandon, dalam Lukman, 2004).
Amerika Selatan mempunyai pemandangan alam yang beragam dan sangat menawan. Hutan dan margasatwa didalamnya yang berbeda dengan kawasan manapun dibelahan dunia lainnya. Situs-situs arkeologi, pantai yang indah, iklim yang menarik serta kekayaan budaya setempat. Semua pemerintah di negara-negara di Amerika Selatan telah menyadari peranan penting pariwisata dalam kawasannya masing-masing. Namum pertumbuhan wisatanya belum mencapai yang diharapkan. Kecilnya jumlah wisatawan yang mengunjungi kawasan Amerika Selatan ini disebabkan beberapa diantaranya :
(16)
A. Amerika Selatan belum maksimal melakukan promosi dan pembangunan di sektor wisata secara serius.
B. Kawasan Amerika Selatan adalah kawasan yang mempunyai jarak relatif jauh dari negara-negara penyumbang wisata Internasional.
C. Atraksi yang digunakan belum mempunyai kekuatan kompetitif terhadap kawasan lainnya.
Berbeda dengan industri wisata di Malaysia yang tumbuh dengan cepat dimulai pada tahun 1995. Total penerimaan dari sektor wisata bagi Malaysia tercatat 3,6 Milliar US $ dari sekitar 7. 468. 749 wisatawan dengan rata-rata waktu kunjung 11-8 dalam waktu semalam. Melihat dari sektor wisata tersebut pemerintah Malaysia menganggarkan 119 juta US $ untuk pembangunan sektor pariwisata. Dilakukan kampanye-kampanye pariwisata dilakukan secara besar-besaran di seluruh penjuru dunia yakni dengan memanfaatkan keunikan Malaysia lewat semboyan “ Malaysia : Truly Asia “. Promosi ini digencar-gencarkan dibandara-bandara, majalah-majalah, iklan-iklan televisi, serta biro-biro perjalanan wisata / travel (Luchman, 2004).
Tetapi sungguh sangat disesalkan dalam mempromosikan biro-dalam mempromosikan keunikan yang ada dinegaranya, Malaysia secara sepihak mengambil atau mengklaim budaya-budaya yang berasal dari Indonesia sebagai salah satu dari kekayaan budaya Malaysia, untuk menarik wisatawan-wisatawan mancanegara. Budaya-budaya yang diklaim atau diakui Malaysia sebagai budaya yang berasal dari mereka adalah :
(17)
a. Batik
b. Alat musik tradisional Angklung c. Kesenian tradisional Reog Ponorogo d. Kesenian Wayang
e. Lagu “ Rasa Sayange “ f. Tari Pendet
Menurut A.J Nerwal, wisatawan adalah seorang yang memasuki wilayah negeri asing dengan maksud dan tujuan apapun asalkan bukan untuk tinggal permanen atau untuk usaha-usaha yang teratur melintasi perbatasan dan mengeluarkan uangnya di negeri yang dikunjungi, dimana apa yang diperolehnya itu bukan suatu yang ada di daerahnya tetapi yang ada di daerah orang lain.
Di Negara Indonesia sendiri pertumbuhan wisatawan mancanegara mencapai angka tertinggi di tahun 1989 (25 %), kemudian turun drastis mencapai pertumbuhan terendah pada tahun 1997 yaitu ketika terjadi kerusuhan terbesar di Indonesia. Ketakutan akan keamanan terus menggerogoti angka kunjungan pada tahun-tahun berikutnya dimana tahun 1998 pertumbuhan tercatat – 11, 16 %. Konflik horizontal yang terjadi di Ambon dan Poso dan dampak dari aksi terorisme juga menjadi penentu keberhasilan industri wisata suatu kawasan, wisatawan harus mendapatkan kenyamanan dan jaminan keamanan.
(18)
Keterpurukan industri wisata Indonesia setelah kerusuhan tahun 1998 semakin parah ketika kasus teror Bom Bali I yang menelan ratusan korban jiwa yang sebagian besar korbannya adalah wisatawan asing/mancanegara. Setahun kemudian daerah-daerah wisata di Indonesia semakin sepi dari kunjungan wisatawan-wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Berlanjutnya teror-teror bom seperti bom Marriot I, bom Kedubes Australia, bom Bali II, dan baru-baru yang terjadi terakhir kali adalah bom Kuningan (Marriot dan Ritzh Charlton)semakin meyakinkan negara-negara luar terutama negara-negara Barat untuk mengeluarkan “travel warning” bagi warganya untuk berwisata ke Indonesia, mengingat sasaran teroris adalah orang-orang barat.
Di Negara Indonesia sendiri konsep formal pariwisata tercantum dalam pasal I Instruksi Presiden No 9. Tahun 1990 tentang kepariwisataan. Dalam pasal tersebut dirumuskan bahwa ruang lingkup pariwisata adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan promosi, perjalanan dengan fasilitas lainnya yang diperlukan oleh para wisatawan.
Indonesia dikenal sebagai negara yang kekayaan sumber daya alam hayati terutama dalam hal keanekaragaman flora, fauna dan tipe-tipe ekosistem yang semua ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk dapat dimanfaatkan dalam mewujudkan kemakmuran masyarakat (BKSDA – I, 2006 : 1)
(19)
Keanekaragaman yang tinggi mempunyai arti penting dalam bidang ekonomi, terutama untuk kebutuhan bahan pangan, obat-obatan, kosmetika dan pengembangan wisata yang berbasis alam; hutan, laut dan matahari. Potensi ekonomi dari kekayaan alam kita ini, tak dapat kita raih dimasa datang jika erosi keanekaragaman hayati, dari segi ekosistem, spesies maupun genetic terus terjadi akibat exploitasi yang berlebih dan adanya pemanasan global dan perubahan iklim.
Dari dunia timur maupun barat telah banyak mengunjungi Indonesia. Dalam melakukan perjalanan tersebut merupakan awal perjalanan dari ekowisata. Wisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan pengamatan burung, penelusuran jejak hutan belantara, tetapi telah terkait dengan konsep pelestarian hutan dan pengembangan penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat yang tumbuh dari keprihatinan terhadap lingkungan ekonomi dan sosial serta memanasnya suhu permukaan bumi akibat adanya pemanasan global yang semakin parah akibat adanya efek rumah kaca. Ekowisata tidak dapat dipisahkan dengan konservasi, oleh sebab itu bisa juga disebut sebagai bentuk perjalanan wisata yang bertanggungjawab.
Berbeda dengan wisata konvensional, ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumber daya alam. Masyarakat ekowisata Internasional mengartikannya sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (dalam Anton dan Helmut 2006 : 36).
Ekowisata merupakan suatu bentuk wisata yang sangat erat dengan prinsip-prinsip konservasi. Dengan demikian ekowisata sangat tepat dan berdaya guna dalam mempertahankan keutuhan dan keaslian ekosistem di areal yang masih alami.
(20)
Propinsi Sumatera Utara yang dengan kekayaan alamnya yang beragam merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang banyak kita jumpai objek wisatanya, khususnya untuk kegiatan ekowisata, yang diantaranya bisa kita temukan di daerah Kabupaten Deli Serdang (terutama daerah wisata alam Sibolangit) di daerah Kabupaten Langkat (daerah wisata Bukit Lawang), Kabupaten Dairi dan Kabupaten Karo dan yang lainnya, hal ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini. :
Tabel berikut akan memberikan gambaran lokasi-lokasi wisata alam yang ada di Sumatera Utara :
NO Taman Wisata Objek Wisata
1 Cagar Alam Sibolangit (Deli Serdang)
1.1Pemandangan alam pesisir timur
Sumatera Utara 1.2Karantina Orang Utan
2 Suaka Margasatwa Karang
Gading (Langkat Timur)
2.1 Pemandangan laut lepas pantai Selat Malaka
2.2 Berbagai lokasi memancing ikan laut.
3 Taman Wisata Alam
Sibolangit (Deli Serdang)
3.1 Koleksi Jenis Pohon dalam dan luar negeri
3.2 Sarana pengenalan penelitian jenis pohon
4 Suaka Margasatwa
Siranggas (Dairi)
4.1 Habitat satwa yakni Harimau Sumatera, Rusa, kancil dan sebagainya
5 Taman wisata alam Lau
Debu-debu (Tanah Karo)
5.1 Pemandian air panas
5.2 Tempat-tempat suci bagi penganut kepercayaan Pemena
6 Areal 242 Aras Napal
(Langkat)
6.1 Unit patroli gajah
6.2 Pemandian Air pegunungan
7 Taman Wisata Alam
DalengLancuk (Kabupaten Karo)
7.1 Danau Lau Kawar untuk lokasi
perkemahan 7.2 Gunung Sinabung
(21)
Demikian juga dengan Taman Wisata Alam Sibolangit (Luas + 24,85 Ha) sebagai objek penulis. Tanaman Wisata Alam Sibolangit terletak di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang atau tepatnya di Sibolangit Camp Area (Area kemping Sibolangit). Penulis memilih lokasi ini sebagai objek penelitian adalah untuk mendapatkan gambaran alasan para wisatawan memilih lokasi ini sebagai lokasi tempat wisata berkemah serta aktivitas kesehariannya ketika berkemah dan ingin melihat peran-peran institusi terhadap kawasan wisata Taman Wisata Alam Sibolangit.
Hampir setiap hari Taman Wisata Alam Sibolangit selalu dikunjungin oleh para wisatawan terutama yang berasal dari kota Medan ataupun dari Tanah Karo, tetapi ada juga yang berasal dari Tanjung Balai, Pematang Siantar, Langkat dan daerah-daerah lain yang ada di kawasan Sumatera Utara, juga turis mancanegara ada yang datang ke tempat ini. Memang tidak heran jika para wisatawan yang datang ketempat ini dikarenakan Taman Wisata Sibolangit juga merupakan tempat atau pusat kegiatan Pramuka, hampir setiap bulan ada saja kegiatan Pramuka dikarenakan kawasan Sibolangit adalah tempat Jambore di Sumatera Utara, bahkan pada tahun 1977 Sibolangit pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Jambore Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 1-20Juli 1977, dan didalam Taman Wisata Alam Sibolangit ini juga terdapat kekayaan alam yang sangat indah dan unik yaitu Air Terjun Dwi Warnanya.
(22)
Pertumbuhan wisata ini didorong oleh semakin banyaknya para Pecinta Alam (Nature Lovers). Walaupun pada kenyataannya sangat sulit didefinisikan “Pecinta
Alam” para kelompok ini telah menyumbangkan jasa besar bagi pembukaaan
daerah-daerah baru bagi tujuan wisata, terutama pada ekosistem hutan tropik dengan kekayaan hayatinya yang khas. Sangat disayangkan beberapa “Pecinta Alam” menyumbangkan peran besar bagi menurunnya nilai-nilai, situs-situs atau monument alam dengan cara mencoret-coret dan mengotori komponen-komponen seperti bebatuan, tebing, kayu, dan lain-lain.
Selain itu, pengunjung sering memasuki destinasi wisata dengan membawa makanan yang dikemas dalam berbagai produk dan bentuk. Bahan-bahan pengemas yang tidak dapat terdegradasi dan beracun seperti palstik, ataupun botol gelas. Bahan-bahan tersebut secara ekologis tidak akan mampu dicerna dan dihancurkan oleh organisme-organisme pengurai dan akibatnya limbah tersebut terakumulasi di lingkungan tanpa dapat diuraikan (Nebel dan Wright, 2000).
Kejadian seperti yang disebutkan di atas juga terjadi di Taman Wisata Alam Sibolangit, bisa dilihat banyak orang yang datang ke taman tersebut membuang sampah secara sembarangan, mangambil tanaman-tanaman di hutan seperti jamur, dan tanaman-tanaman lainnya yang dijadikan oleh mereka oleh-oleh perjalanan mereka, bahkan ada beberapa yang menjual sebagai hiasan. Juga tidak jarang mereka membuat “prasasti-prasasti” dibebatuan, pohon-pohon dan sebagainya sehingga mengotori komponen-komponen alam tersebut.
(23)
1.2. Perumusan Masalah
Beradasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka perumusan masalah penelitian ini dapat diperjelas dengan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana aktivitas pengunjung yang kemping (berkemah) di Taman Wisata Alam Sibolangit ?
2. Apakah yang menjadi alasan wisatawan memilih Taman Wisata ini sebagai tempat perjalanan wisata alam mereka ?
3. Bagaimana strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah masyarakat setempat, serta wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan kepariwisataan tanpa melupakan kelestarian lingkungan ?
1.3. Lokasi Penelitian
Daerah lokasi penelitian penulis memilih lokasi Taman Wisata Alam Sibolangit dengan fokus penelitian di Kawasan Kemping Sibolangit dengan : Air Terjun Dua Warna, Jagawana Atas, DAM, Pintau, Sinembah Dll. Taman Wisata Alam ini dikelilingi hutan lindung dengan desa yang terdekat adalah Desa Bandar Baru, kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang.
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan untuk mendapatkan gambaran apa-apa saja kegiatan orang-orang yang berkemah dan mengapa mereka memilih tempat ini sebagai tempat yang cocok untuk kegiatan berkemah, dan alasan wisatawan memilih tempat ini sebagai tempat tujuan mereka untuk berwisata.
(24)
Serta ingin mengetahui strategi pengelolaan yang dilakukan oleh Pemerinta Daerah, masyarakat, dan wisatawan yang terkait dalam pelayanan kegiatan pariwisata.
Adapun manfaat penelitian dari hasil penelitian ini untuk menambah referensi dibidang antropologi, menambah wawasan dan sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5. Tinjauan Pustaka
Konsep ekoturisme merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini gencar dibicarakan baik dalam seminar, maupun lokakarya. Konsep ini diisukan mempunyai peran ganda yaitu disatu pihak mampu melestarikan sumber daya alam dan dipihak lain mampu meningkatkan devisa negara dan pendapatan masyarakat disekitar kawasan. Istilah ekoturisme muncul akibat semakin terancam punahnya sumber daya alam hayati yang dapat mengancam kehidupan manusia (Mangarah, 1992).
Ekoturisme diartikan sebagai suatu perjalanan yang bersahabat dengan lingkungan alam, tidak mengganggu alam, sekalipun tujuan perjalanan itu menikmati pemandangan alam, dan pepohonan, yang alami, udara yang segar, kebudayaan masyarakat sekitarnya,, menikmati flora dan fauna, yang ada dilingkungan tersebut. Menurut Mardjuka, (1995:22) ekoturisme meliputi semua kegiatan yang harus diperhatikan dan berwawasan akrab dengan lingkungan.
(25)
Hal serupa juga diungkapkan oleh Elisabeth Boo, seorang pakar wisata Ecotourism dari WWF (World Wildlife Foundation)dalam bukunya yang berjudul The Potential and Pitfall (1990) dengan mengutip pandangan Nector Celballos Las Curain dari IUONR (International Union For Conservation of Nation Resources). Berpandangan bahwa :
• Ecoturism is defined as traveling to relatively undisturbed or uncontaminated nature areas with the specific objectives of studying, admiring, and enjoying the scenary and its wild plant and animal, as well existing cultural.
Mengandung arti bahwa ekoturisme dapat didefenisikan sebagai suatu kunjungan kesuatu daerah yang tidak merusak alam dan tidak mencemari kealamiahan lingkungan dengan tujuan study, mengagumi alam atau menikmati pemandangan pegunungan dan pepohonan yang ada dipuncak bukit, serta berbagai jenis hewan, maupun kebudayaan yang ada didalmnya.
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata
”travel” dalam bahasa Inggris. Atas dasar itu, maka kata ”Pariwisata” dapat diartikan
sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan ”Tour”. (Yoeti, 1991:103), sedangkan menurut RG. Soekadijo (1997:8), pariwisata ialah segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan.
(26)
Salah satu objek wisata ekoturisme yang terpenting adalah hutan. Hutan merupakan ekosistem atau kekayaan alam yang mempunyai jasa ekonomi maupun biologi. Di bidang ekonomi, hutan dapat diolah masyarakat untuk berbagai kebutuhan seperti kayu bakar, papan, obat-obatan, dan pemukiman. Dibidang biologi hutan menjamin kelangsungan hidup hayati dan pemeliharaan tanah. Dari segi ekologi hutan terdiri dari berbagai tumbuhan atau vegetasi yang berinteraksi dengan semua factor lingkungan.
Hal ini sejalan dengan fungsi hutan sebagi taman nasional, cagar alam, suaka margasatwa, taman wisata, taman buru, hutan lindung dan lain-lain. (Khoyat, 1995 : 20). Bahkan fungsi ekoturisme menarik dan sejalan dengan gerkan hijau yang memperjuangkan pembangunan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu hutan merupakan objek yang terpenting bagi ekoturisme,(Wirawan : skripsi, 2007) .
Pohon-pohon yang ada di dalam hutan sangat penting dalam usaha menstabilkan kesuburan tanah. Misalnya hutan-hutan di sepanjang Bukit Barisan merupakan mata rantai utama yang menghubungkan musim hujan dengan kelangsungan hidup. Secara tidak langsung tanah-tanah di tebing-tebing sangat mudah laongsor apabila semua pohon sudah habis dan dapat membahayakan masyarakat di sekitar lingkungan tersebut.
Gangguan-gangguan hidroliks berupa banjir, maupun kurangnya debit air yang mengalir pada musim kemarau didaerah yang pohon-pohonnya sudah habis ditebang. Hal ini sesuai dengan UU No 32 tahun 2009 beberapa point penting dalam UU No 32 tahun 2009 adalah :
(27)
1. Keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup. 2. Kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah. 3. Penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup
4. Penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup, yang meliputi instrumen kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan, instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup.
5. Pendayagunaan perizinan sebagai instrumen pengendalian; 6. Pendayagunaan pendekatan ekosistem;
7. Kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan 8. Penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi
dan akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
9. Penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;
10.Penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih efektif dan responsif
11.Penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup.
(28)
Pemulihan sumber daya hutan dan bukan hanya bersifat ekstraktif semata tanpa memperhatikan dampak yang akan ditimbulkan akibat adanya eksploitasi hutan. Pemanfaatan hutan sebagai tempat tujuan wisata sendiri harus memeperhatikan usaha atau penanggulangan dampak penting yang negatif yang bersumber kepada : teknologi yang dipakai, ukuran ekonomi dan pilihan lembaga yang mengelola. Dari ketiganya aspek teknologi yang harus diwaspadai, sebab dampak lingkungan akan hanya mungkin dilakukan dengan menggunakan metedologi/teknologi yang tepat guna (Mardjuka,1995 : 22). Khusus untuk kegiatan kepariwisataan, pemerintah berdasarkan Undang-undang konservasi dapat memberikan izin hak pengusahannya pada zona kawasan pemanfaatan di Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam dengan mengikutsertakan masyarakat.
Kegiatan pengusahaan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan dan devisa negara serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. (Zain, 1995 : 28-30).Pengelolaan hutan agar hutan wisata itu lestari, maka pihak yang diberi wewenang, bekerjasama dengan masyarakat dan tidak menyampingkan kearifan lokal. Seperti yang terdapat pada hutan wisata Kera Sangeh, di Bali, dimana hutan tersebut dapat lestari karena pengelolaannya yang mengikutsertakan masyarakat adat setempat, di samping itu masyarakat di sekitar hutan tersebut mampu meningkatkan pendapatan mereka melalui arus pariwisata yang berkunjung untuk menikmati hutan itu. (Atmaja dalam Mangarah, 1997 : 26).
(29)
Kawasan Konservasi didefinisikan sebagai kawasan yang dilindungi karena ciri-ciri tertentu yang dimiliki oleh kawasan tersebut cirri-ciri tersebut antara lain : (Mac Kinnon et.al dalam Chafid Fandelli 2000)
• Keunikan ekosistemnya, misalnya terdapat faunistik yang khas di pulau Sulawesi antara garis abstrak Wallace dan Weber.
• Adanya sumber daya fauna yang telah terancam kepunahan, misalnya Badak Jawa bercula satu, di Ujung Kulon, Banteng di Baluran dan Jalak di Bali Barat.
• Keanekaragaman baik jenis flora dan faunanya, misalnya Kawasan Gunung Gede Pangrango.
• Panorama atau ciri Geofisik yang memiliki nilai esteitik.
• Karena fungsi Hidro-logi kawasan untuk pengaturan air, erosi dan kesuburan tanah.
Didalam UU No 5 tahun 1990 disebutkan dua kategori kawasan konservasi yaitu :
1. Kawasan Suaka Alam yang terdiri atas Cagar Alam, dan Suaka
Margasatwa. Memiliki khas baik didarat maupun diperairan sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
2. Kawasan Pelestarian alam yang terdiri atas Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam.
Begitu juga dengan Taman Wisata Alam Sibolangit memiliki ciri-ciri tersebut, sehingga kawasan ini termasuk sebagai kawasan konservasi.
(30)
Mengingat Cagar Alam ini kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan (flora) yang bukan hanya sekedar untuk koleksi, melainkan juga memberikan juga memberikan kontribusi yang sangat penting bagi keperluan ilmu pengetahuan dan pendidikan(sebagai laboratorium alam) serta pengembangan pariwisata (rekreasi), maka pada tahun 1980 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagai Cagar Alam Sibolangit (seluas 24,85 Ha) dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata Sibolangit.
Menurut Van Lavieren dalam Chafid Fandelli (2000 : 78). Pelayanan yang perlu dilakukan agar pengunjung merasa puas adalah :
1. Adananya pintu gerbang masuk 2. Pusat informasi
3. Kantor pengelola
4. Fasilitas kemudahan pengunjung, Telekomunikasi, Restorasi, Penginapan(jika perlu)kebersihan laingkungan, dan MCK.
5. Fasilitas rekreasi, olahraga, tempat bermain, shelter peristirahatan 6. Rambu-rambu penting bagi pengunjung
7. Jalan-jalan dan kawasan pariwisata alam, lokasi-lokasi berkemah.
Berdasarkan keterangan yang tersebut semuanya tersedia di dalam kawasan Taman Wisata Alam Sibolangit sehingga mempermudah pengunjung untuk menikmati wisata alam mereka.Satu hal yang tidak boleh diabaikan terutama dalam kaitannya dengan ekowisata adalah pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat. Dalam konteks ini wisatawan dapat diajak untuk mengunjungi bahkan terlibat dalam kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat, seperti memancing, menumbuk padi, atau membuat barang-barang kerajinan.
(31)
Aspek pelestarian lingkungan dan penghargaan atas budaya setempat yang terjadi merupakan bagian dari dampak ekonomi. Dengan adanya kunjungan wisata dan masukkan unsur pemberdayaan yang tepat, maka pola-pola perilaku seperti penebangan hutan secara liar, perburuan hewan langka, dan pertambangan liar dapat direduksi, sederhananya pola pencarian dapat beralih kesektor wisata yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan (http : // www.pnm.co.id).
1.6. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Menurut Hadari Nawawi metode penelitian deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemencahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lainpada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif untuk mengumpulkan data dan informasi kualitatif, dan menjelaskan secara terperinci mengenai alasan mengapa banyak orang yang memilih taman wisata ini sebagai tempat yang tepat untuk berwisata mereka dan bagaimana pemerintah serta masyarakat setempat dalam mengelola taman wisata alam ini.
(32)
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan ketika peneliti melakukan observasi partisipasi di lapangan adalah dengan menggunakan metode wawancara dan observasi partisipasi. Wawancara mendalam (depth interview) kepada beberapa informan dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara mendalam dimaksudkan untuk memperoleh sebanyak mungkin data-data mengenai alasan para wisatwan, memilih tempat ini sebagai tempat berwisata, dan untuk mengetahui alasan para pengunjung berkemah (kemping)di Taman Wisata Sibolangit.
Informan dalam penelitian ini adalah penduduk yang di sekitar desa Bandar Baru namun di sini peneliti mengadakan pengkategorisasikan informan menjadi informan pangkal, informan kunci dan informan biasa.
1. Informan pangkal dalam penelitian ini adalah ranger (pemandu), orang yang kemping, wisatawan yang berkunjung karena peneliti beranggapan bahwa ranger,orang yang kemping dan wisatawan tersebut mengetahui siapa-siapa saja yang diwawancara untuk mendapatkan informasi.
2. Infroman kunci merupakan seseorang yang mengetahui tentang unsur-unsur kebudayaan yang diketahui. Dalam penelitian ini informan kunci adalah Kepala Ranger, Kepala Desa dan tokoh-tokoh masyarakat
3. Selain informan pangkal dan informan kunci penlitian ini dibutuhklan informan biasa. Informan biasa dapat diambil dari para wisatawan yang berkunjung dan juga yang melakukan kemah di Taman Wisata ini serta para ranger dan masyarakat yang tinggal disekitar kawasan Taman Wisata ini serta
(33)
Tokoh-tokoh masyarakat Informan ini dibutuhkan untuk mendapatkan informasi mengenai Taman Wisata Sibolangit ini.
Selain wawancara penelitian ini juga menggunakan observasi (pengamatan). Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhdap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung.
Observasi yang dilakukan adalah observasi partisipasi yaitu peneliti ikut dalam kegiatan kemping di taman tersebut untuk mendapatkan bagaimana aktivitas pengunjung yang berkemah di Taman Wisata Alam Sibolangit
Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki misalnya peristiwa tersebut
diamati melalui pemutaran film, rangkaian slide atau rangkaian foto. (Rachman, 1999 : 77).
1.7. Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengatur, mengurutkan, dan mengelompokkan memberi kode, dan mengkatagorikannya. Dalam penelitian ini data-data yang sudah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis data dimulai dengan menealah seluruh data yang tersedia dati berbagai sumber yaitu wawancara dan observasi. Tahap akhir dalam penelitian ini adalah mengadakan pemeriksaan keabsahan data. Kemudian tahap penapsiran data diakhiri dengan penulisan laporan deskriptif.
(34)
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Letak dan Kondisi Geografis
Penelitian ini dilakukan di desa Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Desa Bandar Baru berada pada 45°14 - 6°18 LU dan 110°33 - 120°48 BT. Secara administrasi desa Bandar Baru merupakan salah satu desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara dan mempunyai batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan desa Suka Makmur. - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dati II Karo.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Betimus / desa Durin Sirugun. - Sebelah Timur berbatasan dengan desa Sikeben.
Luas wilayah desa Bandar Baru adalah 1250 Ha atau sekitar 22,26 km persegi Total luas ini meliputi kawasan taman wisata Sibolangit, kawasan pemukiman, terminal, pasar, sarana rekreasi, penginapan-penginapan, dan lahan pertanian. Desa Bandar Baru masih dibagi-bagi atas lima dusun yang masing-masing dipimpin oleh seorang kepala dusun. Kelima dusun tersebut adalah Dusun I, Dusun II, Dusun III, Dusun IV, dan Dusun V.
(35)
Desa Bandar Baru berada pada ketinggian 860 M diatas permukaan air laut. Suhu rata-ratanya berkisar 18° C - 26° C dengan kelembaban udara yang relatif tinggi, topografi desa ini terletak di dataran tinggi dengan curah hujan sepanjang tahun berkisar antara 3250 Mm /tahun. Keadaan ini menyebabkan suasana sejuk di kawasan ini.
Orbitasi (jarak dari pusat pemerintahan)desa ini adalah :
- Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : - km
- Jarak dari pusat pemerintahan kota ADM : 47 km
- Jarak dari ibukota kab / kodya TK II : 74 km
- Jarak dari ibukota Prop. Dati I : 47 km
- Jarak dari ibukota Negara : - km
2.2. Sejarah Awal Mula Desa
Sejarah desa Bandar Baru menurut Kepala Desa Salomo Sembiring yaitu, pada zaman dahulu desa ini adalah lautan yang luas ini dibuktikan dengan adanya bekas kapal yang terdampar sebagai bukti bahwa desa ini dahulunya lautan Dulunya desa ini adalah lautan maka itu nama desa ini dinamakan Bandar Baru oleh orang Belanda, sebab Bandar itu artinya adalah pelabuhan, karena sejak zaman kolonial desa ini merupakan sentral logistik pemerintahan kolonial Belanda.
(36)
Menurut Kepala Desa pada tahun sekitar 1960an desa ini dijadikan perkebunan teh milik perusahaan-perusahan pemerintah kolonial maupun swasta yang sekarang sudah dipindahkan ke daerah Sidamanik (Simalungun). Untuk mengelola perkebunan-perkebunan tersebut pemerintah kolonial mendatangkan para pekerja dari luar pulau Sumatera yaitu mendatangkan para pekerja dari Jawa untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan teh di desa ini. Selain sebagai daerah perkebunan teh dahulu desa ini juga merupakan tempatnya gudang senjata tentara Belanda sehingga di bangun barak-barak serta penginapan-penginapan untuk para tentara-tentara Belanda.
Pada tahun 1960an desa ini juga merupakan salah satu basis PKI yang ada di kawasan Deli Serdang. Pada era 60-an tersebut banyak para pendatang yang datang ke desa Bandar Baru ini, adalah penduduk pendatang. Sekitar tahun 60-an banyak penginapan yang dibangun oleh pihak-pihak pendatang ini. Pembangunan dilakukan, memakai tenaga buruh karyawan dari suku Jawa, oleh sebab itu suku Jawa banyak tinggal di desa Bandar Baru ini.
Desa Bandar baru juga terkenal sebagai tempat “lokalisasi” terbesar yang ada di Sumatera Utara bahkan sudah terkenal sampai keluar negeri, karena adanya lokalisasi ini sudah ada sejak zaman Belanda karena orang-orang Belanda sering membawa perempuan-perempuan dari daerah Jawa sebagai hiburan mereka.
Menurut Sofyan Kepala Dusun V menyatakan sebelum desa ini dinamakan Bandar Baru nama desa ini adalah Silangit yang artinya di bawah langit karena letak desa ini berada didataran tinggi Tanah Karo.
(37)
Sebelum desa ini terbentuk pada awalnya adalah kampung yang bernama kampung PIK-PIK. Pendiri pertama kampung ini adalah orang keturunan Pakistan yang sudah lama menetap di desa ini. Setelah berkembang dan menjadi desa maka orang tersebut menjadi kepala desa yang pertama.
Alamnya yang asri dan indah menyebabkan orang sering mengunjungi desa Bandar Baru ini terutama pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Secara terus menerus jumlah orang yang datang ke desa Bandar Baru ini semakin bertambah. Lambat laun kawasan ini dijadikan sebagai tempat wisata. Sehingga jumlah penduduk yang bertempat tinggal semakin bertambah.
Di kawasan desa Bandar Baru ini juga terdapat cagar alam. Berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 Cagar Alam Sibolangit (seluas 24,85Ha) dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata Sibolangit yang menjadi fokus perhatian penulis.
2.3. Keadaan Penduduk
Penduduk desa Bandar Baru dari tahun ke tahun semakin bertambah. Perpindahan ini erat hubungannya dengan motivasi perekonomian. Mobilitas ini pada akhirnya turut mempengaruhi jumlah penduduk. Penduduk desa Bandar Baru mayoritas etnis Karo dan daerah ini terdapat juga etnis-etnis lainnya yang minoritas diantaranya etnis Jawa, etnis China, etnis Batak, etnis Nias, etnis Simalungun dan etnis Pakpak
(38)
Penduduk di desa Bandar Baru mayoritas beragama Kristen. Selain agama Kristen tentunya juga terdapat agama lain yang dibawa oleh etnis pendatang yaitu agama Islam yang merupakan penganut terbesar kedua di desa ini serta agama Budha, dan Hindu.
Penduduk desa Bandar Baru berjumlah 3533 jiwa. Dengan penduduk laki-laki berjumlah 1755 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1778 jiwa. Terdapat 782 rumah tangga yang mendiami desa ini. Selanjutnya jumlah penduduk setiap dusun dapat dilihat pada table berikut :
TABEL 2.3.1
JUMLAH PENDUDUK PERDUSUN DIBAGI BERDASARKAN JENIS KELAMIN
No NamaDusun Jumlah(KK) L P Jumlah
1 Dusun I 68 184 130 314
2 Dusun II 192 399 377 776
3 Dusun III 136 263 276 539
4 Dusun IV 310 725 795 1520
5 Dusun V 76 184 200 384
6 Jumlah 782 1775 1778 3533
Sumber data : Data Kependudukan Tahun 2009 Desa Bandar Baru, Kecamatan Sibolangit
Dari tabel diatas, dapat dilihat penduduk terpadat terdapat di Dusun IV dengan jumlah penduduk 1520 jiwa dengan penduduk laki-laki berjumlah 725 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 795 jiwa, karena didusun IV banyak pendatang yang bermukim didusun tersebut, sedangkan dusun dengan jumlah penduduk paling sedikit yaitu Dusun I dengan jumlah penduduk berjumlah 314 jiwa yang terdiri 184 jiwa penduduk laki-laki dan 130 jiwa penduduk perempuan.
(39)
Sehubungan dengan komposisi desa, terdapat kecenderungan mobilitas yang tinggi, dimana terdapat jumlah penduduk yang berpindah-pindah dalam jangka waktu tertentu. Mobilitas penduduk ada yang sifatnya harian dan ada pula yang mingguan. Mobilitas harian terjadi pada mereka yang bekerja, berusaha, atau belajar diluar desa Bandar Baru. Setiap hari terutama pagi hari, mereka berangkat meninggalkan desa Bandar Baru dan baru kembali pada saat siang maupun sore hari. Itulah sebabnya pada hari-hari biasa desa Bandar Baru sering tampak lenggang antara pukul 09.00 pagi sampai pukul 12.00 siang. Mobilitas mingguan terutama terjadi pada hari Sabtu dan Minggu dimana banyak wiatawan yang berlibur pada hari itu.
2.4. Pola Pemukiman
Perhatian penduduk terhadap kebutuhan-kebutuhan primer seperti sandang, pangan dan papan cukup penting, rumah merupakan salah satu sarana yang tampak menonjol dalam kehidupan masyarakat, bukan saja berfungsi sebagai tempat berlindung untuk keluarga tetapi terkadang dimanfaatkan juga untuk menjadi daya tarik wisatawan. Oleh karena itu sebagian perumahan penduduk disesuaikan dengan kebutuhan pariwisata, yaitu berupa penginapan-penginapan seperti villa, dan losmen dengan kamar-kamar khsusus yang berukuran antara 2 x 2 meter sampai dengan 4 x 5 meter. Ada juga rumah yang sekaligus dipergunakan sebagai tempat berjualan atau rumah makan.
(40)
Pada garis besarnya ada tiga model rumah penduduk Desa Bandar Baru yaitu permanen, semi permanen, dan kayu / papan. Pada umumnya masyarakat yang tinggal di desa Bandar Baru bermukim di pinggiran-pinggiran jalan-jalan raya yang mudah diakses transportasinya. Selain karena kemudahan sarana transportasi masyarakat juga banyak yang bermata pencaharian sebagai pedagang. Hal ini juga mempermudah para pedagang untuk memasarkan barang dagangannya, desa Bandar Baru juga merupakan wilayah yang strategis kerena merupakan jalur yang dilalui transportasi antar kota dan antar provinsi, sehingga sangat cocok untuk menjalankan usaha.
TABEL 2.4.1.
JUMLAH BANGUNAN RUMAH MENURUT JENIS KONSTRUKSI
O
Jenis Konstruksi Jumla
h
Persentase (%)
Permanen 2.814 43,8
Semi Permanen 2.052 31,8
Kayu / Papan 1.580 23,5
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Bandar Baru 2009, Kecamatan Sibolangit.
Penduduk dari tahun ke tahun semakin meningkat dan sarana perumahan pun semakin meningkat dan dari tahun ketahun juga banyak yang melakukan pembangunan rumah, baik yang berkonstruksi permanen, semi permanen serta kayu atau papan.
2.5. Sarana dan Prasarana
2.5.1. Sarana Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan pada saat ini. Penduduk desa Bandar Baru juga menganggap pendidikan merupakan hal yang sangat penting. Orang tua tidak menginginkan anaknya menjadi orang yang tidak berpendidikan apalagi kehidupan ini semakin ketat persaingannya. Maka pendidikan menjadi faktor yang sangat penting dalam kehidupannya.
(41)
Sarana pendidikan yang ada dirasa sudah cukup memadai. Sarana pendidikan yang ada dimulai dari tingkat pendidikan yang rendah sampai perguruan tinggi. Bangunan sekolah yang ada di desa Bandar Baru berjumlah 8 buah. Bangunan sekolah tersebut terdiri dari 1 buah bangunan taman kanak-kanak (TK), 2 buah sekolah dasar (SD), 2 buah sekolah menengah pertama (SMP), 2 buah sekolah menengah atas (SMA) dan sebuah Perguruan Tinggi. Banyaknya bangunan sekolah yang ada dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 2.5.1. SARANA PENDIDIKAN O SARANA PENDIDIKAN JUML AH PERSENTA SE (%) Taman Kanak-Kanak
1 20
Sekolah Dasar (SD) 2 30
SMP 2 30
SMA 2 30
Peguruan Tinggi 1 20
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Bandar Baru, 2009 Kecamatan Sibolangit
Sarana pendidikan yang terdapat di desa Bandar Baru bukan hanya merupakan sekolah negeri, tetapi juga terdapat sekolah swasta. Tingkat pendidikan taman kanak-kanak, menengah atas dan perguruan tinggi merupakan sekolah swasta. Hanya terdapat dua SD negeri dan satu SMA negeri yaitu SMA negeri 1 Sibolangit.
2.5.2. Sarana Kesehatan
Di Desa Bandar Baru banyak ditemui sarana-sarana penunjang kesehatan seperti puskesmas selain itu juga terdapat beberapa praktek dokter. Selain berobat ke puskesmas, masyarakat juga bisa berobat ke dokter, bidan, dan dukun yang praktek di desa Bandar Baru. Semua fasilitas kesehatan telah tersedia, kecuali Rumah Sakit Umum.
(42)
2.6. Sistem Religi
2.6.1. Sarana Ibadah
Jumlah sarana ibadah pada tahun ke tahun tidak jauh berbeda. Sarana ibadah yang terdapat di desa Bandar Baru adalah 5 buah bangunan rumah ibadah terdiri dari 1 buah mesjid, 3 buah gereja, dan 1 buah wihara. Kondisi sarana ibadah ini dari tahun ke tahun selalu berkondisi baik. Pembangunan untuk mesjid, gereja, dan wihara dari tahun ke tahun hampir tidak ada.
Agama merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Agama dijadikan sebagai pegangan hidup sehingga masyarakat hidup rukun walaupun terdapat berbagai macam agama, artinya toleransi penduduk cukup tinggi
Dari 3533 orang penduduk, 43,87 % atau sekitar 1550 orang adalah yang beragama Islam. Selebihnya adalah Kristen 40,90 % atau sekitar 1445 orang, Khatolik 14,43% atau sekitar 510 orang dan Budha 0,79 % atau sekitar 28 orang, ini berarti bahwa Kristen merupakan agama mayoritas penduduk. Meskipun demikian toleransi keagamaan pada masyarakat desa Bandar Baru cukup tinggi
TABEL 2.6.1.
KOMPOSISI PENDUDUK BERDASARKAN AGAMA
NO AGAMA YANG
DIANUT
JUMLAH PERSENTA
SE (%)
1 ISLAM 1550 43,87
2 KRISTEN
PROTESTAN
1445 40,90
3 KHATOLIK 510 14,43
4 HINDU - -
5 BUDDHA 28 0,79
JUMLAH 3533 100
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Bandar Baru 2009, Kecamatan Sibolangit.
Pendidikan keagamaan khususnya bagi keluarga Muslim dilakukan di sebuah Madrasah. Disini anak-anak mendapatkan pendidikan keagamaan. Tetapi Madrasah
(43)
bukan satu-satunya cara penduduk mengajarkan nilai keagamaan kepada anak-anaknya, beberapa rumah masih berlangsung pengajian juz amma yang dipimpin oleh seorang guru (ustadz).
Acara-acara hari besar keagamaan juga sering dilaksanakan seperti Maulid Nabi dan Isra’ Miraj bagi kaum Muslim dan perayaan-perayaan Natal serta Paskah bagi yang Kristen dan hari-hari besar agama lainnya.
2.7. Mata Pencaharian
Penduduk desa Bandar Baru mempunyai mata pencaharian yang beraneka ragam. Sumber mata pencaharian penduduk yang paling banyak adalah bidang perdagangan. Mata pencaharian dalam bidang perdagangan ini juga didukung oleh letak desa Bandar Baru sebagai salah satu lokasi wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan dari berbagai daerah.
Bidang perdagangan bukan merupakan satu-satunya sumber mata pencaharian bagi penduduk desa Bandar Baru ini. Penduduk desa ini juga ada yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan, pertanian, pegawai negeri, tentara/polisi. Selanjutnya sumber mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 2.7.1.
SUMBER MATA PENCAHARIAN PENDUDUK
O LAPANGAN USAHA PERSENTASE (%) Pertanian/peternaka n 14,57
Pedagang 58,62
Pegawai Negeri 10,86
Angkutan/Supir 7,67
TNI/Polri 4,47
Lainnya 3,19
Sumber Data : Kantor Kepala Desa Bandar Baru 2009, Kecamatan Sibolangit
Dari data diatas dapat dilihat bahwa selain pada sektor perdagangan penduduk juga banyak yang bekerja pada sektor pertanian dan peternakan. Dapat dilihat bahwa
(44)
pertanian merupakan sumber mata pencaharian terbanyak kedua setelah perdagangan. Selain pertanian dan perdagangan juga banyak penduduk yang merupakan peternak.
Data yang tertera pada tabel diatas sebenarnya sangat relatif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dan kondisi realitas, antara lain karena :
1. Dalam satu keluarga ada dua atau lebih yang bekerja sebagai pilar utama keluarga atau penghasilannya dijadikan sebagai sumber utama pendapatan keluarga.
2. Ada satu kepala keluarga yang memiliki dua jenis pekerjaan utama sekaligus. Karena cukup waktu dan dana seorang pedagang adalah juga pemilik penginapan.
3. Data tersebut belum menggambarkan dengan jelas dan terperinci mengenai berbagai jenis pekerjaan penduduk.
2.8. Organisasi Sosial
Salah satu ciri yang menarik kawasan ini adalah sifat kemajemukan ,masyarakatnya. Masyarakat yang tinggal di kawasan desa Bandar Baru bersifat heterogen, terdiri dari berbagai suku dan budaya. Namun dominan sebagian besar penduduk adalah suku Karo dan suku yang lain adalah Jawa, Toba, Tionghoa, Mandailing, dan Aceh. Dari segi agama mayoritas beragama Kristen dan Islam, sebagian kecil beragama Budha.
Bahasa yang digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari adalah bahasa daerah setempat yaitu bahasa Karo dan bahasa Indonesia. Menurut Pak Pane Sekretaris Desa Bandar Baru budaya Karo seyogianya mewarnai kehidupan
(45)
masyarakat, karena mayoritas penduduknya adalah etnis Karo. Demikian juga dengan budaya Karo sudah mulai berangsur-angsur hilang khususnya dikalangan generasi muda. Budaya Karo yang nampak masih sangat kental adalah dalam acara perkawinan dan pada pesta tahunan. Pada saat pesta perkawinan pakaian tradisional Karo masih dipakai oleh mempelai, demikian juga dengan tatacara atau prosesi lain mulai dari pertunangan sampai acara pesta.
Peran Kepala Desa untuk menumbuhkan kembali budaya Karo yang sudah mulai hilang adalah dengan membuat pesta tahunan, membentuk kelompok-kelompok karang taruna demi untuk mempelajari lebih dalam lagi tentang budaya Karo misalnya mengadakan acara “gendang guro-guro aron”. Pola pergaulan antar penduduk tampak masih sangat intim, kunjungan ke rumah tetangga masih sering dipraktekkan sekedar mengobrol mengenai berbagai hal yang dipandang penting. Ini berarti kekerabatan antar penduduk cukup kuat untuk menopang pengaruh pariwisata.
BAB III
(46)
3.1. Perkembangan Ekoturisme di Taman Wisata Alam Sibolangit
3.1.1. Sejarah Ekoturisme di Taman Wisata Alam Sibolangit
Pada tahun 1914 Tuan J.A Lorzing mendirikan Kebun Raya Sibolangit, sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor. Kemudian pada tanggal 10 Maret 1938 Kawasan Kebun Raya Sibolangit tersebut ditetapkan statusnya menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Z.b No. 37/PK. Barulah pada tahun 1980 menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagian kawasan Cagar Alam Sibolangit (seluas 24,85 Ha) dialih fungsikan menjadi Kawasan Taman Wisata Sibolangit. Dengan demikian Kawasan Cagar Alam Sibolangit hanya tinggal 85,15 Ha dan sampai sekarang belum ada perubahan.
Kawasan Taman Wisata Sibolangit yang sebagian masuk terletak di desa Bandar Baru ini pada awalnya masih dikunjungi oleh masyarakat setempat dalam jumlah yang terbatas dan menjadi ramai ketika sebahagian Taman Wisata Sibolangit menjadi tempat atau lokasi bumi perkemahan pramuka untuk wilayah Sumatera Utara. Kawasan Taman Wisata Sibolangit pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Jambore Nasional Gerakan Pramuka Indonesia Tahun 1977. Jambore tersebut dilaksanakan pada tanggal 1-20 Juli 1977 setelah adanya jambore ini maka semakin ramai dikunjungi orang baik itu dari institusi sekolah-sekolah maupun dari mahasiswa, pecinta alam dan umum.
3.1.2. Badan Pengelola Kepariwisataan
Pengembangan pariwisata di Taman Wisata Sibolangit sangat tergantung pada kemampuan badan-badan pengelola. Badan-badan tersebut berfungsi
(47)
menyelenggarakan segala aktivitas untuk memajukkan aspek-aspek penting dalam kepariwisataan. Badan-badan pengelola tersebut antara lain adalah :
01.Dinas pariwisata
02.Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang 03.Aparat Desa Bandar Baru.
Sedangkan dari pihak-pihak lain seperti dari Lembaga Swadaya, pihak-pihak swasta, WWF (World Wild Fund for Nature), dan pihak-pihak lainnya masih tidak ada. Tugas-tugas lembaga-lembaga ini tidak lain adalah mengelola aspek-aspek teknis kepariwisataan sesuai dengan bidangnya masing-masing.
3.1.3. Wisatawan
Tentu saja perkembangan ekoturisme Taman Wisata Alam Sibolangit ini dimaksudkan untuk menarik wisata sebanyak mungkin. Semakin banyak wisatawan yang datang akan semakin besar pula devisa yang bisa diperoleh dan semakin terjalin integrasi budaya antar masyarakat pendatang dengan masyarakat desa Bandar Baru. Pada akhirnya kedatangan turis ke Taman Wisata Sibolangit ini akan memberikan hasil berupa pendapatan kepada penduduk setempat.
Sebaliknya kedatangan wisatawan ke daerah ini akan berpengaruh juga pada kelestarian lingkungan. Meskipun tidak dapat dinyatakan secara pasti ada kalanya
(48)
terjadi pencemaran lingkungan, bisa disebabkan karena bahan-bahan makanan dan minuman, dan bisa juga mencabuti atau membakari tumbuhan.
Untuk membiayai pelestarian lingkungan sekaligus menghindari perusakan kepada para wisatawan baik itu yang mengadakan kemping (berkemah) di dalam hutan maupun yang pergi jalan melihat keindahan Ari Terjun Dwi Warna (Telaga Biru) dipungut bayaran apabila masuk ke areal hutan tersebut. Untuk wisatawan yang hanya kemping (berkemah) di dalam hutan harus membayar Rp. 3000/orang selama dia kemping (berkemah) di dalam hutan tersebut. Untuk wisatawan yang hanya jalan-jalan menelusuri keindahan Air Terjun Dwi Warna (Telaga Biru) harus membayar Rp. 7000/orang jika tidak memakai pemandu (ranger) ke Air Terjun tersebut, tetapi jika memakai pemandu (ranger) maka dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000/orang.
Perlu diketahui yang menangani tarif retribusi serta keamananannya adalah pihak ranger (pemandu) yang dibentuk susunan kepengurusannya oleh kepala Desa Bandar Baru dan ketua Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sebagai penasehat dari kepengurusan ranger tersebut.
Ada hal yang menarik dari lokasi Taman Wisata Sibolangit ini yaitu secara administratif hutan untuk kemping (berkemah) dan lokasi Air Terjun Dwi Warnanya terletak di dua desa yang bersebelahan yaitu : Desa Bandar Baru dan Desa Durin Sirugun. Lokasi untuk berkemah berada di desa Durin Sirugun dan lokasi Air Terjun Dwi Warna terletak di Desa Bandar Baru
Penanganan seputar tarif retribusi baik yang untuk berkemah (kemping) dan untuk jalan menuju lokasi Air Terjun Dwi Warna dikelola oleh kedua desa tersebut.
(49)
Untuk retribusi kemping (berkemah) diserahkan kepada Desa Durin Sirugun yang mengurus keuangannnya dan untuk retribusi lokasi Air Terjun Dwi Warna diserahkan kepada Desa Bandar Baru untuk mengelolanya, ini mulai berlaku sejak tahun 2009 sebelumnya pihak ranger sendiri yang menetapkan peraturan-peraturan mengenai tarif retribusinya.
Jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahun menunjukkan angka peningkatan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara. Kedatangan para wisatawan sangat dipengaruhi menarik tidaknya paket wisata yang ditawarkan dan pelayanan wisata yang diberikan. Sayangnya data lengkap jumlah wisatawan yang berkunjung ke daerah Taman Wisata Sibolangit ini tidak tersedia. Ketika ditanyakan kepada Pak N. Sinuraya kepala Ranger (pemandu) ia mengatakan bahwa :
“jumlah wisatawan yang kemping setiap bulan kalau lagi
sunyi sekitar 300an orang, tapi kalau pas ramai-ramainya misalnya ketika hari libur-libur semester, hari merah kalender mau mencapai 500-an orang di lokasi air terjun Dwi Warna pas sunyi sekitar 200-an orang tapi pas ramai-ramainya mau mencapai 500 orang perbulannya.” (Wawancara, tanggal 13 Maret 2010)
3.2. Jenis dan Potensi Ekoturisme
Kawasan wisata Taman Wisata Sibolangit dilihat dari segi penawaran komoditi yang bersifat alamiah. Potensinya cukup besar untuk dikembangkan. Tinggal bagaimana memfungsikan potensi tersebut dengan dukungan berbagai institusi yang ada. Yang ditawarkan antara lain adalah :
(50)
Terdapat banyak jenis binatang di Taman Wisata Sibolangit. Binatang yang langsung dijumpai adalah jenis owa (Hylobates lar), monyet, kera, siamang, babi, kambing, kijang, rusa, kancil, tringgiling, kus-kus, juga terdapat berjenis-jenis burung melalui suaranya yang dapat didengar dan bulunya yang jatuh ke tanah.
Burung yang telah dapat diidentisifikasi dan menjadi pusat perhatian untuk upaya perehabilitasian adalah burung rangkong (Aceros undulutus), enggang papan
(Buceros rhinoceros) elang dan burung lain yang berukuran kecil. Binatang liar yang
sering dijumpai berdasarkan jejak kakinya antara lain adalah rusa, kijang, dan babi hutan.
3.2.2. Pemandangan Alam
Daya tarik utama di Taman Wisata Sibolangit adalah hutannya yang termasuk kawasan hutan hujan tropis hal ini mendorong para pecinta alam (Nature Lover) untuk melakukan kegiatan perkemahan di seputar hutan Taman Wisata ini. Selain hutannya yang sangat cocok untuk kegiatan perkemahan ada satu lagi lokasi yang menjadi bagian dari ekowisata adalah Air Terjun Dwi Warna (Telaga Biru). Mengapa dikatakan air terjun dwi warna karena ada dua buah air terjun yang besar yang saling berhadapan, Air terjun yang pertama dengan ketinggian + 50m berwarna biru, dan air terjun yang kedua berwarna putih dengan ketinggian + 20m, untuk dapat tiba di lokasi air terjun tersebut dibutuhkan waktu perjalanan + 3-4 jam masuk kedalam hutan mulai dari pos penjagaan pemandu.
(51)
Menurut A. Haris Pane, seorang Sekertaris Desa mangatakan :
“awal di temukannya air terjun dwi warna di dalam hutan tersebut bermula pada tahun sekitar 80’an Direktur PTPN II yang bernama Obe Siahaan hilang disekitar hutan Taman Wisata ini dikarenakan Pesawat yang ditumpanginya hilang atau jatuh ketika berangkat dari Rantau ke Medan. Maka pemerintah setempat menghimbau warga setempat untuk membantu mencarinya dengan di iming-imingi sejumlah uang jika pesawat dan mayatnya diketemukan, ketika masyarakat mulai mencari pesawat yang hilang secara tidak sengaja ditemukan air terjun ini, tetapi ketika itu masyarakat belum tau bahwasanya air terjun tersebut bisa dijadikan tempat wisata.”
Pada tahun 80-an beberapa pecinta alam yang berasal dari berbagai kampus mengadakan kemping di Air Terjun Dwi Warna tetapi terjadi suatu musibah terhadap seorang peserta kemping yang meninggal di Air Terjun Dwi Warna demi untuk mengenangnya maka didirikan monumen untuk memperingatinya. Mulai tahun 1998 lokasi Air Terjun Dwi Warna baru dikomersilkan untuk umum. Setelah ditelusuri ternyata air terjun ini bersumber dari letusan Gunung Sibayak yang membentuk aliran sungai yang dialiri belerang (sulfur) yang kemudian bersatu dengan resapan air hutan sehingga menjadi berair dingin yang berwarna biru. Uniknya lagi, air terjun tersebut tidak mengeluarkan bau belerang, namun jangan pernah meminum air tersebut. Selain itu, keberadaan air terjun ini juga tersembunyi di dalam hutan hujan tropis di tengah hutan Sibayak dengan ketinggian 1475 meter dari permukaan laut.
(52)
Pada kawasan ini terdapat 4 air terjun, yakni 2 air terjun utama dan 2 air terjun kecil. Tinggi air terjun utama sekitar 50 meter dan air terjun kedua sekitar 20 meter, bukan hanya para pecinta alam saja yang sering datang ke lokasi air terjun ini tetapi beberapa tahun belakangan sudah banyak para wisatawan-wisatawan datang ke lokasi tersebut untuk melihat air terjun yang sangat unik yang tidak ada di tempat lain, untuk menuju kelokasi air terjun tersebut membutuhkan waktu + 3-4 jam para wisatawan tidak akan merasa jenuh untuk tiba ke air terjun karena alam hutannya yang asri,dan alami.
Bukan hanya wisatawan domestik yang berasal dari Sumatera Utara maupun dari luar Sumatera Utara saja yang berkunjung sambil menikmati indahnya air terjun ini tetapi wisatawan dari mancanegara sudah datang ke lokasi ini dari Malaysia, Singapur dan Australia. Susi salah seorang wisatawan yang berkunjung ke Air Terjun Dwi Warna mengatakan :
“saya penasaran ingin liat seperti apa Ari Terjun Dwi Warna dan ketika sampai di lokasi tempatnya sangat bagus,unik dan hawanya sangat sejuk, cocok untuk menghilangkan stress”
Ada hal yang sangat unik dalam mempromosikan lokasi wisata alam ini selain pemerintah daerah setempat yang mempromosikan air terjun tersebut wisatawan etnis Tionghoa juga berperan dalam mempromosikan tempat ini. Mereka mempromosikan lokasi tersebut di media-media cetak maupun elektronik. M, Dalimunthe seorang ranger (pemandu) tetap di lokasi ini mengatakan bahwa :
“ orang-orang Tionghoa lebih banyak datang ke lokasi air terjun tersebut
daripada orang-orang pribumi karena ada kepercayaan semacam mitos, menurut orang itu klo mandi di air terjun yang berwarna hijau, kebiru-biruan apapun yang mereka inginkan entah itu rezeki, jodoh, karir niscaya akan terkabul. Mereka kalau datang ke Air Terjun Dwi Warna ini paling sedikit sekitar 10 orang ”.
(53)
Gambar 3.2.3.1a peneliti di salah satu air terjun yang berwarna biru
(sumber: koleksi Foto-foto pribadi, )
Gambar 3.2.3.1b Salah satu air terjun Dwi Warna
(54)
Gambar 3.2.3.1c Air Terjun ke dua yang berwarna putih
( Sumber : Koleksi Foto-foto pribadi )
Gambar 3.2.3 1d para wisatawan di lokasi air terjun yang berwarna biru
(55)
Gambar 3.2.31e para wisatawan yang mandi di air terjun kedua
( Sumber : koleksi Foto-foto pribadi )
Gambar 3.2.3.1f Peneliti dengan para wisatawan di air terjun yang berwarna biru
(56)
Aktivitas wisatawan yang pergi ke Air Terjun Dwi Warna selain mereka berenang/mandi di ke dua Air Terjun seperti yang tampak pada gambar diatas, tetapi beberapa dari wisatawan lainnya hanya melihat-lihat keindahan lokasi Air Terjun dan mendokumentasikannya lewat foto dan video. Suasana alam yang indah memberi kesejukan tersendiri. Setiap orang dapat memanfaatkan momen-momen tertentu untuk menyaksikan alur Air Terjun Dwi Warna dan hutan yang lebat sehingga memberi inspirasi dan ketenangan.
Potensi yang paling berkembang adalah sungai. Sungai didalam taman wisata alam ini sangat jernih dan bersih, bahkan bisa untuk diminum langsung para pecinta alam/wisatawan yang sedang kemping (berkemah) dan bisa juga dimanfaatkan untuk kebutuhan mereka seperti memasak dan lainnya. Selain pemandangan alam, kita juga dapat menyaksikan gejala-gejala alam yang unik dan menarik, seperti di beberapa bagian tampak batu-batu besar dengan warna dan bentuk yang beragam. Pemandangan alam juga dapat disaksikan berupa rumah-rumah yang dibangun dikaki bukit. Dari rumah ini kita dapat memandang hijaunya kawasan wisata ini. Keindahan pemandangan alam ini seringkali beberapa lokasi dijadikan latar untuk berfoto bagi wisatawan yang datang.
3.2.4. Flora dan Vegetasi Tumbuhan
Daerah Taman Wisata Alam Sibolangit ini termasuk tipe hutan sedang dengan vegetasi utama yang didominasi oleh vegetasi hutan tropis basah. Potensi vegetasi didominasi oleh pohon-pohon besar seperti Angsan (Pterocarpus indicus), Nyamplung (Calophyllum inophillum), Meranti (Shorea sp), dan terdapat juga jenis tanaman palem, pinang, dan durian hutan. Sebagian diantaranya merupakan jenis tumbuhan yang buahnya menjadi konsumsi satwa.
(57)
Disepanjang tepi sungai-sungai yang didalam taman wisata ini banyak dijumpai jenis pohon pakam (Pcemetia pinnata) dan ngaskas (Dysoxylum sp) yang kondisif dipinggiran air. Sebagian pinggiran sungai merupakan hutan sekunder yang ditumbuhi pohon bambu
Ada beberapa jenis tumbuhan yang menjadi daya tarik tersendiri di Taman Wisata Sibolangit seperti tumbuhan jamur abadi yang terdapat dihutan sering dibawa oleh para pecinta alam. Selain itu terdapat pula berbagai jenis bunga seperti anggrek
(Arudina sp) dan jenis tanaman obat seperti pasak bumi, lalais, pilih kaling ,dan
lain-lain.
Keanekaragaman vegetasi dan flora ini menjadi daya tarik tersendiri terutama bagi wisatawan yang berkunjung demi kepentingan penelitian. Pada umumnya wisatawan yang berkunjung untuk penelitian adalah ahli atau mahasiswa biologi.
3.3. Instansi Yang Menunjang Ekoturisme Sibolangit
Dalam mendukung pengembangan pariwisata yang bersahabat dengan lingkungan di Taman Wisata Sibolangit peranan instansi masih sangat kurang itu diakui sendiri oleh seorang ranger (pemandu), yang menyebutkan bahwa pariwisata di Taman Wisata Alam Sibolangit adalah sebagai pariwisata dadakan atau kejutan, sehingga kalau dibiarkan terus-menerus akan amburadul.
Itulah sebabnya ia memandang perlu adanya instansi berwenang yang akan mengarahkan setiap pihak yang berkepentingan untuk menata, mengatur, dan mengelola penyelengaraan wisata Taman Wisata Sibolangit supaya semakin berkembang. dalam pengelolaan pariwisata tersebut.
(58)
Kehadiran instansi tersebut akan menciptakan suasana pariwisata yang tertata dengan baik oleh sebab itu peranan instansi tidak dapat diabaikan begitu saja. Bagaimanapun mustahil untuk mengelola pariwisata yang tetap terjaga kesinambungan lingkungan tanpa adanya badan-badan atau peraturan-peraturan yang merencanakan, mengatur dan mengawasi segala sesuatunya.
Ada beberapa fungsi instansi yang telah dibentuk sehubungan dengan peningkatan kepariwisataan, yaitu :
Fungsi pertama instansi tersebut adalah untuk memberikan pedoman kepada penduduk desa terutama kepada wisatawan yang berkunjung ke Taman Wisata Alam Sibolangit dalam bertingkah laku dan bersikap ketika berada di Taman Wisata Alam Sibolangit ini misalnya : jangan membuang sampah sembarangan didalam Taman Wisata.
Fungsi kedua instansi adalah untuk menjaga keutuhan dari penduduk desa yang ada disekitar Taman Wisata Alam Sibolangit. Adakalanya pengelolaan Taman Wisata ini menimbulkan perbenturan kepentingan antara berbagai pihak. Seperti diceritakan kepala ranger (pemandu) M. Sinuraya kepada penulis :
“dahulu sering terjadi konflik antar desa dalam memperebutkan lahan wisata, yang sampai mengarah kepada tindakan yang anarkhis, maka dengan adanya institusi akan menuntun masyrakat yang ada di dua desa yang berkonflik dapat diperkecil dan dihindari” (Wawancara tanggal 15 Maret 2010)
(59)
Fungsi ketiga instansi adalah untuk memberikan pedoman kepada penduduk desa supaya mengadakan pengawasan terhadap sesama penduduk desa lainnya, misalnya upaya seorang penduduk desa untuk selalu menegur dan mengingatkatkan penduduk desa yang lain agar bertindak sesuai dengan kebijakan pengelolaan pariwisata di Taman Wisata Sibolangit.
Fungsi keempat dari instansi ini adalah untuk mengatur penduduk desa dalam menggunakan atau memanfaatkan usaha dalam pengelolaan Taman Wisata misalnya, bila ada penduduk desa yang membuka penginapan, hotel atau losmen maka instansi akan mengarahkan bagaimana tanggung jawab mereka terhadap kelestarian lingkungan
Jenis instansi dan ketentuan yang dibentuk berkenaan dengan pengelolaan ekoturisme antara lain:
3. 3.1.Instansi yang dibentuk Pemerintah Pusat
Lembaga-lembaga yang dibuat pemerintah untuk menangani langsung maupun tidak langsung pengelolaan wisata yang bersahabat lingkungan Taman Wisata Sibolangit adalah Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi, Departemen Kehutanan (Direktorat Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam), Kementrian Negara Lingkungan Hidup.
(60)
Pemerintah sudah banyak membentuk lembaga dan mengeluarkan peraturan-peraturan yang secara langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pengelolaan ekoturisme. Meskipun tidak disebut secara terperinci mengatur ekoturisme namun ketentuan-ketentuan yang ada didalamnya relevan dengan pengelolaan dan pengembangan pariwisata yang bersahabat lingkungan. Peraturan-peraturan tersebut antara lain mencangkup bidang :
a. Wilayah dan kependudukan b. Tata ruang dan tata guna tanah. c. Sumber daya alam hayati. d. Sumber daya alam non hayati. e. Kesehatan Lingkungan dan industri. f. Pencemaran dan perusakan lingkungan. g. Penyelengaraan wisata.
Banyak aturan hukum yang telah dibuat antara lain adalah Undang-undang No. 4/1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Dalam pasal undang-undang ini dinyatakan bahwa “Pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masayrakat akan tanggung jawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan tentang lingkungan hidup”.
(61)
Peraturan perundang-undangan yang masuk dalam katagori ini adalah UU No. 9/1990 tentang pariwisata, UU No 5/1992 tentang Benda Cagar Budaya dan sebagainya. Dalam konteks ini perlu dijelaskan bahwa beberapa diantara peraturan yang dibuat mengatur kelestarian lingkungan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan, termasuk pariwisata. Yang sangat penting untuk pengelolaan ekoturisme di Taman Wisata Sibolangit antara lain adalah institusi yang mengatur tentang :
a. Hutan/Tumbuhan
- Undang-undang No. 5/1967 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan Pasal 15 berbunyi :
(2) Hutan perlu dilindungi supaya secara lestari dapat memenuhi fungsinya;
(3) Perlindungan hutan meliputi usaha-usaha untuk mencegah dan membatasi
kerusakan-kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia dan ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama, dan penyakit.
- Undang-undang No. 4/1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 5 berbunyi ;
(2) Setiap orang berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya.
Pasal 6 berbunyi ;
(1) Setiap orang mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam
rangka pengelolaan lingkungan hidup.
Pasal 7 berbunyi ;
(1) Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara
kelestarian kemampuan lingkungan hidup yangs erasi dan seimbang untuk menjaga pembangunan yang berkesinambungan.
(62)
-Undang-undang No. 12/1992 tentang Sisitem Budidaya Tanaman. Pasal 7 berbunyi ;
(1) Setiap orang atau badan umum yang membuka dan mengolah lahan dalam
luasan tertentu untuk keperluan budidaya tanaman wajib mengikuti tatacara yang dapat mencegah timbulnya kerusakan lingkungan hidup.
- Peraturan Pemerintah No. 28/1985 tentang Perlindungan Hutan Pasal 2 berbunyi ;
Tujuan perlindungan hutan adalah untuk menjaga kelestarian hutan agar dapat memenuhi fungsinya.
Pasal 3 berbunyi ;
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 dilakukan segala usaha, kegiatan, tindakan untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan dan hasil hutan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam dan penyakit serta untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak Negara atas hutan dan hasil hutan.
- Peraturan Pemerintah no. 7/1990 tentang hak Pengusahaan Hutan
Tanaman Industri Pasal 3 berbunyi ;
(1) Hutan Tanaman Industri dikelola secara profesional dan diusahakan
berdasarkan asas manfaat, asas kelestarian, dan asas perusahaan.
Pasal 12 berbunyi ;
(8) Pemegang Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri berkewajiban menebangi Hutan Tanaman Indistri di areal kerjanya yang telah ditetapkan, dan melaksanakan kewajiban segera menanam kembali setelah melakukan penebangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(63)
- Keputusan Presiden No. 32/1990 tentang Kawasan Hutan Lindung Pasal 2 berbunyi ;
(1) Pengelolaan kawasan lindung bertujuan untuk mencegah timbulnya
kerusakan fungsi lingkungan hidup.
(2) Sasaran pengelolaan kawasan lindung adalah (a) meningkatkan fungsi
hutan lindung terhadap tanah, air, iklim, tumbuhan dan satwa serta nilai sejarah dan budaya bangsa, dan untuk (b) mempertahankan keanekaragaman tumbuhan, satwa, tipe ekosistem dan keunikan alam.
- Keputusan Presiden No. 40/1993 tentang Dana Reboisasi. Pasal 1 berbunyi ;
(3) Dana reboisasi digunakan untuk membiayai kegiatan reboisasi diluar
kawasan atau areal HPH, pembangunan HTI dalam kawasan atau areal hutan yang tidak produktif, dan rehabilitasi lahan pada kawasan atau areal yang ditetapkan oleh Menteri Kehutanan.
b. Hewan
- Undang-undang No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam hayati dan Ekosistemnya.
Pasal 30 berbunyi ;
- Kawasan pelestarian alam mempunyai fungsi perlindungan system
penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pasal 37 berbunyi ;
(1) Peran serta rakyat dalam konservasi sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya diarahkan dan digerakkan oleh pemerintah melalui berbagai kegiatan yang berdaya guna dan berhasil guna.
(1)
DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Salomo
Umur : 54 Tahun Pekerjaan : Kepala Desa 2. Nama : A. Haris Pane Umur : 57 tahun Pekerjaan : Sekertaris Desa 3. Nama : M. Sinuraya Umur : 45 Tahun
Pekerjaan : Kepala ranger (pemandu) 4. Nama : Sofyan
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Kepala Dusun V 5. Nama : M. Dalimunthe Umur : 27 Tahun
Pekerjaan : Ranger (pemandu) 6. Nama : Hanafi Nasution Umur : 32 Tahun
Perkerjaan : Ranger (pemandu) 7. Nama : Andika Syahputra Umur : 24 Tahun
(2)
8. Nama : Berry Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa pecinta alam 9. Nama : Andy
Umur : 23 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa
10. Nama : Remaja Putra Barus Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa 11. Nama : Tarigan Umur : 48 Tahun Pekerjaan : Petani
12. Nama : N. Br Ginting Umur : 41 Tahun Pekerjaan : Pedagang 13. Nama : S. Bangun Umur : 34 Tahun Pekerjaan : Pegawai Swasta 14. Nama : B. Naingolan Umur : 38 Tahun Pekerjaan : Pedagang 15. Nama : Helen Umur : 21 Tahun Pekerjaan : Mahasiswa
(3)
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana aktivitas pengunjung yang kemping di Taman Wisata Alam Sibolangit? 2. Apakah yang menjadi alasan wisatawan :
a. Wisatawan yang berkemah (kemping)
b. Wisatawan biasa yang pergi ke Air Terjun Dwi Warna memilih lokasi ini sebagai tempat lokasi mereka…..?
3. Bagaimana strategi pengelolaan yang dilakukan oleh : a. Pemerintah Daerah
b. Masyarakat setempat
c. Pihak-pihak pengusaha, swasta
yang terkait dalam pelayanan kegiatan pariwisata tanpa melupakan kelestarian alam…?
4. Berapakan jumlah wisatawan yang berkemah (kemping) atau yang pergi ke lokasi Air Terjun Dwi Warna dalam waktu seminggu, sebulan, setahun….?
5. Berapakah pendapatan perbulannya dari tariff sekali berkemah(kemping)….? 6. Instansi manakah yang bertanggung jawab mengelola lokasi wisata tersebut…? 7. Berapakah jumlah ranger keseluruhannya…?
8. Siapakah yang mengelola para ranger-ranger tersebut….?
9. Bagaimanakah sejarah lokasi Taman Wisata Alam Sibolangit ini…? 10. Apa itu : DAM, Shelter, Sinembah, Jagawana Atas…?
a. Apa yang terdapat didalamnya…? b. Kapan terjadi sejarahnya…?
(4)
11. Pernahkah terjadi wisatawan yang tersesat…?dan bagaimanakah caranya pihak-pihak ranger mencarinya serta berapa lama batas waktu pencarian…?
12. Kapankah pertama kalinya lokasi ini dijadikan tempat perkemahan (kemping)..?dan siapa pihak-pihak yang pertama kalinya yang berkemah di tempat ini…?
(5)
FOTO PENELITIAN
Gambar 1. Pintu masuk ke lokasi perkemahan Gambar 2. Sungai-sungai yang ada di dalam hutan (sumber : Koleksi Foto-foto pribadi) (sumber : Koleksi foto-foto pribadi)
Gambar 3. Salah Satu lokasi untuk mendi Gambar 4. wisatawan yang sedang kemping rikan tenda untuk berkemah
(sumber : Koleksi foto pribadi) (sumber : Koleksi foto pribadi)
Gambar 5. tenda dari wisatawan yang berkemah Gambar 6. jalan menuju Air Terjun Dwi warna di Taman Wisata Alam Sibolangit
(6)
Gambar 7 salah satu tanda jalan Gambar 8. wawancara dengan informan(ranger Ke lokasi Air Terjun Dwi Warna
(sumber : Koleksi foto pribadi) (sumber : Koleksi foto pribadi)
Gamabar 9. wawancara dengan informan Gambar 10. wawancara dengan informan yang (kepala dusun) berkunjung di Taman Wisata Alam Sibolangit (sumber : Koleksi foto pribadi) (sumber : Koleksi foto pribadi)
Gamabar 11. Taman Wisata Sibolangit Gambar 12. posko tempat informasi ke Taman (sumber : Koleksi foto pribadi ) Wisata Alam Sibolangit