PENYAJIAN DATA Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak Jalanan diKota Medan (Studi Kasus Kantor Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Setelah diadakan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, baik melauli wawancara dan pengamatan langsung maka diperoleh data dari informan dan responden dalam kaitannya dengan implementasi program pembinaan anak jalanan di Dinas Sosial Kota Medan. Data yang diperoleh selama penelitian ini disajikan dalam bentuk analisis data yang di olah dari wawancara sehingga dapat diinterpretasikan dalam penyajian data. Adapun penyajian data berisikan tentang data mengenai informan penelitian serta data variabel penelitian penyajian data mengenai hasil wawancara adalah untuk mengetahui hasil dari informan penelitian yang terdiri dari informan kunci key informan yaitu 1 kepala bidang bina sosial, informan utama yaitu terdiri dari 17 pegawai Dinas Sosial yang terlibat langsung didalam bina sosial terhadap anak jalanan tersebut, 1 orang LSM KKSP Kelompok Kerja Sosial Perkotaan , 1 orang penanggung jawab pada panti asuhan ECONOM berada di kecamatan Medan Denai, 1 orang Satuan Polisi Pamong Raja, dan 15 anak jalanan yang dibina sosial. Sedangkan penyajian data tentang variabel penelitian adalah untuk menjawab permasalahan-permasalahan. Data-data yang diperoleh penulis melalui data primer akan penulis sajikan dalam bentuk deskripsi sesuai dengan kenyataan di lapangan, adapun data-data Universitas Sumatera Utara primer tesebut merupakan narasi hasil wawancara langsung dari pihak-pihak yang terlibat langsung dalam program pembinaan anak jalanan. 4.1 Penyajian data tentang Implementasi Program Pembinaan Anak Jalana di Dinas Sosial Kota Medan Berdasarkan Wawancara Kepada Informan a. Standar dan Sasaran dari Implementasi Program Pembinan Anak Jalanan, yaitu meliputi mekanisme prosedur Standard Operating Procedurs yaitu pengaturan yang mengatur tata cara kerja dalam melaksanakan kegiatan yang berkenaan dengan kebijakan program pembinaan anak jalanan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis kepada beberapa orang yang terkait dalam Implementasi tesebut yaitu: Bagaimana mekanisme prosedur Standart Operating Procedur Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak Jalanan? Menurut Bapak Effendi S SH, selaku Kepala Bidang Bina Sosial, yang di wawancarai pada hari Rabu tanggal 09 juni 2010 pada puluk 16.00 Wib yaitu, “kami melakukan bermitra dengan Lembaga Sosial Masyarakat LSM dan panti asuhan untuk melaksanakan program pembinaan anak jalanan yang dilakukan di Lembaga Sosial Masyarakat, yang berjumlah 15 orang yang diperoleh dari hasil rajia, selama 4 sampai 7 hari, untuk dibina di Lembaga Sosial Masyarakat, dan untuk anak jalanan yang masih memiliki orang tua mereka di kembalikan keorang tuanya masing-masing dan yang tidak memilik sanak saudara maka mereka ditempat tinggalkan di Panti Asuhan.” Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli Marpaung. SH, yang di wawancarai pada hari senin tanggal 14 juni 2010 pada pukul 10.15 Wib yaitu, “sebenarnya saya tidak tau banyak tentang program pembinaan ini, karena saya baru dipindahkan dari RSU, jadi saya tidak tau banyak mengenai hal ini. Mungkin yang saya tau jumlah anak jalanan yang di bina di suatu tempat Universitas Sumatera Utara pembinaan seperti panti asuhan atau rumah singgah yang dimiliki oleh Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara yang berjumlah 15 orang, mereka dibina selama 1 minggu atau 7 hari, dengan binaan secara mental dan kerohanian. Setelah itu mereka di kembalikan lagi ke orang tua dan yang tidak memiliki orang tua mereka menetap di panti asuhan yang telah di sediakan oleh Dinas Sosial Provinsi sumatera Utara.” Seksi Bimbingan Sosial yang bernama Bapak Miskuddin Nst, yang di wawancarai pada hari kamis tanggal 10 juni 2010 pada pukul 11.02 Wib yaitu: ”mungkin saya tidak bisa berkata banyak, karena saya baru ditempatakan di dinas ini sebagai seksi bina sosial dan seksi bina sosial baru terbentuk tahun 2010, jadi saya belum tau banyak soal program pembinaan tersebut, sebelumnya hal ini dilakukan oleh kepala bidang bina sosial nya sendiri yang langsung turun tangan sebelum terbentuknya kepala seksi tersebut. Jadi apa pun prosedur dan sasarannya sama yang seperti pak Effendi katakana”.

b. Sumber Daya, yaitu meliputi:

1. Sumber daya manusia yang terdiri dari jumlah pegawai, tingkat pendidikan pegawai, keahlian, keterampilan, dan kemampuan para pegawai untuk melaksanakan tugas dan fungsinya. 2. Sumber anggaran yaitu sumber dan besarnya pembiayaan untuk melaksanakan porgam pembinaan anak jalanan tersebut. 3. Fasilitas yaitu sarana dan prasarana yang diperlukan dalam melaksanakan program pembinaan anak jalanan. Berapa orang yang terlibat langsung, fasilitas apa yang di perlukan dan berapa sumber anggaran yang di berikan untuk melakukan proses pembinan terhadap anak jalanan yang telah terjaring rajia tersebut? Universitas Sumatera Utara Kepala Bina Sosial yang bernama Bapak Effendi S SH, yang di wawancarai pada hari rabu tanggal 09 juni 2010 pada puluk 16.00 Wib yaitu, “jika yang menyangkut dengan sumber daya manusia adalah kami sebagai pelaksana dalam program pembinaan ini, ada 2dua orang pegawai yang bersangkutan langsung dengan pembinaan anak jalanan tersebut yaitu Ibu Deli Marpaung SH dan Bapak Miskuddin Nst. dan menyangkut masalah anggaran itu sudah ada dalam APBD Kota Medan sebesar 100 juta rupiah dalam beberapa program yang ada di dinas Sosial Kota Medan, salah satunya penertiban, penyuluhan, pembinaan dan pelatihan untuk anak jalanan, selama ini fasilitas untuk penertiban belum ada, misalnya rumah singgah dan mobil pengangkut anak jalanan dari penertiban tersebut. fasilitas tersebut diperoleh dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.” Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli Marpaung. SH, yang di wawancarai pada hari senin tanggal 14 juni 2010 pada pukul 10.15 Wib yaitu, “menyangkut sumber daya manusia saya bekerja sama dengan Bapak Maskuddin dan beberapa staf lainnya yang saling membantu, walaupun mereka berasal dari bidang atau seksi yang lain. Sumber anggaran itu sudah termasuk dalam APBD Kota Medan kalau berapa besar anggaran tersebut saya kurang tau, karena yang berwenang dalam hal itu bapak kepala bidang bina sosial. Dari segi fasilitas kita memang belum ada, kita belum punya alat transportasi dan beberapa rumah singgah, karena dana yang kurang cukup, makanya kita selalu bekerja sama dengan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.” Kepala Seksi Bimbingan Sosial yang bernama Bapak Miskuddin Nst, di wawancarai pada hari kamis tanggal 10 juni 2010 pada pukul 11.02 Wib yaitu: “ sumber anggaran dari APBD untuk program anak jalanan tersebut berasal dari pusat, masalah sumber daya selama ini hanya di pegang langsung oleh kepala bidang bina sosial sementara selama ini sarana dan prasarana hanya terdapat dari bantuan Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara.” Universitas Sumatera Utara Anak jalanan bernama Anita usia 18 Tahun yang dibina di Panti Asuhan ECONOM, diwawancarai pada hari selasa tanggal 15 Juni 2010 pukul 10.00 WIB yaitu: “nita pernah terjaring disimpang ampla, ketika nita lagi ngamen, trus nita di bawa kesini ECONOM dibina sama orang PNS, nita dikasih makan, dikasih uang saku Rp. 50.000 dibina selama 7 hari. Walau pun orang tua nita tidak sanggup membiayai saya kesekolah yang formal, saya masi beruntung bisa mendapatkan pendidikan paket C secara geratis di Yayasan Econom ini. ” Anak jalanan bernama adi 16 tahun yang dibina di KKSP, diwawancarai pada hari Senin pukul 16.00 yaitu: “waktu aku dirazia di simpang amplas sedang ngamen, dan kemudian orang tua dipanggil ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan untuk dijemput, ternyata mamak juga ikut dibina waktu itu aku diberikan nasihat, bimbingan rohani, dan mental dari para pegawai tersebut. Lalu mamak saya dikasih peralatan masak kayak wajan, lalu steeling dan kompor serta untuk aku uang Rp. 50.000,00. Setelah keluar dari situ aku kembali ke jalanan dan ternyata aku diajak teman ke KKSP karna disini peralatan musiknya lengkap.”

c. .Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas, yaitu meliputi

sosialisasi, baik itu sosialisasi internal maupun eksternal, ditambah dengan adanya forum diskusi antar pegawai dan pihak-pihak yang terlibat langsung dalam implementasi kebijakan program pembinaan anak jalanan. Bagaimanakah komunikasi yang dilakukan oleh kepala bidang dalam melakukan suatu sosialisai pembuatan program kerja? Kepala Bina Sosial yang bernama Bapak Effendi S SH, yang di wawancarai pada hari rabu tanggal 09 juni 2010 pada puluk 16.00 Wib yaitu, “ komunikasi yang kami bina dengan Lembaga Sosial Masyarakat cukup baik, aktivitas-aktivitas yang kami jalankan untuk membina anak jalanan tersebut Universitas Sumatera Utara lancar dan baik, mereka selalu memberikan suatu masukan ataupun kritikan untuk membangun suatu program yang sedang berjalan ataupun yang akan mau di jalankan.” Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli Marpaung. SH, yang di lakukan pada hari senin tanggal 14 juni 2010 pada pukul 10.15 Wib yaitu, “sejauh ini komunikasi dan sosialisasi antar pegawai di Dinas Sosial Kota Medan amat erat dan saling bahu membahu, Kepala Bidang Bina Sosial selalu berkomunikasi kepada bawahan yang terkait dalam program pembinaan anak jalanan tersebut, yaitu saya sendiri dan bapak mikskuddin .” Pegawai Lembaga Sosial Masyarakat yang bernama Ibu Linda, yang diwawancarai pada hari selasa tanggal 15 Juni pada pukul 13.00 yaitu: “sudah lama kami di donatur oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan dimana selama ini komunikasi yang dibangun dengan Kepala Bina Sosial sangat baik dalam penyaluran dana dan laporan yang kami berikan. Sementara itu, pihak Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan sering mengundang kami untuk melakukan rapat-rapat untuk penyuluhan dan pembinaan anak-anak kami”

d. Karakteristik Agen Pelaksana, yaitu meliputi struktur organisasi,

pembagian tugas dan wewenang, garis komando atau rentang kendali serta ketepatan atau kesesuaian pelaksanaan program dengan tingkat structural organisasi yang melaksanakan program tersebut. Kepala Bina Sosial yang bernama Bapak Effendi S SH, yang di wawancarai pada hari rabu tanggal 09 juni 2010 pada puluk 16.00 Wib yaitu, Universitas Sumatera Utara “agen pelaksana dari program pembinaan anak jalanan adalah Dinas Sosial Kota Medan, sebagai perpanjang tanggan dari Gubernur Sumatera Utara dan dalam pelaksanaannya ketika melakukan pembinaan-pembinaan dibantu oleh Dinas-dinas terkait seperti : Dinas Sosia dan Tenaga Kerja, Dinas Kesehatan dan Dinas-dinas lainnya serta, Lembaga Sosial Masyarakat yang perduli terhadap anak jalanan.” Penanggung jawab LSM KKSP Ibu Heny Damanik, diwawancarai pada hari senin pukul 16.54 yaitu: “kami pernah dilibatkan dalam pelaksanan pembinaan anak-anak jalanan, ketika itu agen pelaksana sangat banyak yang diantaranya beberapa LSM dan Panti Asuhan. Kami hanya sebatas pemberi materi dalam kegiatan pembianaan tersebut selebihnya anak-anak yang telah dibina juga dirumah singgahkan di tempat kami untuk kami beri pelatihan dan pembinaan mental” Satpol PP, Tubagus usia 23 tahun, diwawancarai pada hari Minggu pukul 20.00 wib yaitu: “saya pernah terlibat langsung dalam penjaringan anak-anak jalanan di simpang amplas. Pada saat itu diturunkan 1 bataliun pamong praja yang untuk penertiban anak-anak jalanan. Sebelumnya juga sudah ada koordinasi yang dilakukan dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan kepada agen pelaksana yang lainnya. Cukup bagus karna emang benar-benar terkendali.”

e. Kondisi sosial, ekonomi dan politik, yaitu meliputi sumber daya ekonomi

yang dimiliki oleh organisasi dan juga keadaan sosial ekonomi dari masyarakat yang bersangkutan. 3. Pendapat dari anak jalanan yang menjadi target implementasi kebijakan program pembinaan anak jalanan, 4. Adanya penyesuaian kondisi ekonomi Dinas Sosial terhadap kelangsungan implementasi kebijakan program pembinaan anak jalanan. Universitas Sumatera Utara Seperti apa kondisi ekonomi, sosial dan politik yang berada di lingkup organisasi untuk menjalankan program pembinaan anak jalan di Dimas Sosial Kota Medan? Kepala Bina Sosial yang bernama Bapak Effendi S SH, yang di wawancarai pada hari rabu tanggal 09 juni 2010 pada puluk 16.00 Wib yaitu, “untuk melaksanakan program pembinaan anak jalanan ini dibutuhkan biaya yang sangat besar dari pusat dan dana yang keluar sangat minim. jadi kami hanya bisa melakukan pembinaan anak jalanan setahun sekali, termasuk dalam lingkup penertiban dan penyulihan, yang kebijakan pembinaan itu yang berasal dari pusat, kami hanya menyusun laporan dan mengawasi jalannya kebijakan program pembinaan tersebut.” Kepala Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli Marpaung. SH, yang di lakukan pada hari senin tanggal 14 juni 2010 pada pukul 10.15 Wib yaitu, “kondisi lingkup sosial, ekonomi dan politik program pembinaan anak jalanan sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan anak jalanan, dimana pusat langsung mendistribusikan kebijakan kepada daerah untuk menjalankannya, sehingga pegawai yang terlibat langsung juga turut serta dalam pelaksanaan” Anak Jalanan bernama Ratih berusia 18 tahun yang diwawancarai pada pukul 16.00 yaitu: “kondisi ekonomi keluarga ratih sangat miskin sehingga ratih harus berada dijalanan, ratih ditngkap oleh satpol pp kemarin di amplas dan akhirnya ratih dibina. Banyak saudara-saudara ratih yang lainnya juga dijalanan sehingga ratih tidak bisa sekolah”

f. Disposisi implementor, yaitu kognisi implementor dalam meleksanakan

Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak Jalanan meliputi: 1. Netralitas maupun obyaktivitas implementor, Universitas Sumatera Utara 2. Serta respon dari implementor terhadap pelaksanaan Implementasi Kebijakan Program Pembinaan Anak Jalanan. Bagaimana peran pegawasan kepala dinas dalam implementasi program pembinaan anak jalanan? Kepala Bina Sosial yang bernama Bapak Effendi S SH, yang di wawancarai pada hari rabu tanggal 09 juni 2010 pada puluk 16.00 Wib yaitu, “kalau masalah pengawasan yang di lakukan oleh Dinas terhadap LSM, mereka secara individual membuatkan laporan pertanggung jawaban ke pada Dinas Sosial Kota Medan, kemana saja dana pembinaan itu di keluarkan. Dan kami bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja untuk mengrajia para anak jalanan yang berkeliaran ditempat-tempat tertentu.” Seksi Bina Sosial yang bernama Ibu Deli Marpaung. SH, yang di lakukan pada hari senin tanggal 14 juni 2010 pada pukul 10.15 Wib yaitu, “kami sudah melakukan program ini sesuai kebijakan yang dibuat oleh pusat dan harus kami jalankan dengan tenggungjawab. Karena respon yang diterima oleh pusat sangat baik sehingga kami tidak ingin mengecewakan dan juga mengurangi citra buruuk bagi Dinas ini.” 4.2 Kendala-kendala dalam Implementasi Program Pembinaan Anak-anak Jalanan di Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan Berdasarkan Hasil Wawancara dengan Informan Penelitian Wawancara mendalam kepada Kepala Bina Sosial Bapak Effendi S. SH, pada Rabu tanggal 09 Juni 2010 pada pukul 16.00: 1. Kendala-kendala yang dihadapi Implementor dalam melaksanakan Program Pembinaan Anak-anak Jalanan Universitas Sumatera Utara

a. Kurangnya Kesadaran yang dimiliki oleh Masayarakat

Masyarakat pada umumnya yang terjaring pada penertiban anak jalanan ialah anak jalanan yang usia 5 – 18 tahun yang sedang mengemis di lampu merah. Pada dasarnya adalah faktor ekonomi dan lingkup internal keluarga yang tidak menasehati keluarganya sehingga terjadilah penyimpangan anak jalanann. Sosialisasi yang diberikan ketika dalam penertiban baik pemberian nasihat, pembinaan mental dan rohani ternyata sangat sulit untuk dinasehati dan akhirnya setelah dibina selama 3 – 7 hari mereka kembali kejalanan. Dan fasilitas yang diberikan orang tua yang anaknya terlantar tidak dimanfaatkan dengan baik.

b. Kurangnya Sarana dan Prasarana utama dalam Program ini

Selama ini berjalannya program pembinaan anak jalanan berasal dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara yang dimana seluruh pendanaan berasal dari pusat. Adanya penertiban yang membutuhkan fasilitas rumah singgah untuk menampung anak jalanan dan mobil penganggukut anak jaan tersebut tidak dimiliki oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja. Selama ini alat teransportasi tersebut berasal dari Dinas Sosial Provinsi sumatera Utara. Dan fasilitas rumah singgah atau panti itu pun milik Dinas sosial Provinsi Sumatera Utara, Panti Asuhan Pungi yang berada di Binjailah yang selalu dipakai atau menempatkan anak jalanan yang terkena jaringanrajia. Maka dari keterbatasan dana lah yang menghambat proses pembentukan panti atau rumah singgah dan trasportasi pribadi milik Dinas sosial Kota Medan. Universitas Sumatera Utara

BAB V ANALISA DATA